Andra Soni dan Balai TNUK Berpacu dengan Waktu: Menyelamatkan Badak Jawa dari Ambang Kepunahan

Kuatbaca - Kepunahan badak Jawa bukan lagi sekadar ancaman, melainkan kenyataan yang menghantui jika tidak segera diatasi. Gubernur Banten, Andra Soni, bersama Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) kini berpacu dengan waktu untuk memastikan spesies langka ini tetap eksis dalam dekade-dekade mendatang. Dalam sebuah pertemuan penting di Gedung Negara Provinsi Banten, mereka menggagas strategi besar penyelamatan satwa endemik tersebut.
Kondisi Genetik Makin Mengkhawatirkan
Populasi badak Jawa saat ini tercatat hanya 87 ekor yang seluruhnya hidup di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten. Meski secara angka relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir, situasi ini tidak sepenuhnya menggembirakan. Tantangan terbesar justru datang dari dalam: keragaman genetik yang semakin menipis.
Dengan jumlah populasi yang terbatas dan berada di satu habitat yang sama, inbreeding atau perkawinan sedarah menjadi risiko besar. Ini berpotensi menurunkan kualitas genetik, membuat badak lebih rentan terhadap penyakit dan penurunan tingkat reproduksi. Para ahli konservasi bahkan memperkirakan bahwa tanpa intervensi serius, badak Jawa hanya akan mampu bertahan maksimal selama 40 tahun ke depan sebelum benar-benar punah.
Langkah Awal: Breeding dari DNA Terbaik
Menghadapi kenyataan ini, langkah cepat dan strategis mulai dilakukan. Salah satunya adalah pemilihan individu badak dengan DNA terbaik untuk dikembangbiakkan secara khusus. Dari sekian banyak populasi yang ada, dua individu telah dipilih untuk menjadi ‘pasangan harapan’: badak jantan bernama Mustofa dan betina bernama Desi.
Keduanya akan menjalani proses breeding di dalam kawasan yang aman dan terkendali di wilayah Ujung Kulon. Tujuannya, menghasilkan keturunan dengan kualitas genetik yang lebih kuat. Program ini menjadi tonggak penting yang bukan hanya menambah jumlah populasi, tetapi juga menjaga keberagaman genetik spesies yang selama ini nyaris punah di seluruh dunia.
JRSCA: Kawasan Khusus untuk Masa Depan Badak Jawa
Langkah strategis berikutnya adalah translokasi, yakni pemindahan badak dari habitat aslinya ke tempat yang lebih aman dan terkontrol. Balai TNUK tengah menyiapkan sebuah kawasan bernama Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang terletak di Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Di sinilah harapan baru konservasi badak Jawa dibangun.
JRSCA memiliki lahan seluas 40 hektare yang dibagi menjadi empat zona atau pedok. Setiap zona dirancang agar menyerupai habitat alami badak, namun dengan pengawasan lebih intensif. Di tempat ini, Mustofa dan Desi akan memulai proses breeding di bawah pengawasan ahli, dengan harapan mereka dapat melahirkan generasi penerus badak Jawa yang lebih kuat dan sehat.
Menariknya, proyek konservasi ini tidak hanya difokuskan pada aspek pelestarian satwa, tetapi juga membuka peluang besar dalam pengembangan pariwisata. Dengan pemasangan kamera dan layar pemantau di area JRSCA, pengunjung akan dapat melihat aktivitas badak secara langsung tanpa mengganggu kehidupan mereka.
Inisiatif ini diharapkan mampu menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara yang penasaran dengan kehidupan salah satu spesies paling langka di dunia. Jika dikelola dengan baik, kawasan ini bisa menjadi destinasi edukasi konservasi yang unik, sekaligus menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat sekitar Ujung Kulon.
Program penyelamatan badak Jawa ini menjadi simbol komitmen pemerintah daerah dan pengelola konservasi terhadap perlindungan satwa langka. Dalam upaya yang berpadu antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kesadaran publik, masih ada secercah harapan bahwa generasi mendatang akan tetap bisa menyaksikan keberadaan badak bercula satu ini di alam bebas.
Namun tantangan tetap besar. Di luar isu genetik, masih ada ancaman lain seperti perburuan liar, perambahan hutan, dan bencana alam. Maka dari itu, keberhasilan program ini bergantung pada sinergi semua pihak—pemerintah, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, dan tentu saja, masyarakat lokal yang menjadi garda depan pelestarian.
Jika proyek ini berhasil, bukan hanya badak Jawa yang terselamatkan, tetapi juga marwah Indonesia sebagai salah satu negara mega-biodiversitas yang mampu menjaga warisan alamnya dari kepunahan.