Pencarian Ayom Berlanjut: Tiga Tim Susuri Lereng Gunung Salak

Kuatbaca - Proses pencarian terhadap Ayom, seorang pria lansia berusia 60 tahun yang dilaporkan hilang di kawasan Gunung Salak, Bogor, terus dilanjutkan oleh tim SAR gabungan. Memasuki hari kedua, upaya penyelamatan difokuskan pada penyisiran di sejumlah jalur ekstrem yang diyakini sebagai rute terakhir yang mungkin dilalui oleh Ayom sebelum menghilang.
Tim SAR yang terdiri dari berbagai unsur gabungan, termasuk Basarnas, relawan lokal, hingga petugas pemadam kebakaran, membagi operasi menjadi tiga regu utama. Ketiganya disebar ke berbagai titik strategis di sekitar kawasan Gunung Salak untuk memaksimalkan pencarian.
Pencarian Dipusatkan di Aliran Sungai dan Jalur Setapak
Tim pertama diarahkan ke aliran Sungai Citiis, menyusuri sepanjang dua kilometer jalur air yang berbatu dan penuh dengan semak belukar. Sungai ini diketahui kerap dilalui pendaki atau pejalan kaki lokal dan berada cukup dekat dengan titik awal laporan hilangnya Ayom. Tim kedua menyisir jalan setapak dari Simpang Kapin menuju Pohpohan—jalur yang terbilang menantang dengan kemiringan curam dan licin akibat kelembapan hutan hujan tropis.
Sementara itu, tim ketiga dikerahkan ke kawasan Leuweung Bobojong hingga ke titik yang diduga sebagai lokasi terakhir Ayom terlihat. Semua tim dibekali perlengkapan pencarian khusus seperti rescue Dmax, alat medis, perangkat penyelamatan di area terjal (vertical rescue), hingga drone pencari untuk memindai area dari udara.
Kondisi Medan Jadi Tantangan Utama
Gunung Salak memang bukan kawasan pendakian yang bisa diremehkan. Medan yang didominasi batuan andesit dan tebing curam menambah kesulitan tim dalam menjangkau area pencarian. Jenis batuan di lokasi rawan longsor dan licin jika terinjak, apalagi dalam kondisi cuaca yang berubah-ubah.
Tak hanya itu, keterbatasan komunikasi di area pegunungan turut menyulitkan koordinasi antartim. Beberapa titik tidak memiliki sinyal, sehingga informasi penting harus disampaikan langsung secara manual antaranggota tim. Di sisi lain, informasi dari saksi mata juga masih terbatas, membuat tim harus bekerja ekstra untuk memetakan kemungkinan besar keberadaan korban.
Teknologi Ikut Dikerahkan: Drone Diterbangkan untuk Pantauan Udara
Untuk memperluas jangkauan pencarian, tim SAR mengoperasikan drone berkamera resolusi tinggi yang mampu menyisir area luas dalam waktu singkat. Drone ini digunakan untuk memindai area yang sulit dijangkau oleh tim darat, seperti celah-celah tebing, aliran sungai yang tertutup vegetasi, atau bagian atas pohon besar di dalam hutan.
Dengan bantuan teknologi ini, diharapkan dapat muncul petunjuk visual seperti jejak kaki, barang bawaan korban, atau tanda-tanda keberadaan manusia di tengah lebatnya hutan Gunung Salak.
Cuaca menjadi variabel yang tak bisa diprediksi. Kadang kabut turun begitu cepat, mengurangi jarak pandang secara drastis. Di waktu lain, hujan deras datang tiba-tiba, membuat tanah semakin labil dan memperbesar risiko bagi para pencari.
Meski demikian, semangat tim tidak surut. Setiap anggota SAR berkomitmen penuh untuk terus mencari keberadaan Ayom hingga titik terang ditemukan. Tak sedikit pula relawan dari masyarakat sekitar yang turut membantu, baik sebagai penunjuk jalan, logistik, maupun penguat moral di tengah medan yang tidak bersahabat.
Kehilangan anggota keluarga di pegunungan bukan perkara ringan. Keluarga Ayom terus memantau perkembangan pencarian dengan penuh harap. Mereka berharap Ayom dapat ditemukan dalam keadaan selamat, atau setidaknya bisa segera diketahui keberadaannya.
Gunung Salak, meskipun dikenal angker oleh sebagian orang, juga menyimpan daya tarik bagi pencinta alam. Namun kisah seperti ini menjadi pengingat bahwa keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan di alam bebas, terutama bagi kelompok usia rentan seperti lansia.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tanda-tanda keberadaan Ayom yang ditemukan. Tim SAR menyatakan akan terus melanjutkan operasi selama kondisi memungkinkan dan akan memperluas area pencarian jika belum juga ditemukan dalam waktu dekat.
Dukungan dari masyarakat sangat penting, baik dalam bentuk informasi, bantuan logistik, maupun doa. Di tengah medan sulit dan cuaca yang tak menentu, setiap bantuan sekecil apa pun bisa jadi kunci dalam menemukan titik terang atas hilangnya Ayom.