Kuatbaca - Malam yang syahdu di kaki Gunung Bromo menjadi saksi penganugerahan kehormatan kepada Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon. Dalam sebuah acara budaya yang sakral, Fadli menerima gelar Warga Kehormatan Sesepuh Masyarakat Tengger. Gelar ini tidak hanya simbolik, tetapi mencerminkan pengakuan tulus masyarakat adat atas peran serta dedikasi Fadli dalam menjaga dan memajukan warisan budaya Indonesia.
Penganugerahan tersebut berlangsung dalam rangkaian Resepsi Yadnya Kasada 2025 yang diselenggarakan di Pendopo Agung Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur. Acara ini merupakan bagian penting dari tradisi tahunan masyarakat Tengger yang menggabungkan unsur spiritualitas, budaya, dan penghormatan kepada alam.
Yadnya Kasada sendiri merupakan upacara yang dilaksanakan setiap tahun, di mana masyarakat Tengger mempersembahkan hasil bumi ke kawah Gunung Bromo sebagai wujud rasa syukur atas berkah kehidupan. Di tengah gelapnya malam dan dinginnya udara pegunungan, suasana di pendopo terasa hangat oleh semangat kebersamaan serta penghormatan kepada tradisi leluhur yang masih lestari hingga kini.
Gelar yang diberikan kepada Fadli Zon menjadi bentuk apresiasi atas konsistensinya dalam melindungi kekayaan budaya nasional. Ia dinilai telah berkontribusi besar, khususnya dalam membangun sinergi antara negara dan komunitas adat. Bagi masyarakat Tengger, kehadiran tokoh nasional yang memahami pentingnya pelestarian budaya menjadi bentuk penguatan eksistensi tradisi mereka di tengah arus modernisasi yang deras.
Selain Fadli, sejumlah pejabat penting lainnya juga menerima gelar kehormatan serupa. Mulai dari pejabat kementerian, kepala daerah, hingga unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Probolinggo. Penganugerahan ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama lintas sektor dan tingkatan pemerintahan.
Dalam pandangan Fadli Zon, budaya Indonesia merupakan aset yang tak ternilai. Kekayaan budaya yang terbentang dari barat hingga timur nusantara menjadikan Indonesia sebagai negara dengan keunggulan budaya yang tidak dimiliki bangsa lain. Di saat kekuatan ekonomi dan militer masih terus dibangun, budaya menjadi kekuatan lunak (soft power) yang mampu menempatkan Indonesia sebagai pemimpin moral di kancah internasional.
Budaya, menurutnya, bukan hanya soal tari dan nyanyian, tetapi tentang nilai, kearifan lokal, identitas, dan daya saing bangsa. Dalam konteks geopolitik global, negara dengan kekuatan budaya mampu membentuk citra, membangun hubungan internasional yang kuat, serta memengaruhi cara pandang dunia.
Salah satu poin penting dari gelar kehormatan ini adalah komitmen untuk memperkuat kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat adat. Fadli mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan budaya bukan hanya simbol kebanggaan, tetapi juga sebagai instrumen pembangunan berkelanjutan.
Kehadiran para tokoh penting dari kementerian, militer, kehakiman, hingga lingkungan hidup di acara tersebut memperlihatkan keseriusan lintas sektor untuk menciptakan ekosistem budaya yang berdaya tahan dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Masyarakat Tengger dikenal sebagai salah satu komunitas adat yang berhasil mempertahankan tradisi turun-temurun dengan kuat. Dalam tiap upacara adat, seperti Yadnya Kasada, nilai-nilai spiritual, penghormatan pada alam, dan ajaran luhur leluhur menyatu dalam harmoni yang mengagumkan. Fadli Zon menilai, apa yang dilakukan masyarakat Tengger menjadi contoh konkret bagaimana budaya bukan hanya dilestarikan, tetapi juga dihidupi.
Kekayaan budaya seperti inilah yang menurutnya harus terus dirawat, dijaga, dan ditumbuhkan, karena ia merupakan identitas sejati bangsa Indonesia. Di tengah gempuran budaya luar yang masuk lewat globalisasi, masyarakat adat seperti Tengger menunjukkan bahwa tradisi bisa tetap hidup berdampingan dengan kemajuan zaman tanpa kehilangan jati diri.
Penganugerahan kepada Fadli Zon dan tokoh-tokoh lainnya malam itu bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang pelestarian budaya nasional. Di tengah dinamika politik dan perubahan zaman, budaya tetap menjadi pondasi kokoh yang mempersatukan bangsa.
Momen Yadnya Kasada 2025 tidak hanya menampilkan kekayaan tradisi Tengger, tetapi juga memperkuat pesan bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa besar melalui jalur kebudayaan. Harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas yang ditampilkan masyarakat Tengger menjadi pengingat bahwa dalam akar budaya lokal, tersimpan kekuatan untuk membangun peradaban global.