Polemik Guru sebagai Kreator Konten: Antara Kreativitas dan Dampak Pendidikan

Kuatbaca - Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena kreasi konten digital semakin merambah dunia pendidikan. Sebuah tren yang semakin meluas adalah guru yang menjadi kreator konten di berbagai platform, terutama YouTube. Teman penulis, sebagai contoh, dengan bangga memamerkan kesuksesan kanal YouTube-nya yang terus berkembang. Dari jumlah pelanggan yang mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu penonton, serta pendapatan monetisasi yang terus meningkat, menjadi pencapaian yang membanggakan di era di mana eksistensi sosial diukur melalui popularitas media sosial.
Perubahan Paradigma Guru sebagai Kreator Konten
Pandemi Covid-19 juga turut mengubah paradigma dunia pendidikan. Guru yang sebelumnya fokus pada pembelajaran tatap muka, kini merambah ke dunia digital dengan membuat konten untuk pembelajaran daring. Tak sedikit guru yang secara tak terduga meraih popularitas "viral" berkat kreativitas mereka dalam menghasilkan konten pendidikan yang menarik. Video pendek di media sosial memperlihatkan guru berjoget, beraktivitas dengan murid, hingga memberikan pertanyaan kreatif, menjadi daya tarik tersendiri bagi publik.
Inspirasi dan Apresiasi terhadap Guru Kreator Konten
Keberhasilan para guru kreator konten memperoleh apresiasi, termasuk undangan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Ini menjadi bentuk pengakuan atas kontribusi mereka dalam memberikan warna baru pada dunia pendidikan di era digital. Pencapaian ini juga memberikan inspirasi kepada banyak guru di Indonesia.
Perdebatan seputar Kontribusi Nyata Guru Kreator Konten
Namun, seiring dengan kesuksesan dan apresiasi, muncul pula perdebatan di kalangan guru. Pertanyaan kritis muncul, apakah popularitas dan kreativitas guru kreator konten sebanding dengan hasil belajar murid di sekolah? Apakah video-video singkat yang dihasilkan mencerminkan keberhasilan seluruh proses pembelajaran yang berlangsung selama 120 menit di kelas? Bagaimana dengan keberhasilan 300 sampai 900 siswa di sekolah jika hanya 2 atau 5 siswa yang muncul dalam video tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengajukan dilema terkait keberhasilan guru kreator konten yang seringkali diukur dari viralitas di dunia maya. Adakah bukti konkret bahwa pencapaian ini mempengaruhi hasil belajar secara nyata? Apakah guru kreator konten menjalankan kreativitas yang sama di semua kelas setiap harinya? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting untuk mengevaluasi sejauh mana kontribusi guru kreator konten dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Para guru sendiri, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Jokowi, menghadapi tingkat stres yang tinggi, terutama setelah membaca hasil penelitian dari Rand Corporation 2022. Dalam kondisi ini, guru merasa bingung menghadapi berbagai tuntutan dari pemerintah dan masyarakat. Jika inovasi dari guru kreator konten dapat diadopsi dan bermanfaat secara nyata, hal ini dapat memberikan solusi dan inspirasi segar bagi guru-guru di Indonesia.
Meskipun fenomena guru kreator konten membawa warna baru pada dunia pendidikan digital, perlu diwaspadai agar kesuksesan di dunia maya tidak hanya menjadi puncak gunung es. Evaluasi menyeluruh perlu dilakukan untuk menentukan dampak nyata terhadap hasil belajar. Dalam kerangka ini, guru kreator konten harus memastikan bahwa setiap kreativitas yang dihasilkan dapat diintegrasikan secara efektif ke dalam proses pembelajaran. Hanya dengan demikian, guru kreator konten dapat menjadi agen perubahan positif dalam memajukan mutu pendidikan di Indonesia.