Erupsi Lewotobi, Warga Asing Bertahan Lebih Lama di Labuan Bajo

20 June 2025 14:02 WIB
sejumlah-wisatawan-mancanegara-tertahan-di-bandara-internasional-komodo-labuan-bajo-karena-pembatalan-penerbangan-akibat-erups-1750238374426_169.jpeg

Kuatbaca - Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang terjadi pada 17 Juni 2025 di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak hanya mengganggu aktivitas warga lokal. Dampaknya menjalar hingga ke Labuan Bajo, tempat wisata kelas dunia yang kini mendadak dibanjiri permohonan perpanjangan izin tinggal dari warga negara asing (WNA).

Lonjakan Permohonan Perpanjangan Izin Tinggal

Kantor Imigrasi Kelas II TPI Labuan Bajo mencatat lonjakan drastis jumlah WNA yang mengajukan perpanjangan izin tinggal dalam dua hari terakhir. Angkanya meningkat hingga dua kali lipat dibanding hari-hari biasa, terutama pada mereka yang menggunakan fasilitas Visa on Arrival (VOA).

Situasi ini membuat petugas imigrasi bekerja lebih ekstra untuk melayani para pemohon. Sebagian besar WNA datang dengan membawa koper dan wajah cemas, khawatir tak bisa segera pulang ke negaranya akibat gangguan transportasi yang dipicu oleh aktivitas vulkanik.

Bandara Terganggu, Wisatawan Tertahan

Erupsi Gunung Lewotobi memicu gangguan pada rute penerbangan di sejumlah wilayah NTT, termasuk Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo. Asap vulkanik yang membumbung tinggi membuat pihak bandara harus mengambil langkah hati-hati. Penundaan dan pembatalan penerbangan menjadi tak terelakkan.

Bagi wisatawan asing yang sudah merencanakan kepulangan, kondisi ini tentu menjadi tantangan baru. Mereka tidak hanya harus menyesuaikan ulang jadwal, tetapi juga memperpanjang dokumen keimigrasian agar tidak melanggar aturan tinggal di Indonesia.

Imigrasi Siaga dan Proaktif

Menanggapi situasi darurat ini, Kantor Imigrasi Labuan Bajo bergerak cepat. Langkah-langkah antisipatif telah diterapkan, termasuk memperpanjang jam pelayanan dan menambah personel untuk menghindari penumpukan. Pendekatan humanis juga diterapkan dengan memberi pemahaman kepada para WNA bahwa perpanjangan izin tinggal karena force majeure bisa ditangani sesuai hukum yang berlaku.

Situasi seperti ini memang bukan yang pertama terjadi, namun tetap menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga imigrasi. Dibutuhkan ketelitian, empati, dan kemampuan komunikasi yang baik agar para WNA merasa tenang dan terlayani dengan baik di tengah ketidakpastian cuaca dan aktivitas gunung berapi.

Meski diwarnai situasi tak ideal, kehadiran para WNA yang tertahan di Labuan Bajo justru memberi efek lain: perputaran ekonomi lokal tetap bergulir. Hotel, restoran, hingga penyedia jasa wisata masih kebagian rezeki karena banyak turis memutuskan untuk tinggal lebih lama sembari menunggu kondisi kembali normal.

Beberapa pelaku usaha bahkan mengaku mengalami peningkatan okupansi kamar hotel secara tak terduga. Sementara itu, pemandu wisata dan penyedia transportasi lokal berinisiatif menawarkan layanan tambahan agar para turis tetap bisa menikmati masa tinggal mereka di Labuan Bajo dengan aman dan nyaman.

Erupsi Lewotobi memang bukan bencana yang diinginkan siapa pun, namun peristiwa ini kembali mengingatkan betapa pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi kondisi luar biasa. Bagi WNA yang terdampak, pengalaman ini mungkin akan menjadi kenangan tak terlupakan tentang bagaimana Indonesia — khususnya Labuan Bajo — menangani keadaan darurat dengan tanggung jawab dan keramahan.

Sementara itu, bagi otoritas keimigrasian dan pemangku kebijakan pariwisata, ini menjadi momentum untuk terus memperkuat koordinasi dan layanan lintas sektor. Karena pada akhirnya, situasi sulit seperti ini akan selalu menjadi ujian nyata bagi wajah pelayanan publik di daerah tujuan wisata internasional seperti Labuan Bajo.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending