Hari Asyura: Makna, Sejarah, dan Tradisi yang Hidup di Indonesia

2 July 2025 22:06 WIB
ilustrasi-tahun-baru-islam_169.jpeg

Kuatbaca - Setiap tanggal 10 Muharam dalam kalender Hijriah, umat Islam di seluruh dunia memperingati sebuah hari yang sarat makna: Hari Asyura. Meskipun tidak tergolong sebagai hari raya besar dalam Islam seperti Idul Fitri atau Idul Adha, Hari Asyura tetap memiliki tempat istimewa dalam hati umat Muslim. Hari ini bukan hanya mengingatkan pada momen-momen besar dalam sejarah para nabi, tetapi juga menjadi momentum untuk melakukan refleksi spiritual, memperbanyak amal kebaikan, hingga mempererat hubungan sosial.

Asal Usul dan Arti Kata 'Asyura'

Secara etimologis, kata “Asyura” berasal dari bahasa Arab ‘asyura’ (عَاشُوْرَاءُ) yang berarti "hari kesepuluh". Ini merujuk langsung pada hari ke-10 di bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender Islam. Bulan Muharam sendiri dikenal sebagai salah satu dari empat bulan suci dalam Islam, di mana umat dianjurkan untuk meningkatkan ketakwaan dan menghindari pertikaian.

Hari Asyura menjadi sorotan karena banyak peristiwa agung dalam sejarah Islam dipercaya terjadi pada tanggal ini. Maka tak heran, hari ini kerap dijadikan titik tolak untuk menumbuhkan semangat religius dan memperkuat hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan.

Sejarah dan Keistimewaan Asyura

Hari Asyura bukan sekadar tanggal dalam almanak Hijriah. Ia membawa kisah-kisah besar yang dipercaya terjadi dalam sejarah para Nabi. Salah satu yang paling dikenal adalah kisah penyelamatan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun di Laut Merah. Dalam keyakinan umat Islam, peristiwa ini adalah simbol kemenangan kebenaran atas kebatilan.

Selain itu, tanggal 10 Muharam juga diyakini sebagai hari saat Allah menerima tobat Nabi Adam, menyelamatkan Nabi Nuh dari banjir besar, menyembuhkan Nabi Ayyub dari penyakit, hingga mengangkat Nabi Isa dan Idris ke langit. Dengan begitu banyak momen bersejarah yang diyakini terjadi di tanggal ini, tak heran jika Asyura dipandang sebagai hari penuh berkah dan ampunan.

Asyura dan Amalan yang Dianjurkan

Salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan pada Hari Asyura adalah puasa sunnah. Puasa ini menjadi simbol syukur atas berbagai nikmat dan pertolongan Allah yang tercatat dalam sejarah. Selain itu, umat Islam juga diajak untuk memperbanyak amal saleh lainnya, seperti bersedekah, membaca Al-Qur'an, mempererat silaturahmi, dan melakukan introspeksi diri.

Puasa Asyura bahkan memiliki nilai spiritual yang tinggi. Dalam banyak ajaran, disebutkan bahwa puasa di hari ini dapat menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya. Meskipun tidak wajib, banyak umat Muslim memilih melakukannya sebagai bagian dari peningkatan kualitas iman.

Di Indonesia, Hari Asyura tidak hanya dimaknai sebagai hari keagamaan, tetapi juga kultural. Beberapa daerah merayakan Asyura dengan tradisi unik yang kaya makna sosial. Di Aceh dan Sumatera Barat misalnya, masyarakat memasak “Bubur Asyura”, sebuah hidangan tradisional yang dimasak bersama-sama oleh warga sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.

Sementara di banyak wilayah lain, Hari Asyura juga dikenal sebagai "Lebaran Anak Yatim" atau “Idul Yatama”. Tradisi ini menjadi momen bagi masyarakat untuk menunjukkan kepedulian terhadap anak-anak yatim dengan memberikan santunan, bingkisan, bahkan mengadakan doa bersama. Aksi ini bukan sekadar bentuk amal, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat ikatan sosial dan membangun solidaritas umat.

Pada tahun 2025 ini, Hari Asyura bertepatan dengan hari Minggu, 6 Juli, yang jatuh pada tanggal 10 Muharam 1447 H. Momentum ini menjadi pengingat untuk kembali meresapi nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sebagai ritual tahunan, tetapi sebagai ajakan untuk kembali menata hati, memperbaiki niat, serta mempererat ikatan dengan sesama.

Meski zaman terus berubah dan generasi berganti, nilai-nilai yang terkandung dalam Hari Asyura tetap relevan. Ia mengajarkan bahwa dalam hidup, perjuangan dan ujian akan selalu ada, tetapi akan selalu ada pula pertolongan dan harapan dari Yang Maha Kuasa. Melalui refleksi, ibadah, dan tradisi yang hidup, Hari Asyura menjadi ruang spiritual yang memberi energi baru untuk menjalani hidup dengan lebih baik.

Hari Asyura bukan hanya milik masa lalu. Ia hidup dalam keseharian kita—sebagai pengingat akan pentingnya iman, empati, dan semangat berbagi dalam kehidupan berbangsa dan beragama.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending