Warga Cilincing Sempat Mengungsi di Peti Kemas Saat Banjir Jakarta Melanda

Kuatbaca - Setelah sempat dikepung banjir selama beberapa hari, kondisi di sejumlah wilayah Jakarta mulai berangsur normal. Warga yang sebelumnya mengungsi kini perlahan kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan sisa genangan air dan lumpur. Di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, jumlah pengungsi yang masih bertahan terus menurun seiring dengan surutnya banjir.
Sejak Selasa (28/1), ribuan warga di Kelurahan Semper Barat terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat tingginya genangan air. Jumlah pengungsi yang semula mencapai lebih dari 1.400 jiwa kini berkurang menjadi sekitar 887 jiwa. Mereka masih bertahan di beberapa lokasi pengungsian, salah satunya adalah Rusun Embrio, hingga kondisi di rumah mereka benar-benar memungkinkan untuk ditinggali kembali.
Wilayah Jakarta Utara Mulai Terbebas dari Banjir
Hingga Jumat siang (31/1), permukiman di Jakarta Utara yang sebelumnya terdampak banjir kini dilaporkan telah terbebas dari genangan air. Ruas-ruas jalan yang sempat terendam juga telah dapat dilalui kendaraan. Meski demikian, warga masih menghadapi tantangan besar dalam membersihkan rumah dan memulihkan kondisi lingkungan setelah banjir yang membawa lumpur dan sampah.
Banjir yang terjadi kali ini memang cukup parah, terutama di beberapa kawasan langganan banjir seperti Cilincing. Curah hujan yang tinggi serta sistem drainase yang belum optimal menjadi faktor utama yang menyebabkan air sulit surut dengan cepat. Akibatnya, ribuan warga harus mengungsi untuk sementara waktu demi keselamatan mereka.
Peti Kemas Jadi Tempat Pengungsian Dadakan
Salah satu hal unik yang terjadi selama banjir adalah penggunaan peti kemas sebagai tempat pengungsian darurat. Warga Kampung Sepatan, Cilincing, memanfaatkan delapan unit peti kemas yang tersedia di Depo BCC sebagai tempat perlindungan sementara dari banjir. Lokasi ini menjadi solusi bagi warga yang tidak memiliki tempat lain untuk mengungsi.
Penggunaan peti kemas sebagai tempat tinggal sementara menunjukkan kreativitas warga dalam menghadapi situasi darurat. Peti kemas yang berada di lokasi lebih tinggi dibanding permukiman warga menjadi pilihan karena relatif lebih aman dari genangan air. Namun, kondisi di dalam peti kemas tentu jauh dari ideal, mengingat minimnya fasilitas yang tersedia.
Harapan Warga agar Banjir Tidak Terulang
Banjir yang kerap terjadi di Kampung Sepatan dan sekitarnya menjadi masalah yang terus dihadapi oleh warga. Banyak rumah yang terendam setiap kali hujan deras mengguyur, menyebabkan kerugian material yang tidak sedikit. Oleh karena itu, warga berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk menangani masalah banjir yang berulang ini.
Perbaikan sistem drainase, pembangunan tanggul, serta upaya mitigasi lainnya menjadi langkah yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang. Selain itu, peningkatan kesadaran warga dalam menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan juga menjadi faktor penting dalam mencegah tersumbatnya saluran air.
Dengan kondisi yang mulai membaik, warga kini kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan sisa-sisa banjir. Meski demikian, kekhawatiran tetap ada mengingat musim hujan masih berlangsung. Harapan besar mereka adalah adanya solusi jangka panjang agar banjir tidak terus menjadi ancaman setiap tahun.