Tingkatan Sabuk dalam Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

24 October 2024 11:26 WIB
9550c40f-f496-467e-a80d-0430848c22b5_169.jpeg

Kuatbaca - Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) merupakan salah satu organisasi pencak silat tertua di Indonesia. Didirikan pada tahun 1917 oleh Ki Ageng Ngabei Soerodiwirdjo, PSHT memiliki sejarah panjang dalam dunia pencak silat Indonesia. Organisasi ini tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga telah memiliki cabang di berbagai negara. Para anggotanya dibina melalui berbagai tingkatan sabuk yang mencerminkan kemajuan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam seni bela diri ini.

Tingkatan Sabuk PSHT dan Maknanya

Tingkatan sabuk dalam PSHT dimulai dari sabuk hitam dan terus naik seiring dengan peningkatan kemampuan serta pemahaman anggota terhadap ajaran organisasi. Setiap tingkatan sabuk memiliki makna dan tanggung jawab tersendiri yang harus dipahami dan dikuasai oleh para anggota.

Sabuk Hitam (Siswa)

Sabuk hitam atau dikenal juga sebagai sabuk polos adalah tingkatan pertama bagi siswa yang baru bergabung dengan PSHT. Warna hitam melambangkan ketidaktahuan dan kebutaan seorang siswa terhadap ajaran PSHT. Pada tingkatan ini, siswa diperkenalkan dengan dasar-dasar pencak silat, gerakan-gerakan dasar, serta latihan fisik yang meliputi senam dan beberapa jurus dasar. Mereka diajarkan jurus pukulan, tendangan, serta pertahanan yang menjadi fondasi penting dalam perjalanan mereka sebagai anggota PSHT.

Sabuk Jambon dan Hijau

Sabuk Jambon (Siswa Lanjutan)

Setelah berhasil melewati ujian kenaikan tingkat, siswa akan naik ke sabuk jambon yang berwarna merah muda. Pada tingkatan ini, pemahaman siswa terhadap ajaran Setia Hati semakin mendalam. Selain latihan fisik yang lebih kompleks, siswa juga diperkenalkan dengan lebih banyak jurus yang membutuhkan keterampilan serta pemahaman yang lebih baik terhadap prinsip-prinsip pencak silat.

Sabuk Hijau (Siswa Tingkat Menengah)

Siswa yang berhasil naik tingkat ke sabuk hijau akan menghadapi latihan yang lebih intens. Pada tingkatan ini, siswa diajarkan lebih banyak jurus, senam, serta kombinasi gerakan pukulan dan tendangan yang lebih maju. Latihan pada tingkatan ini dirancang untuk menguji keterampilan siswa dalam berbagai aspek pertahanan dan serangan, sehingga mereka siap untuk naik ke tingkatan sabuk berikutnya.

Sabuk Putih dan Pengesahan Warga

Sabuk Putih (Siswa Tingkat Lanjut)

Sabuk putih menandakan bahwa siswa telah mencapai tingkatan yang cukup tinggi dalam perjalanan mereka di PSHT. Pada tingkatan ini, semua jurus dan teknik pertahanan serta serangan diajarkan secara mendetail. Siswa yang mencapai tingkat sabuk putih harus menunjukkan penguasaan yang solid terhadap semua aspek bela diri. Setelah menguasai teknik yang diperlukan, siswa akan melalui proses pengesahan untuk menjadi warga atau pendekar PSHT.

Warga Tingkat I (Dimas Satria Anom)

Setelah proses pengesahan, anggota PSHT akan mendapatkan gelar Warga Tingkat I atau Dimas Satria Anom. Mereka telah diakui sebagai pendekar yang siap menjalankan tanggung jawab lebih besar dalam organisasi. Sabuk yang dikenakan pada tingkatan ini terbuat dari kain mori atau kain kafan, yang melambangkan kesucian dan komitmen mereka terhadap ajaran Setia Hati.

Tingkatan Warga Lanjut

Siswa Tingkat II (Sabuk Putih Strip)

Pada tingkatan ini, siswa mulai diberikan pelajaran yang lebih mendalam tentang ajaran Setia Hati, baik dari segi fisik maupun spiritual. Terdapat beberapa variasi sabuk putih dengan strip berwarna hitam, kuning, dan hijau yang menandakan peningkatan kemampuan dan pemahaman siswa. Proses ini mempersiapkan siswa untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi dan menjadi Warga Tingkat II.

Warga Tingkat II (Kangmas Wira)

Setelah melalui pengesahan sebagai Warga Tingkat II, anggota PSHT akan mendapatkan gelar Kangmas Wira, yang terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti Kangmas Wira Anom, Kangmas Wira Yudo, dan Kangmas Wira Tama. Masing-masing tingkatan ini menunjukkan tingkat loyalitas, pengabdian, dan penguasaan ilmu Setia Hati yang lebih dalam. Anggota di tingkatan ini juga bertanggung jawab dalam proses pengesahan warga baru dan menjaga keutuhan ajaran Setia Hati.

Warga Tingkat III dan Kepemimpinan

Warga Tingkat III (Ki Hadjar Anom dan Ki Hadjar)

Warga yang mencapai Tingkat III mendapatkan gelar Ki Hadjar Anom dan Ki Hadjar. Mereka dianggap sebagai sosok yang memiliki penguasaan penuh terhadap ajaran Setia Hati, baik secara lahir maupun batin. Para warga pada tingkatan ini tidak hanya dihormati oleh anggota lainnya, tetapi juga bertanggung jawab untuk membimbing warga baru dan memimpin organisasi dalam berbagai kegiatan. Mereka memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan ajaran PSHT dari generasi ke generasi.

Pentingnya Pencak Silat sebagai Warisan Budaya

Sejak tahun 2019, pencak silat, termasuk aliran Setia Hati, telah resmi diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Pengakuan ini menegaskan pentingnya pencak silat dalam menjaga identitas budaya Indonesia. Berbagai event dan kompetisi pencak silat, termasuk yang diselenggarakan oleh PSHT, bertujuan untuk melestarikan seni bela diri ini di tingkat nasional maupun internasional.

Dengan tingkatan sabuk yang beragam dan ajaran mendalam yang ditanamkan kepada setiap anggotanya, PSHT terus berperan dalam menjaga tradisi pencak silat di tengah perkembangan zaman. Organisasi ini bukan hanya mengajarkan seni bela diri, tetapi juga nilai-nilai persaudaraan dan pengabdian yang kuat.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending