Jakarta Muharram Festival 2025 Batal Digelar, Panggung di Bundaran HI Tetap Berdiri

4 July 2025 19:36 WIB
melihat-kawasan-monas-hingga-bundaran-hi-saat-pemadaman-lampu-1-jam-muliadetikcom-1749911305511_169.jpeg

Kuatbaca - Panggung besar di Bundaran Hotel Indonesia (HI) yang sempat mencuri perhatian publik rupanya tak akan dibongkar meski salah satu acara utamanya, Jakarta Muharram Festival 2025, resmi dibatalkan. Keputusan ini menimbulkan banyak pertanyaan di tengah masyarakat yang sebelumnya antusias menyambut pawai obor menyambut Tahun Baru Islam tersebut.

Namun, panggung tersebut ternyata bukan disiapkan hanya untuk satu kegiatan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah merencanakan panggung itu untuk menjadi pusat dua rangkaian acara besar, yakni Jakarta Muharram Festival dan acara seni-budaya bertajuk Jakarta dalam Warna. Pembatalan salah satu agenda tak serta merta membatalkan semua aktivitas di lokasi tersebut.

Pembatalan Demi Ketertiban Kota

Keputusan untuk membatalkan Jakarta Muharram Festival 2025 bukan diambil secara tiba-tiba. Pemprov DKI Jakarta mempertimbangkan sejumlah aspek penting, terutama terkait dengan arus lalu lintas dan mobilitas warga di jantung ibu kota. Acara pawai obor, yang sedianya digelar Sabtu malam (5 Juli), dirancang untuk melintasi rute strategis dari Silang Monas Barat Daya hingga Bundaran HI. Jalur ini dikenal padat, terutama di akhir pekan.

Tingginya potensi gangguan terhadap lalu lintas serta minimnya waktu sosialisasi kepada publik membuat pemerintah daerah memilih langkah yang lebih aman dan minim risiko. Selain itu, muncul dorongan untuk merayakan Tahun Baru Islam dengan pendekatan yang lebih membumi, yakni melalui perayaan di tingkat komunitas lokal. Dengan cara ini, nuansa keagamaan dan budaya tetap terjaga, namun tidak menimbulkan kerumitan logistik di ruang publik ibu kota.

Mendorong Semangat Komunitas di Hari Besar Islam

Kendati acara akbar di pusat kota dibatalkan, semangat perayaan tetap didorong untuk bergema di lingkungan masyarakat. Pemprov DKI menganjurkan agar peringatan 1 Muharram dapat dilaksanakan secara sederhana namun bermakna oleh komunitas-komunitas warga di wilayah masing-masing. Langkah ini dinilai lebih inklusif dan memberdayakan, serta membuka ruang ekspresi budaya Islam yang lebih beragam dan intim.

Dengan keterlibatan masyarakat secara langsung, perayaan tahun baru Hijriah tak hanya menjadi tontonan, melainkan juga menjadi pengalaman bersama yang mempererat hubungan antarwarga. Pemerintah juga menggandeng berbagai instansi kewilayahan untuk membantu mengoordinasikan kegiatan ini agar tetap berjalan tertib dan aman.

Jakarta dalam Warna: Panggung Tetap Hidup di Hari Minggu

Meski agenda Sabtu malam batal, warga Jakarta tetap bisa menikmati suguhan seni budaya di hari berikutnya. Acara Jakarta dalam Warna, yang merupakan bagian dari rangkaian perayaan identitas budaya kota, akan digelar pada Minggu pagi (6 Juli) bertepatan dengan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day).

Acara ini akan dimulai sejak pukul 06.00 WIB dan berlangsung hingga pukul 10.00 WIB di Bundaran HI. Menampilkan ribuan pesilat dari berbagai aliran bela diri tradisional serta ribuan penari dari berbagai sanggar seni di Jakarta, acara ini akan menjadi panggung ekspresi budaya yang semarak. Atraksi marching band dari Jakarta Drum Corps akan berpadu dengan ikon Betawi ondel-ondel berukuran raksasa, memberikan nuansa etnik yang khas dan menghibur.

Tak hanya parade budaya, panggung Jakarta dalam Warna juga akan dimeriahkan oleh sejumlah artis kenamaan. Prisia Nasution, Happy Salma, Ufa Sofura, hingga penyanyi dangdut Ayu Ting Ting dan Jiung Band dijadwalkan tampil menyapa warga. Kehadiran mereka menambah daya tarik acara ini sebagai ruang interaksi antara budaya populer dan budaya tradisional.

Dengan kolaborasi ini, Pemprov DKI berharap warga dapat menikmati akhir pekan mereka dalam suasana penuh semangat dan kebersamaan, meskipun salah satu acara utama tak jadi digelar. Festival ini juga menjadi bagian dari kampanye untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang tetap hidup secara budaya, meskipun status ibu kota negara telah resmi berpindah.

Pembatalan Jakarta Muharram Festival memang mengecewakan sebagian warga, terutama mereka yang sudah menantikan pawai obor di pusat kota. Namun, langkah tersebut diambil demi menjaga kenyamanan bersama dan menghindari potensi gangguan di kawasan vital ibu kota. Yang terpenting, semangat memperingati Tahun Baru Islam tetap terjaga, baik lewat kegiatan komunitas maupun panggung budaya yang tetap berdiri di Bundaran HI.

Jakarta, seperti halnya warganya, tetap tangguh dan kreatif dalam merayakan identitas dan warisannya — meskipun dalam situasi yang berubah. Di balik pembatalan, tersimpan harapan baru: bahwa kota ini mampu merayakan perbedaan, merawat budaya, dan tetap bersatu dalam warna.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending