Merayakan Kehadiran Perempuan dalam Karya Sasya Tranggono di Pameran "Habis Gelap Terbitlah Terang"

22 April 2025 14:22 WIB
Kuatbaca.com.jpeg

Kuatbaca - Masih dalam momen peringatan Hari Kartini, seniman perempuan Sasya Tranggono pun turut menggemakan semangat Kartini masa kini melalui sebuah gelaran pameran tunggalnya bertajuk "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang resmi dibuka pada Senin (21/4/2025) dan dibuka langsung oleh Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Veronica Tan di Bentara Budaya Art Gallery.

"Dari Kartini kita bisa belajar tentang mimpi sehingga kita berani untuk melangkah. Maka semangat perjuangan itu perlu ditransformasikan dalam berbagai bidang--tak terkecuali pada karya seni,” ungkapnya saat membuka pameran Sasya Tranggono.

Sebagai seniman perempuan yang sudah berkiprah 35 tahun, Sasya mengetengahkan perempuan dengan mengusung isu ke-perempuan dalam pamerannya kali ini, tentang kisah perjalanan hingga eksplorasi artistik. Hal tersebut semakin terasa dengan konsep feminim yang penuh dengan goresan merah muda, ungu, merah, biru dan lainnya. 

1. Eksplorasi Simbolis Pemberdayaan Perempuan

Pameran “Habis Gelap Terbitlah Terang” ini menampilkan 50 karya seni Sasya Tranggono yang secara simbolis mengeksplorasi pemberdayaan perempuan melalui tiga zona utama: Bunga, Kupu-kupu, dan Wayang. 

Hilmi Faiq sebagai kurator dari pameran ini menyampaikan bahwa karya-karya Sasya Tranggono ini selalu mengingatkan pada energi pembebasan yang luar biasa. 

“Saya sebagai kurator saat melihat karya-karya Mba Sasya ini bukan sekedar simbolis feminim saja, namun kalau kita lihat lebih jauh–misalkan bunga itu tak bisa mekar begitu saja kan, awalnya pucuk lalu ia mekar dan berdaya dengan indah. Nah semangat itu yang dibawa Mba Sasya pada pamerannya kali ini,” jelasnya.

Dengan pendekatan ecofeminism, karya-karya Sasya ini tak hanya representasi keindahan, namun juga sebagai bentuk pertahanan perempuan dalam menghadapi budaya patriarki.

“Karya-karya ini menemukan relevansinya lewat simbol-simbol pada tiga zona karya Mba Sasya ini. Karya-karya di pameran ini menunjukan soal penemuan jati diri dan pembebasan berekspresi,” tambahnya.

2. Usung Tiga Zona Ke-perempuan: Bunga, Kupu-kupu dan Wayang

Pameran yang berlangsung dari 21 April-21 Mei 2025 ini memiliki tiga zona berbeda dalam karya yang dipamerkannya, tentunya dengan simbol yang menunjukkan ke-perempuan, seperti: Bunga, Kupu-kupu dan Wayang.

Zona pertama: “Bunga” ini menggambarkan feminitas, kehidupan dan harapan. Idiom bunga juga sebagai bentuk penantangan patriarki tentang perempuan sebagai makhluk pasif. 

Karya-karya bunga yang terpampang pun bisa dilihat sebagai simbol kesadaran perempuan atas kekuatan dalam dirinya yang tersembunyi–hingga akhirnya bisa tumbuh dengan mekar dan berdaya.

Selanjutnya di zona kedua: “Kupu-kupu” merepresentasikan metamorfosis perempuan yang melewati berbagai tantangan untuk mencapai pembebasan dan keindahan. Kupu-kupu dalam karya Sasya ini menjadi simbol intrinsik perempuan dengan penggunaan batu permata pada karyanya. 

Lalu, di zona ketiga: “Wayang” memperlihatkan budaya Indonesia dalam identitas perempuan. Wayang digambarkan sebagai interpretasi pribadi yang melampaui batas-batas tradisi dan mencerminkan keberanian perempuan.

3. Habis Gelap Terbitlah Terang: Narasi Kuasa Perempuan

Secara keseluruhan, pameran “Habis Gelap Terbitlah Terang” ini memberikan narasi utuh tentang kehidupan perempuan, dan mendorong pemahaman secara detail soal kompleksitas pengalaman perempuan. 

Sasya Tranggono memberikan penawaran tentang kesadaran diri dan pemberdayaan perempuan dalam konteks budaya dan lingkungan yang inklusif. 

Pameran ini terbuka untuk umum dan berlangsung selama 1 bulan hingga 21 Mei 2025 dan dibuka mulai pukul 10.00 - 17.00 WIB di Bentara Budaya Art Gallery, Menara Kompas.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending