Menggali Kedalaman Risiko ESG pada Emiten Barang Baku di BEI: Siapa yang Terpapar Paling Parah?

Kuatbaca - Dalam laporan terbarunya, "ESG Risk Ratings," Morningstar Sustainalytics mengungkapkan bahwa mayoritas emiten sektor barang baku di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki skor risiko environment, social, and governance (ESG) di atas level risiko menengah. Dari 41 emiten yang tergolong dalam sektor ini, hanya 13 yang masuk dalam laporan ESG Risk Ratings. Analisis ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait bagaimana perusahaan di sektor ini terpapar terhadap risiko ESG yang bersifat material dan spesifik pada industri tersebut.
1. Skor dan Kategorisasi Tingkat Keparahan Risiko ESG
ESG Risk Ratings memiliki lima kategori tingkat keparahan risiko ESG, yaitu negligible, low risk, medium risk, high risk, dan severe. Skor 0-10 masuk dalam kategori negligible, 10-20 adalah low risk, 20-30 medium risk, 30-40 high risk, dan di atas 40 termasuk severe. Semakin rendah skornya, semakin rendah risiko keparahan ESG dari emiten tersebut. Dengan kriteria ini, analisis lebih terfokus pada paparan perusahaan terhadap risiko ESG yang memiliki dampak signifikan pada nilai perusahaan.
2. Medium Risk: Barito Pacific, Indah Kiat Pulp & Paper, Indocement Tunggal Prakarsa, dan Avia Avian
Dari 13 emiten yang masuk laporan ESG Risk Ratings, empat emiten sektor barang baku, yaitu Barito Pacific (BRPT), Indah Kiat Pulp & Paper (INKP), Indocement Tunggal Prakarsa (INTP), dan Avia Avian (AVIA), memiliki skor risiko ESG dalam kategori medium risk. Avia Avian memperoleh skor terendah di antara mereka, yaitu 25,8, menunjukkan bahwa keempat emiten ini memiliki tingkat risiko ESG yang moderat.
3. High Risk: Cemindo Gemilang, Vale Indonesia, Merdeka Copper Gold, dan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
Sementara itu, empat emiten lainnya, Cemindo Gemilang (CMNT), Vale Indonesia (INCO), Merdeka Copper Gold (MDKA), dan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM), tergolong dalam kategori high risk. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia memperoleh skor paling rendah di antara emiten high risk, yaitu 30,4. Ini menunjukkan tingkat risiko ESG yang lebih tinggi, memerlukan perhatian khusus terkait kebijakan dan tindakan perusahaan untuk mengelola risiko ini.
Keempat emiten dengan risiko ESG paling tinggi, atau severe, adalah Krakatau Steel (KRAS), ESSA Industries Indonesia (ESSA), Bumi Resources Minerals (BRMS), dan Timah (TINS). Krakatau Steel memiliki skor paling rendah di kategori severe, yaitu 46,7, sedangkan Timah memperoleh skor tertinggi, yaitu 52,4. Ini mengindikasikan bahwa emiten-emiten ini memiliki tingkat risiko ESG yang sangat signifikan dan perlu tindakan pencegahan serta manajemen risiko yang lebih serius.
Analisis ESG Risk Ratings memberikan gambaran lebih detil mengenai tingkat risiko ESG yang dihadapi oleh emiten sektor barang baku di BEI. Kepentingan dalam memahami dan mengelola risiko ini semakin mendesak, terutama dengan meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. Perusahaan-perusahaan di sektor ini perlu menyusun strategi ESG yang kokoh untuk tidak hanya memitigasi risiko, tetapi juga menciptakan dampak positif dalam konteks ESG. Masyarakat, investor, dan pelaku pasar dapat memainkan peran penting dalam mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.