Dorong Transformasi Digital, BAKTI Komdigi Tingkatkan Kapasitas Internet di NTT

12 June 2025 08:38 WIB
internet-1749681343002_169.jpeg

Kuatbaca - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi layanan publik, kebutuhan akan koneksi internet yang andal tak bisa lagi diabaikan—terutama di wilayah-wilayah terpencil seperti Nusa Tenggara Timur (NTT). Menyadari hal ini, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengambil langkah tegas untuk meningkatkan kapasitas internet di wilayah tersebut.

Peningkatan kapasitas ini tidak datang tiba-tiba. Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kebutuhan digital di berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan pelayanan pemerintahan terus meningkat. Namun, koneksi internet yang tersedia belum sepenuhnya mampu mengimbangi tuntutan tersebut. Koneksi yang sebelumnya hanya 4 Mbps per titik menjadi tak memadai di tengah lonjakan penggunaan aplikasi digital berbasis daring.

Cerita dari Puskesmas Camplong: Ketika Internet Jadi Tulang Punggung Layanan

Salah satu contoh konkret yang menggambarkan betapa vitalnya koneksi internet dapat ditemukan di Puskesmas Camplong, Kabupaten Kupang. Di sana, para tenaga kesehatan mengandalkan jaringan internet untuk melaporkan data ke pusat, mengakses sistem informasi kesehatan, serta melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter spesialis di kota besar. Sayangnya, koneksi yang sering kali tersendat membuat alur kerja terganggu.

Kepala sementara Puskesmas Camplong, Tecla Suarez, menyampaikan bahwa pihaknya sempat mengalami kendala saat jaringan tidak stabil. Saat laporan digital harus dikirim ke kementerian terkait, mereka kadang terpaksa menunggu hingga jaringan membaik—yang sering kali tidak bisa diprediksi kapan terjadi. Situasi seperti ini tentu mempersulit layanan kepada masyarakat, terutama saat kondisi darurat.

Respons Langsung dari BAKTI Komdigi

Kunjungan langsung dari Dewan Pengawas dan Direktur Utama BAKTI Komdigi ke Camplong menjadi titik balik penting. Dalam diskusi terbuka bersama petugas puskesmas, mereka menerima berbagai masukan langsung dari lapangan. Direktur Utama BAKTI, Fadhilah Mathar, mengakui bahwa kapasitas 4 Mbps yang sebelumnya ditetapkan memang hanya berdasarkan estimasi kebutuhan dua administrator dalam satu titik layanan.

Namun seiring berkembangnya digitalisasi, kebutuhan tersebut melonjak drastis. Banyak aplikasi kini membutuhkan bandwidth lebih besar untuk bisa berjalan lancar secara bersamaan. Bahkan untuk layanan dasar seperti pelaporan digital dan video call antar-instansi, 4 Mbps sudah tidak lagi memadai.

Menuju Akses Internet di Atas 10 Mbps

Menyikapi kenyataan di lapangan, BAKTI kini tengah menyiapkan peningkatan kapasitas dengan memperkuat IP transit di berbagai titik layanan pemerintah. Target mereka cukup ambisius namun realistis—mendorong koneksi agar mencapai minimal 10 Mbps per titik, yang dianggap sebagai standar koneksi ideal untuk mendukung aktivitas digital berbasis layanan publik.

Langkah ini tidak hanya akan berdampak pada layanan kesehatan, tetapi juga akan menopang sektor pendidikan, pelayanan administrasi kependudukan, hingga sistem informasi desa. Dengan kecepatan yang lebih tinggi, proses digitalisasi tidak lagi tersendat karena kendala teknis, dan masyarakat di wilayah tertinggal pun bisa mendapatkan layanan yang setara dengan mereka yang berada di kota besar.

Transformasi digital tidak akan pernah berjalan seimbang jika hanya dinikmati oleh kota-kota besar. Bagi daerah-daerah di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) seperti NTT, akses internet yang layak adalah pintu masuk menuju keadilan teknologi. BAKTI sendiri sudah lama menjadi ujung tombak pemerataan akses digital, melalui pembangunan Base Transceiver Station (BTS) USO dan pemanfaatan Satelit Satria-1.

Namun tantangan tentu masih panjang. Di samping infrastruktur, masih ada pekerjaan rumah lain seperti literasi digital, pemeliharaan perangkat, dan distribusi pelatihan kepada pengguna di lapangan. Semua ini menjadi satu paket besar yang harus digarap bersama, baik oleh pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat itu sendiri.

Langkah BAKTI Komdigi untuk meningkatkan kapasitas internet di NTT merupakan sinyal penting bahwa Indonesia serius dalam membangun kesetaraan digital. Internet hari ini bukan lagi sekadar fasilitas tambahan, melainkan kebutuhan dasar untuk menjalankan pelayanan, membangun pendidikan, hingga menyelamatkan nyawa.

Diharapkan, dengan dorongan infrastruktur yang lebih kuat, masyarakat NTT bisa menyongsong masa depan yang lebih inklusif secara digital. Karena di dunia yang kian terkoneksi ini, tidak ada satu pun wilayah yang boleh tertinggal hanya karena masalah sinyal.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending