Kuatbaca.com - Pameran Nasional Kain Tradisional Nusantara 2025 resmi dibuka di Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, Semarang, menandai komitmen kuat pemerintah dalam pelestarian budaya dan penguatan identitas nasional melalui wastra, atau kain tradisional Indonesia. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, hadir langsung dalam pembukaan dan menyampaikan pentingnya menjadikan wastra sebagai representasi kekayaan budaya serta kekuatan ekonomi berkelanjutan.
1. Wastra Nusantara: Simbol Identitas dan Kekayaan Budaya
Dalam sambutannya, Fadli menegaskan bahwa kain tradisional tidak hanya sekadar produk seni tekstil, tetapi juga simbol identitas kultural bangsa Indonesia. Setiap motif dan teknik yang ditampilkan dalam pameran mencerminkan kisah dan filosofi lokal, menjadikan wastra sebagai media pencerita sejarah dan nilai-nilai masyarakat dari Sabang sampai Merauke.
2. Diikuti 36 Museum, Sajikan 102 Koleksi Wastra Langka
Pameran yang mengusung tema “Rupa Warna Wastra Nusantara” ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, bekerja sama dengan 36 museum dari seluruh Indonesia. Sebanyak 102 koleksi kain dipamerkan, mulai dari batik Jawa, tenun ikat Nusa Tenggara, songket Sumatera, ulos Batak, hingga Sasirangan Kalimantan, memperlihatkan betapa luasnya keragaman motif dan teknik pewarnaan alami di Indonesia.
3. Budaya sebagai Modal Masa Depan dan Sumber Ekonomi
Fadli juga mengangkat pentingnya wastra dalam ranah ekonomi berkelanjutan. Dengan lebih dari 1.800 motif kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah, Indonesia memiliki modal budaya yang sangat besar untuk dikembangkan dalam industri sustainable fashion. Inisiatif seperti penggunaan pewarna alami dan proses produksi ramah lingkungan menunjukkan bahwa wastra kini juga bergerak ke arah tren global mode yang lebih bertanggung jawab.
4. Batik dan Tenun Diakui Dunia, Potensi Ekspor Meningkat
Beberapa kain tradisional Indonesia telah memperoleh pengakuan dunia. Batik masuk daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejak 2009. Sementara itu, tenun ikat Sumba, ulos Batak, dan songket Palembang semakin dikenal dalam ajang fesyen internasional. Hal ini membuka peluang ekspor produk budaya yang bernilai tinggi, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan kekayaan budaya tekstil luar biasa.
5. Museum Bukan Sekadar Gudang Sejarah, Tapi Etalase Peradaban
Fadli Zon menyoroti pentingnya museum sebagai institusi strategis dalam membentuk jati diri bangsa. Saat ini terdapat sekitar 460 museum di Indonesia, namun menurutnya masih perlu ditingkatkan kualitas dan daya tariknya, terutama dalam menyajikan koleksi secara naratif, interaktif, dan digital agar relevan dengan generasi muda.
6. Perluasan Museum Tematik dan Edukatif untuk Pelajar
Ia juga mendorong pengembangan museum tematik, open air, dan berbasis desa sebagai sarana edukatif wajib bagi pelajar. Museum harus menjadi tempat belajar yang menyenangkan dan menggugah rasa bangga terhadap warisan budaya sendiri, serta menjadi alat untuk memperkuat literasi budaya dan kesadaran sejarah bangsa.
7. Dana Indonesiana: Dukungan Nyata untuk Pelaku Budaya
Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan saat ini telah menggulirkan program Dana Indonesiana senilai Rp 465 miliar yang dapat diakses oleh komunitas seni dan budaya secara inklusif. Dana ini bertujuan mendukung pemajuan kebudayaan dari bawah ke atas, memberi ruang seluas-luasnya bagi pelaku budaya untuk terus berkarya dan mengembangkan warisan leluhur mereka.
8. Apresiasi untuk Jawa Tengah dan Harapan ke Depan
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, dalam kesempatan yang sama menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat atas dukungannya terhadap pelestarian budaya daerah. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antar museum dan pameran sebagai sarana promosi kekayaan kain tradisional kepada generasi muda.
9. Kolaborasi dan Inovasi Jadi Kunci Pelestarian Wastra
Kehadiran lebih dari 200 tamu undangan, termasuk tokoh-tokoh dari kementerian, museum, dan lembaga kebudayaan menunjukkan sinergi yang kuat dalam memajukan budaya. Kain tradisional, yang dahulu hanya dipakai dalam upacara adat, kini juga menjadi bagian dari gaya hidup modern, memperkuat posisinya dalam ekonomi kreatif nasional.
10. Reinventing Indonesian Identity Lewat Wastra dan Museum
Pameran ini menjadi momentum penting dalam proses reinventing Indonesian identity. Melalui pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, museum dan wastra bisa menjadi medium yang efektif dalam menyatukan kebanggaan budaya lintas generasi. Kain tradisional bukan hanya warisan, tetapi juga masa depan budaya Indonesia di mata dunia.
Pameran Kain Tradisional Nusantara 2025 tidak sekadar menghadirkan ragam kain dari berbagai penjuru negeri, tetapi juga membangkitkan kembali kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya sebagai landasan membangun bangsa. Melalui dukungan konkret seperti Dana Indonesiana dan revitalisasi museum, Indonesia menatap masa depan budaya yang kuat, inklusif, dan mendunia.