KuatBaca.com - Sumbu Filosofi Yogyakarta, sebuah konsep tata ruang bersejarah yang mencerminkan kebijakan dan warisan budaya Jawa, kini telah mendapatkan pengakuan dunia. UNESCO, dalam sidang Komisi Warisan Dunia, resmi menetapkan Sumbu Filosofi sebagai bagian dari Warisan Budaya Dunia.
1. Struktur Jalan Lurus
Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan bangga menyatakan bahwa konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Hamengku Buwono I, pada abad ke-18. Berakar kuat dari filosofi Jawa, konsep ini menciptakan sebuah struktur jalan lurus yang menghubungkan Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta.
Lebih dari sekadar struktur jalan, Sumbu Filosofi merepresentasikan beragam prinsip dan nilai-nilai kehidupan dalam tradisi Jawa. Konsep ini mengajarkan tentang siklus kehidupan manusia, harmonisasi hubungan antar manusia, hubungan antara manusia dengan alam, dan hubungan rohaniah antara manusia dengan Sang Pencipta. Selain itu, interaksi antara pemimpin dan rakyat serta pemahaman tentang dunia mikrokosmik dan makrokosmik juga tercermin dalam Sumbu Filosofi.
2. Tradisi dan Praktik Budaya
Diketahui, Yogyakarta masih mempertahankan berbagai tradisi dan praktik budaya yang berkaitan dengan konsep ini. Mulai dari seni, sastra, hukum adat, hingga ritual khusus, semua menemukan tempatnya di sekitar Sumbu Filosofi. Kehidupan budaya yang dinamis di Yogyakarta menunjukkan bahwa tradisi Jawa masih tetap relevan dan dihargai hingga saat ini.
Proses pengakuan oleh UNESCO tentunya tidak datang dengan mudah. "Situs-situs budaya ini telah melalui proses seleksi yang panjang sebelum dinominasikan," ungkap Dian.
Dia menjelaskan bahwa tujuan dari sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO, yang pertama kali diadakan pada tahun 1972, adalah untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam pelestarian situs-situs bersejarah yang memiliki nilai universal.
Indonesia telah memiliki beberapa situs yang diakui oleh UNESCO sebelumnya, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Sangiran, Subak Bali, dan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto. Dengan penambahan Sumbu Filosofi Yogyakarta ke daftar tersebut, Indonesia semakin menegaskan komitmennya dalam pelestarian warisan budaya.
Dian optimis bahwa pengakuan ini bukan hanya akan meningkatkan kebanggaan masyarakat lokal, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
"Kami berharap ini dapat menjadi ajang pembelajaran bagi semua orang, serta inspirasi bagi nilai-nilai universal yang dibutuhkan untuk menciptakan dunia yang lebih baik," pungkasnya. (*)