Kepergian Tenang Suami Najwa Shihab: Keluarga Ungkap Perjuangan di Hari-Hari Terakhir

21 May 2025 23:54 WIB
quraish-shihab-ayah-dari-najwa-shihab-saat-mensalatkan-jenazah-suami-najwa-shihab-ibrahim-sjarief-bin-husein-ibrahim-assegaf-1747816920168_169.jpeg

Kuatbaca - Jakarta kembali diliputi duka. Ibrahim Sjarief bin Husein Ibrahim Assegaf, suami dari jurnalis senior Najwa Shihab, tutup usia pada Selasa, 20 Mei 2025, pukul 14.29 WIB. Kabar kepergiannya menjadi pukulan mendalam, tak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi publik yang mengenal sosok Najwa sebagai figur yang kuat dan inspiratif. Di balik ketegaran seorang Najwa Shihab, tersimpan kisah perjuangan panjang keluarga dalam mendampingi Ibrahim hingga hembusan napas terakhir.

Riwayat Penyakit yang Lama Dikendalikan

Ibrahim bukan sosok asing dalam lingkungan dekat Najwa Shihab. Selama bertahun-tahun, ia dikenal sebagai pribadi yang hangat dan bersahaja, meskipun diam-diam ia menghadapi tantangan kesehatan yang tidak ringan. Menurut keterangan adiknya, Rifqi Sjarief Assegaf, Ibrahim sudah lama mengidap penyakit tertentu. Namun, ia menjalani hidup dengan penuh kedisiplinan—rajin berolahraga, menjaga pola makan, dan berusaha tetap aktif secara fisik dan mental.

Upaya menjaga kesehatan itu cukup berhasil menahan laju penyakitnya selama bertahun-tahun. Gaya hidup sehat yang dijalaninya membuatnya tetap produktif dan hadir secara penuh dalam kehidupan keluarga. Sayangnya, kondisi itu berubah beberapa hari menjelang wafatnya.

Diserang Stroke di Tengah Perjuangan

Menurut Rifqi, beberapa hari sebelum kepergiannya, Ibrahim mengalami serangan stroke yang cukup berat. Serangan tersebut memperburuk kondisi kesehatannya yang sudah lemah karena penyakit bawaan. Sejak saat itu, Ibrahim langsung mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Awalnya ia dirawat di salah satu rumah sakit umum, lalu kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), tempat ia menghembuskan napas terakhirnya.

Perubahan kondisi Ibrahim terjadi cukup cepat. Hanya dalam kurun waktu sekitar empat hingga enam hari sejak serangan stroke itu, kondisinya terus menurun. Meski begitu, keluarga sudah mulai mempersiapkan diri secara mental untuk segala kemungkinan.

Saat-Saat Terakhir Penuh Cinta dan Doa

Selama masa perawatan, keluarga selalu setia mendampingi. Najwa Shihab, yang dikenal publik sebagai jurnalis tangguh, menunjukkan ketegaran luar biasa. Dalam kondisi emosional yang sulit, ia bersama keluarga harus mengambil keputusan penting—melanjutkan penanganan medis agresif atau merelakan Ibrahim kembali kepada Sang Pencipta.

Keputusan untuk tidak melanjutkan penanganan dengan bantuan alat medis diambil dengan penuh pertimbangan dan kebesaran hati. Proses perpisahan itu bukan hanya duka, tetapi juga momentum spiritual bagi keluarga. Rifqi mengungkapkan bahwa meskipun kehilangan ini sangat berat, mereka merasa diberikan cukup waktu untuk mengantar Ibrahim dalam kepergian yang damai.

Ibrahim Assegaf menghembuskan napas terakhirnya di usia 54 tahun. Prosesi pemakaman berlangsung di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada hari yang sama. Sejumlah tokoh, kerabat dekat, dan sahabat hadir memberikan penghormatan terakhir, termasuk beberapa figur publik dan insan media yang mengenal baik keluarga besar Shihab.

Meski dilakukan dengan sederhana, suasana pemakaman terasa penuh haru. Doa-doa mengalir, tak hanya dari keluarga tetapi juga dari berbagai kalangan masyarakat yang merasakan simpati atas kepergian Ibrahim dan kekuatan yang ditunjukkan keluarganya.

Bagi Najwa Shihab, kehilangan ini tentu bukan hal mudah. Namun, seperti yang tampak dalam setiap langkah karier jurnalistiknya, ia memperlihatkan keteguhan luar biasa. Di tengah duka, Najwa tetap tampil tenang dan menghargai proses perpisahan sebagai bagian dari takdir.

Ia tidak hanya mendampingi sang suami hingga akhir, tetapi juga memberikan contoh tentang bagaimana kehilangan bisa dihadapi dengan lapang dada dan penuh cinta. Sikap tersebut menjadi cerminan nilai-nilai keluarga besar Shihab yang selama ini dikenal dengan keteduhan, kebijaksanaan, dan spiritualitas yang kuat.

Kepergian Ibrahim Assegaf tentu menyisakan luka bagi orang-orang yang mencintainya. Namun, kisah perjuangan hidupnya dan ketegaran keluarga yang mengantarnya menjadi pelajaran berharga tentang cinta, komitmen, dan keikhlasan. Di balik sosok publik seperti Najwa Shihab, terdapat kehidupan keluarga yang tak luput dari ujian. Namun dalam ujian itu pula, mereka memperlihatkan keteladanan tentang bagaimana kehilangan bisa menjadi momen yang memuliakan kehidupan.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending