Inflasi Harga Beras Tertinggi Sejak 2018: Berkah Bagi Petani

Kuatbaca - Pada bulan September 2023, komoditas beras menjadi penyumbang utama terhadap tingginya tingkat inflasi di Indonesia. Inflasi bulanan beras mencapai angka tertinggi sejak Februari 2018, sedangkan inflasi tahunan mencapai level tertinggi sejak 2014. Artikel ini akan membahas dampak dari kenaikan harga beras terhadap perekonomian Indonesia, terutama petani.
1. Inflasi Tinggi Akibat Kenaikan Harga Beras
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61% secara bulanan (mtm) dan memberikan andil inflasi sebesar 0,18%. Secara tahunan (yoy), inflasi beras bahkan mencapai 18,44% dan berkontribusi sebesar 0,55%.
Amalia menjelaskan bahwa kenaikan harga beras terjadi di semua tingkatan, termasuk tingkat penggilingan, grosir, dan eceran. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi padi yang dipengaruhi oleh penurunan luas panen dan dampak dari fenomena El Nino.
2. Gangguan Pasokan Beras di Negara-Negara Produsen Utama
Selain faktor-faktor internal, gangguan pasokan beras juga berasal dari negara-negara produsen utama seperti Thailand, Vietnam, dan India. Negara-negara ini mengalami penurunan produksi beras, bahkan India menerapkan pembatasan impor beras. Gangguan pasokan dari sisi produksi menjadi salah satu penyebab kenaikan harga beras di Indonesia.
3. Dampak di Tingkat Penggilingan, Grosir, dan Eceran
Di tingkat penggilingan, harga beras rata-rata naik sebesar 10,33% secara bulanan (mtm) pada September 2023. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, rata-rata harga beras di penggilingan bahkan meningkat sebesar 27,43%.
Di tingkat grosir, rata-rata harga beras pada bulan yang sama naik 6,29% secara bulanan (mtm) dan 21,02% secara tahunan (yoy). Sementara itu, di tingkat eceran, harga beras sudah naik 5,61% secara bulanan (mtm) dan 18,44% secara tahunan (yoy).
Kenaikan harga beras yang signifikan terjadi di sentra-sentra produksi padi nasional seperti Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Ini mengindikasikan penurunan pasokan beras akibat produksi padi yang menurun di provinsi-provinsi tersebut.
Berdasarkan informasi dari Panel Harga Badan Pangan, harga beras medium mencapai Rp 13.280/kg, sementara beras premium mencapai Rp 14.880/kg. Ini merupakan angka yang signifikan dan mempengaruhi belanja konsumen di Indonesia.
Meskipun kenaikan harga beras dapat menyebabkan inflasi, ada sisi positifnya bagi petani. Kenaikan harga gabah di tingkat petani menjadi berkah, karena mengakibatkan peningkatan indeks yang diterima oleh petani subsektor tanaman pangan.
Amalia menjelaskan bahwa pada September 2023, indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,27%, yang merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2023. Kenaikan harga gabah memberikan kontribusi positif terhadap perubahan indeks yang diterima oleh petani.
Sejalan dengan kenaikan indeks yang diterima petani, Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2023 mencapai 114,14, atau naik 2,05% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima oleh petani naik 2,27%, lebih tinggi daripada indeks harga bayar petani yang hanya naik 0,21%.
Berdasarkan data BPS, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada September 2023 mengalami kenaikan sebesar 11,69% dibandingkan dengan bulan sebelumnya (mtm).