Geger Isu Pengkavelingan Area Camping di Gunung Merbabu

Kuatbaca - Beberapa waktu terakhir, media sosial dihebohkan dengan beredarnya foto dan video yang memperlihatkan spanduk berwarna merah bertuliskan “Selamat Datang di Camp Area Tiga Dewa Adventure” di salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Hal ini memicu pertanyaan dan kekhawatiran dari para pendaki, apakah kawasan publik seperti Gunung Merbabu bisa ‘dikaveling’ atau dikelola secara eksklusif oleh satu operator open trip. Banyak yang merasa tindakan tersebut mengesankan bahwa lahan camping sudah ‘dibooking’ sehingga membatasi ruang bagi pendaki mandiri lainnya.
Isu ini menjadi perbincangan hangat di komunitas pendaki dan netizen yang mempertanyakan keabsahan serta etika pengelolaan area camping oleh pihak swasta di kawasan taman nasional.
Balai Taman Nasional Merbabu Respon Segera
Menanggapi isu yang beredar luas tersebut, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Anggit Haryoso, langsung melakukan penelusuran dan klarifikasi. Anggit menyatakan bahwa pihaknya mengetahui isu ini dari media sosial dan baru menerima laporan resmi pada tanggal 29 Mei 2025. Sejak itu, BTNGMb merespons dengan melakukan penyelidikan dan mengirim surat klarifikasi kepada pihak penyelenggara open trip yang disebut-sebut dalam postingan viral.
Anggit menegaskan bahwa istilah ‘pengkavelingan’ atau pembagian area camping secara eksklusif tidak pernah diizinkan. Semua pendaki, baik yang ikut open trip maupun yang mandiri, memiliki hak yang sama selama mereka mendaftar secara resmi melalui sistem booking online yang disediakan oleh Taman Nasional. Ia juga mengimbau semua pendaki untuk bersikap bijak dalam berbagi ruang di area camping agar tidak terjadi konflik.
Isu Tidak Hanya di Merbabu, Menjadi Perhatian Kementerian
Tidak hanya di Merbabu, masalah klaim eksklusif terhadap area camping juga muncul di beberapa gunung lain di Indonesia. Oleh sebab itu, isu ini sudah mendapat perhatian serius dari Kementerian Kehutanan yang terus memantau dan berupaya menegakkan aturan agar pengelolaan kawasan hutan dan taman nasional tetap berjalan sesuai ketentuan dan prinsip keterbukaan bagi publik.
Kementerian juga mendorong agar semua kegiatan pendakian dan open trip dikelola secara transparan, tanpa mengganggu hak pendaki mandiri dan menjaga kelestarian alam.
Pihak Tiga Dewa Adventure Bantah ‘Booking’ Area Camping
Pihak Tiga Dewa Adventure Indonesia, yang disebut sebagai penyelenggara open trip pada kasus ini, secara tegas membantah melakukan pengkavelingan atau booking area camping. Pemilik Tiga Dewa, Muhammad Rifqi Maulana, menyatakan bahwa seluruh tim dan kru lokal sudah sepakat tidak pernah mengklaim atau menguasai secara eksklusif lahan di area pendakian.
Rifqi menjelaskan bahwa pihaknya memang bekerja sama dengan porter dan kru lokal untuk memaksimalkan pelayanan bagi peserta open trip, termasuk membawa peralatan seperti tenda lebih dulu ke lokasi camping agar peserta yang datang langsung mendapatkan fasilitas yang rapi dan nyaman. Menurutnya, hal ini dilakukan agar tenda tidak menumpuk dan tidak memenuhi seluruh area camping sehingga tetap ada ruang bagi pendaki lain.
Menurut Rifqi, isu ‘booking area’ muncul karena konten media sosial yang menyoroti aktivitas Tiga Dewa Adventure, yang memang merupakan salah satu operator open trip paling aktif di Gunung Merbabu. Namun, dia menegaskan bahwa tenda yang didirikan tidak dibiarkan berhari-hari di satu tempat dan selalu diatur agar tidak mengganggu kenyamanan pendaki lain.
Tiga Dewa Adventure juga menekankan pentingnya koordinasi dengan porter lokal agar pengaturan tenda dan perlengkapan berjalan lancar serta sesuai aturan yang berlaku di taman nasional. Hal ini sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan dan kenyamanan semua pengguna jalur pendakian.
Kasus viral soal dugaan pengkavelingan area camping di Gunung Merbabu ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan ruang publik yang transparan dan adil. Balai Taman Nasional Merbabu dan Kementerian Kehutanan terus menegakkan aturan agar semua pendaki mendapat kesempatan sama untuk menikmati keindahan alam tanpa adanya monopoli dari satu pihak.
Sementara itu, operator open trip seperti Tiga Dewa Adventure perlu terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan otoritas dan komunitas pendaki agar tercipta suasana yang kondusif dan ramah bagi semua. Dengan begitu, pengalaman mendaki Gunung Merbabu bisa dinikmati secara bersama-sama tanpa menimbulkan gesekan.