Jeritan Sunyi di Jalanan: Curhat Pahit Pengemudi Ojol ke DPR

Kuatbaca - Di tengah panasnya isu regulasi dan perlindungan pekerja digital, para pengemudi ojek online akhirnya angkat bicara di panggung formal negara. Rabu, 23 April 2025, rombongan yang tergabung dalam Koalisi Ojol Nasional (KON) mendatangi Gedung DPR RI di Senayan, Jakarta, untuk menyampaikan kegelisahan mereka secara langsung kepada Badan Aspirasi Masyarakat DPR.
Kehadiran mereka bukan tanpa sebab. Setelah bertahun-tahun menjadi tulang punggung transportasi harian masyarakat, nasib mereka seolah tak beranjak dari zona abu-abu. Bekerja keras dari pagi hingga malam, terpapar cuaca ekstrem, lalu lintas padat, dan risiko kecelakaan, namun tetap tanpa payung hukum yang melindungi.
Antara Aplikator dan Realita: Dimana Posisi Kami?
Ketua Dewan Presidium Pusat KON, Andi Gustianto, menyuarakan keresahan utama para pengemudi: status hukum yang tidak jelas. Meski mereka adalah bagian penting dari ekosistem digital transportasi, secara de jure atau hukum formal, keberadaan mereka masih menggantung. Tak ada pengakuan resmi yang mengikat, apalagi perlindungan yang melekat.
Kondisi ini membuka celah lebar bagi pihak aplikator untuk menjalankan sistem kerja yang lebih mirip relasi bisnis sepihak ketimbang kemitraan yang adil. Tak jarang, para ojol merasa dipaksa mengikuti kebijakan sepihak yang tidak memihak kesejahteraan mereka—mulai dari pemotongan komisi tinggi, sistem suspend yang tidak transparan, hingga promosi yang lebih menguntungkan pengguna daripada mitra pengemudi.
Bekerja Keras, Namun Tak Dianggap
Kenyataan di lapangan sungguh menyedihkan. Meski kehadiran mereka menjadi penopang aktivitas ekonomi sehari-hari, para pengemudi ojol justru merasa dieksploitasi secara fisik dan mental. Mereka harus terus ‘on’ di aplikasi demi mendapat order, bersaing dengan ribuan pengemudi lain, tanpa jaminan keamanan kerja ataupun pendapatan tetap.
Lebih parah lagi, ketika aplikator menjalankan program promo besar-besaran demi menarik penumpang, beban justru ditanggung oleh pengemudi. Dengan potongan harga yang tinggi dan insentif yang kian mengecil, banyak pengemudi merasa harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapatkan penghasilan yang layak.
Aplikator Butuh, Tapi Keadilan Juga Harus Ada
Meski getir, Andi Gustianto tetap mengakui bahwa keberadaan aplikator tidak sepenuhnya negatif. Platform digital telah membuka peluang kerja bagi jutaan orang, terutama di tengah sulitnya lapangan pekerjaan formal. Namun, ia menekankan pentingnya menciptakan keseimbangan antara keuntungan bisnis aplikator dan hak hidup layak pengemudi.
Oleh karena itu, ia mendesak DPR untuk segera menyusun regulasi yang tegas dan berpihak, bukan hanya pada keuntungan ekonomi, tapi juga pada keadilan sosial. Dunia kerja digital yang berkembang pesat tidak bisa dibiarkan berjalan tanpa arah. Negara harus hadir untuk mengatur dan mengawasi, agar tak terjadi ketimpangan yang terus membesar.
Fenomena ojek online bukan lagi hal baru. Sudah hampir satu dekade layanan ini hadir, namun belum juga lahir payung hukum yang komprehensif untuk melindungi para pengemudinya. Pemerintah dan DPR harus sadar bahwa mereka bukan hanya angka statistik dalam laporan pertumbuhan ekonomi digital, melainkan manusia yang punya keluarga, cita-cita, dan hak untuk hidup layak.
Jika dibiarkan terus menggantung, ketimpangan ini akan menumpuk dan berpotensi menjadi bom waktu sosial. Para ojol bukan menuntut untuk dimanjakan, mereka hanya ingin diakui dan diperlakukan dengan adil sebagai pekerja yang berkontribusi besar terhadap mobilitas dan produktivitas bangsa.
Kedatangan Koalisi Ojol Nasional ke DPR bukan semata simbol protes, tapi harapan yang dibawa oleh jutaan suara dari balik helm dan jaket hijau yang lalu-lalang di jalanan. Mereka ingin didengar, bukan sekadar ditampung. Ingin dilindungi, bukan hanya dimanfaatkan.
Kini, bola ada di tangan para wakil rakyat. Mampukah mereka menjawab jeritan sunyi para pahlawan jalanan ini dengan tindakan nyata? Ataukah aspirasi itu akan kembali tenggelam di ruang-ruang sidang yang sibuk dengan urusan lain?
Yang jelas, para ojol sudah bicara. Dan mereka tak akan berhenti sampai keadilan benar-benar hadir.