Macet Parah di TB Simatupang, Proyek Galian Bikin Pekerja Terlambat Masuk Kantor

Kuatbaca - Kemacetan di ruas Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, memang bukan cerita baru bagi para pengguna jalan di ibu kota. Namun, pagi ini kondisinya jauh dari kata normal. Arus lalu lintas tersendat parah hingga membuat banyak pengendara, termasuk para pencari nafkah, terlambat sampai di tempat kerja.
Pagi yang Penuh Frustrasi di Simatupang
Selasa pagi, 10 Juni 2025, deretan kendaraan tampak mengular di sepanjang Jalan TB Simatupang. Titik kemacetan terpantau mulai dari kawasan Rindam hingga mendekati kolong flyover Jagakarsa. Penyebab utama bukan sekadar volume kendaraan yang tinggi, tetapi juga karena adanya proyek galian yang tengah berlangsung di sisi kiri jalan.
Proyek ini tampaknya belum dilengkapi dengan manajemen lalu lintas yang memadai. Beberapa titik penyempitan jalan akibat galian membuat kendaraan harus melambat, bahkan beberapa kali berhenti total. Hal ini memicu antrean panjang kendaraan yang bergerak lambat hingga menimbulkan antrean hingga beberapa kilometer.
Pengalaman Pengendara: Dari Rutinitas ke Rasa Kesal
Ridwan, seorang pekerja kantoran yang sehari-hari melintasi rute dari Condet menuju Fatmawati, menjadi salah satu korban kemacetan pagi itu. Ia mengaku biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di kantor. Namun hari ini, ia harus merelakan lebih dari satu jam terjebak di tengah kepadatan arus lalu lintas.
“Biasanya saya sampai sebelum jam delapan. Tapi hari ini, macet dari Rindam sampai Tanjung Barat. Ada galian besar yang bikin jalan makin sempit. Terpaksa telat masuk kantor,” keluh Ridwan.
Cerita serupa juga datang dari Tiara, warga yang bermukim di Pasar Rebo dan bekerja di kawasan Cilandak. Ia memulai perjalanan pukul 06.50 WIB dari rumahnya. Namun begitu memasuki Jalan Nangka hingga mendekati pintu tol Tanjung Barat, kendaraan hanya bisa merayap pelan. Waktu tempuh yang biasanya tak lebih dari 30 menit, kini membengkak menjadi hampir satu jam.
Proyek Galian, Manfaat Jangka Panjang tapi Sengsara Sementara
Kemacetan akibat proyek galian tentu bukan hal yang asing di Jakarta. Aktivitas perbaikan atau pembangunan infrastruktur memang penting dalam mendukung mobilitas jangka panjang. Namun di sisi lain, kurangnya sosialisasi dan minimnya pengaturan lalu lintas selama proses pengerjaan bisa menyebabkan gangguan besar bagi pengguna jalan.
Pengendara yang tidak mengetahui adanya proyek ini sebelumnya merasa terjebak tanpa solusi. Tidak tersedia rambu penunjuk jalan alternatif atau pengalihan arus yang efektif, sehingga sebagian besar kendaraan terpaksa menumpuk di satu jalur yang menyempit.
Kemacetan tidak hanya menguji kesabaran para pengemudi, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas kerja. Para pekerja kantoran yang telat masuk, pengemudi ojek online yang kehilangan potensi penghasilan karena tersendat perjalanan, hingga pengiriman logistik yang terganggu—semua merasakan imbasnya.
Tak sedikit warga yang kemudian melampiaskan kekesalannya di media sosial. Foto-foto antrean kendaraan hingga komentar geram berseliweran di berbagai platform digital, menunjukkan bahwa permasalahan kemacetan ini bukan sekadar keluhan pribadi, tetapi keresahan kolektif.
Masyarakat Jakarta sudah terbiasa hidup berdampingan dengan proyek pembangunan. Namun mereka juga berharap, proyek-proyek seperti ini bisa dilakukan dengan lebih tertib dan manusiawi. Papan informasi yang jelas, petugas pengatur lalu lintas yang sigap, serta penyesuaian waktu kerja proyek agar tidak mengganggu jam sibuk—semua itu bisa jadi solusi jangka pendek yang sangat berarti.
Untuk saat ini, warga hanya bisa berharap proyek galian ini segera rampung dan arus lalu lintas di TB Simatupang kembali lancar. Namun lebih dari itu, ini menjadi pengingat bahwa pembangunan infrastruktur tak boleh hanya mengutamakan hasil akhir, tapi juga perlu memperhatikan prosesnya agar tidak menyulitkan masyarakat yang melintasi jalan setiap hari.