Janji Pencairan Dana dari Yayasan Media Berkat Nusantara: Harapan di Tengah Tuduhan

Kuatbaca - Sebuah konflik serius tengah menghiasi perjalanan program sosial Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalibata, Jakarta Selatan. Program yang sejatinya bertujuan mulia—memberikan makanan bergizi kepada masyarakat—malah terseret persoalan finansial. Mitra dapur MBG melayangkan tudingan serius kepada Yayasan Media Berkat Nusantara (YMBN), selaku pengelola dana operasional, terkait keterlambatan pembayaran yang dianggap tidak transparan.
Besarnya nominal yang dipersoalkan bukan main-main, nyaris menyentuh angka Rp 1 miliar. Angka yang tentu saja sangat berarti bagi kelangsungan operasional dapur sosial yang digerakkan oleh para mitra secara langsung di lapangan. Tak hanya soal jumlah, yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana polemik ini bisa merusak citra dan kepercayaan terhadap program-program sosial serupa di masa depan.
Yayasan Berjanji Akan Cairkan Dana
Di tengah sorotan publik, perwakilan Yayasan Media Berkat Nusantara akhirnya angkat suara. Melalui konferensi pers yang digelar di kawasan Kalibata, Mei Imaniar mewakili yayasan menyampaikan bahwa dana operasional untuk mitra MBG memang akan dicairkan. Proses pencairan ini, katanya, sudah mengacu pada arahan langsung dari Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), lembaga yang menyalurkan dana awal sebelum diserahkan kepada yayasan sebagai pengelola.
Namun, meski janji pencairan telah diumumkan secara terbuka, publik tetap mempertanyakan transparansi dan akuntabilitas dari proses ini. Terlebih lagi, tidak ada rincian jelas mengenai jumlah yang akan dicairkan ataupun kapan dana tersebut benar-benar akan diterima oleh pihak mitra.
Validasi Data Jadi Kunci Utama
Permasalahan utama tampaknya berpusat pada validitas data tagihan. Kuasa hukum yayasan, Timoty Ezra Simanjuntak, menegaskan bahwa pencairan hanya bisa dilakukan jika data yang diajukan benar-benar akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Ia menolak menyebut nominal tunggakan yang ditudingkan kepada yayasan, namun menggarisbawahi bahwa proses verifikasi adalah tahap krusial yang harus dilewati.
Menurutnya, pembayaran kepada mitra bisa dilakukan melalui berbagai skema, mulai dari konsinyasi hingga escrow—mekanisme penitipan dana kepada pihak ketiga untuk menjamin transparansi. Pihak yayasan bahkan menyatakan kesiapan untuk mengadakan pertemuan tertutup dengan kuasa hukum mitra agar persoalan ini segera diselesaikan tanpa membesar ke ranah yang lebih luas.
Salah satu kekhawatiran terbesar dari pihak mitra adalah adanya dugaan penggelapan dana. Namun, Timoty memastikan bahwa dana dari BGN masih aman tersimpan di rekening resmi yayasan. Tidak ada satu sen pun yang keluar tanpa kejelasan tujuan, klaimnya. Ia membantah adanya penyelewengan dan menegaskan bahwa masalah yang terjadi lebih kepada perbedaan persepsi dalam penghitungan dan pelaporan tagihan.
Pernyataan ini seolah ingin menenangkan suasana, namun tetap menyisakan tanda tanya. Jika dana memang ada dan aman, mengapa proses pencairannya bisa memakan waktu lama hingga berujung pada pelaporan hukum oleh mitra? Apakah ini hanya soal administrasi semata, atau ada hal lain yang belum terungkap?
Harapan Akan Jalan Tengah
Di tengah ketegangan yang terjadi, kedua belah pihak sebenarnya sama-sama menyatakan keterbukaan untuk berdialog. Yayasan telah mengirimkan surat resmi kepada kuasa hukum mitra dapur MBG Kalibata untuk menggelar pertemuan. Tujuannya jelas: membahas data, menyamakan persepsi, dan menemukan solusi terbaik agar tidak ada pihak yang dirugikan, terutama masyarakat yang selama ini menjadi penerima manfaat dari program MBG.
Langkah ini menjadi titik terang di tengah ketidakpastian. Jika proses ini benar-benar dijalankan dengan terbuka dan jujur, bukan tidak mungkin kepercayaan publik terhadap program ini bisa dipulihkan. Namun sebaliknya, jika proses ini kembali menemui jalan buntu, dampaknya bukan hanya pada mitra dan yayasan, tapi juga pada semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang mulai tumbuh di tengah masyarakat.
Pada akhirnya, lebih dari sekadar soal uang, kasus ini adalah ujian terhadap integritas dan tanggung jawab lembaga sosial dalam mengelola amanah publik. Yayasan Media Berkat Nusantara dihadapkan pada tantangan besar untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar menjalankan tugasnya dengan hati nurani dan profesionalisme.
Kita semua tentu berharap bahwa program Makan Bergizi Gratis tetap bisa berjalan dan berkembang. Namun agar itu terwujud, kejelasan, kejujuran, dan keterbukaan adalah kunci utama. Karena dalam kerja sosial, yang dipertaruhkan bukan hanya uang, tapi juga kepercayaan.