Benarkah Gaji UMR Jakarta Hanya Cukup untuk Hidup?

Kuatbaca - Jakarta, sebagai ibu kota negara sekaligus pusat ekonomi Indonesia, dikenal dengan biaya hidup yang tinggi. Banyak orang beranggapan bahwa upah minimum regional (UMR) di Jakarta hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar saja. Tahun 2025, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan UMR sebesar Rp 5.396.761, mengalami kenaikan 6,5% dari tahun sebelumnya. Namun, muncul pertanyaan besar di masyarakat: benarkah nominal sebesar itu hanya cukup untuk bertahan hidup di kota megapolitan ini?
Lebih dari Sekadar Bertahan Hidup
Tejasari, seorang perencana keuangan dari Tatadana Consulting, justru memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, gaji UMR Jakarta tidak sekadar mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi juga bisa dialokasikan untuk menabung dan berinvestasi. Baginya, kunci utama dalam mengelola gaji ada pada cara seseorang mengatur keuangan. Tidak peduli berapa besar penghasilannya, pengelolaan keuangan yang baik akan membuat seseorang tetap mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk tabungan.
"Menurut saya, gaji UMR di Jakarta tidak hanya cukup untuk kebutuhan hidup, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung dan diinvestasikan," ungkap Tejasari. Dengan perencanaan yang matang, ia meyakini bahwa baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga tetap bisa mengelola keuangan dengan bijak dan efektif.
Gaya Hidup Jadi Penentu
Bagi Tejasari, persoalan gaji cukup atau tidak sebenarnya sangat ditentukan oleh gaya hidup masing-masing orang. Seseorang yang hidup sederhana dengan pengeluaran terukur akan mampu mengelola gaji UMR dengan baik. Namun, sebaliknya, mereka yang terbiasa dengan gaya hidup mewah akan selalu merasa kekurangan, tidak peduli seberapa besar gaji yang diterima.
"Bukan soal jumlahnya, tapi bagaimana gaya hidupnya. Single tapi gaya hidup tinggi, tetap saja tidak akan cukup. Sebaliknya, berkeluarga dengan gaya hidup sederhana, pasti cukup," jelasnya.
Menabung dan Investasi, Mungkinkah?
Satu hal yang sering diabaikan oleh banyak orang adalah pentingnya menabung dan berinvestasi, meskipun dengan penghasilan minimum. Tejasari menyarankan agar minimal 10% hingga 20% dari gaji dialokasikan untuk ditabung atau diinvestasikan. Lebih besar tentu lebih baik, tapi konsistensi dalam menyisihkan pendapatan itu yang utama.
"Saat menerima gaji, langsung pisahkan untuk ditabung atau dibelikan produk investasi yang sudah direncanakan. Cara ini membantu kita untuk tidak tergoda menghabiskan seluruh gaji," tambahnya.
Selain menabung, hal lain yang tak kalah penting adalah menghindari utang konsumtif. Banyak orang terjebak pada gaya hidup tinggi yang didanai oleh utang, baik itu melalui kartu kredit maupun pinjaman online. Hal ini justru mempersempit ruang finansial dan menghambat kesempatan untuk menabung.
"Sebaiknya hindari utang konsumtif seperti belanja dengan kartu kredit atau mengambil pinjaman online. Jika saat ini memiliki utang konsumtif, fokuskan untuk segera melunasinya," tegas Tejasari.
Pada akhirnya, besaran gaji UMR Jakarta sebenarnya bisa lebih dari sekadar cukup untuk hidup, bahkan memungkinkan seseorang menabung dan berinvestasi. Kuncinya adalah pengelolaan keuangan yang bijak dan gaya hidup yang terukur. Di tengah hiruk-pikuk ibu kota, keputusan cerdas dalam mengatur pendapatan akan membawa dampak besar pada kestabilan finansial di masa depan.