Java Kirana Ajak Petani Jaga Lingkungan Lewat Budidaya Tumpangsari

22 May 2023 16:04 WIB
634829043eb27.jpg

KuatBaca.com - Budidaya kopi menjadi komoditas yang menjanjikan bagi negara agraris seperti Indonesia.

Bahkan, Kementerian Perdagangan dalam Warta Ekspor: Speciality Kopi Indonesia menyebutkan, kopi merupakan komoditi terbesar kedua yang diperdagangkan di dunia, memiliki potensi dan pasar yang sangat besar.

Terlebih, saat ini kopi juga kian dilirik oleh kalangan muda lewat bisnis gerai kopi kekinian, diikuti sejumlah seni menyajikan kopi di dalamnya.

1. Menjaga Lingkungan Metode Budidaya Tumpangsari

Dalam hal ini, perusahaan social entrepreneur yang bergerak di bidang pengelolaan perkebunan dan pengolahan pasca-panen kopi, Java Kirana, melihat budidaya kopi tidak hanya sebagai sektor penghasil produk atau komoditas, melainkan juga salah satu cara untuk menjaga lingkungan.

Co-founder Java Kirana Noverian Aditya mengatakan, Java Kirana berusaha menjaga lingkungan dengan metode budidaya tumpangsari yang baik.

"Mitra kita encourage untuk budidaya tumpangsari atau permaculture agar bisa bertani dengan keberlanjutan dan lestari" jelas Eri dalam acara Pasar Lestari di Palmerah, Yuk! pada Jumat (19/5/2023).

2. Mengurangi Ketergantungan Pupuk dan Pestisida Kimia

Selain itu, Java Kirana mengajak para petani kopi untuk mengurangi ketergantungan atas pupuk dan pestisida kimia dengan melakukan tumpangsari.

Pasalnya, jika dikelola dan dirancang dengan baik, beberapa tanaman bisa memberikan fungsi pupuk dan pestisida alami untuk satu sama lain.

Jelasnya, tanaman kopi memiliki peran besar dalam hal mitigasi bencana longsor serta menjaga keanekaragaman hayati melalui agroforestri, sehingga Java Kirana terus mendorong lebih banyak petani untuk menanam kopi di daerah pegunungan dan perbukitan.

3. Solusi Masalah Petani Indonesia

Di sisi lain, Java Kirana melihat sejumlah permasalahan tata kelola yang dihadapi oleh petani kopi Indonesia, khususnya dalam masalah konsistensi kualitas dan manajemen keuangan.

Berbeda dengan karyawan kantoran, petani tidak mendapatkan gaji setiap bulan, melainkan hanya saat waktu panen tiba. Sehingga membuat bertani menjadi pekerjaan sampingan untuk kebanyakan masyarakat rural.

Sayangnya, manajemen keuangan yang kurang baik membuat para petani kopi akan menghadapi kesulitan pada momen-momen tertentu.

"Problem yang selalu saya temui sejak tahun 2017 adalah mereka itu enggak punya uang ketika anaknya mau sekolah dan ketika anggota keluarganya sakit," imbuh Eri.

Oleh karena itu, Java Kirana memberikan solusi dengan mengedukasi dan memfasilitasi mereka untuk menyisihkan uang kesehatan dan uang pendidikan anak.

Nantinya, para petani kopi yang mengikuti program Java Kirana tidak harus mengembalikan uang kesehatan dan pendidikan tersebut dalam bentuk dana, melainkan dengan memberikan komitmen untuk kerja sama jangka panjang untuk menyambut musim panen selanjutnya.

Untuk meningkatkan produktivitas para petani kopi, Java Kirana juga memberikan pelatihan metode budidaya kopi berdasar sains dan teknologi modern kepada para petani hingga bisa meningkatkan produktivitas petani hingga 30 persen.

Saat ini, Java Kirana berbasis di Bogor dan Garut, dengan rencana pengembangan ke wilayah Sumatera dan Sulawesi.

Kopi-kopi yang dibeli dari para petani selanjutnya akan disalurkan langsung kepada rumah sangrai, kafe, hotel, hingga pasar internasional. Jumlah petani kopi yang menjadi mitra Java Kirana ada lebih dari 50 orang dengan luasan lahan perkebunan kopi yang dikelola sekitar 150 hektar.(*)

petani
java kirana
budidaya tumpangsari

sumber kekayaan alam

Fenomena Terkini






Trending