Aksi 'Global Strike for Palestine' Soroti Krisis Palestina dan Serukan Boikot Produk Israel

24 April 2025 17:32 WIB
a4a866a3-4818-4781-8cf3-2cde11fdf43f_169.jpg

Kuatbaca - Belakangan ini, berbagai elemen mahasiswa dan masyarakat Indonesia menggelar aksi protes besar-besaran bertajuk "Global Strike for Palestine" di Jakarta. Aksi ini diprakarsai oleh sejumlah organisasi dan komunitas yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi kemanusiaan di Palestina, seperti BDS Indonesia, Dompet Dhuafa, Greenpeace, KontraS, Perempuan Mahardika, dan PMII. Mereka turun ke jalan untuk menyerukan pembelaan bagi rakyat Palestina dan menyerukan boikot terhadap produk-produk yang berafiliasi dengan Israel.

Kondisi Palestina yang Kian Memprihatinkan

Kondisi di Palestina, khususnya di Jalur Gaza, semakin mengkhawatirkan sejak Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata pada bulan Maret 2025. Rakyat Gaza kini telah lebih dari 50 hari tidak memperoleh bantuan kemanusiaan karena Israel terus memblokade lebih dari 3.000 truk bantuan yang terjebak di perbatasan. Dalam situasi yang penuh penderitaan ini, aksi protes yang dilakukan di Jakarta bertujuan untuk menyoroti krisis kemanusiaan yang tengah terjadi.

Menurut salah satu partisipan aksi dari Gerak Bareng, Ahmad Zaki, protes ini bukan hanya soal jumlah korban jiwa, melainkan lebih jauh lagi mengenai keruntuhan peradaban dunia akibat hilangnya rasa moral dan kemanusiaan. Ia menambahkan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah sesuatu yang harus menjadi perhatian semua pihak, terutama untuk menghindari kehancuran lebih lanjut.

Seruan untuk Boikot Produk Israel

Dalam aksi "Global Strike for Palestine", salah satu seruan utama yang diangkat adalah boikot terhadap produk-produk yang berafiliasi dengan Israel. Seruan ini disuarakan dengan keras oleh berbagai aktivis, termasuk Erlangga Greschinov, seorang aktivis media sosial yang berasal dari Julid Fi Sabilillah. Erlangga menekankan bahwa boikot merupakan bentuk konkret dari perlawanan publik, terutama sebagai konsumen. Ia mengajak masyarakat untuk berhenti mendukung produk-produk yang berhubungan langsung dengan Israel, karena menurutnya, ekonomi adalah salah satu urat nadi dari sistem penjajahan yang sedang berlangsung.

Salah satu tokoh aktivis boikot, Aresdi Mahdi (Habib Ama), juga menambahkan bahwa gaya hidup konsumtif masyarakat sering kali tanpa sadar mendukung kebijakan-kebijakan kejam Israel terhadap Palestina. Ia menyatakan bahwa banyak orang yang tanpa berpikir panjang terus membeli merek-merek terkenal yang berasal dari negara-negara sekutu Zionis, demi gengsi pribadi. "Tanpa kita sadari, gengsi itu justru menghidupi musuh kemanusiaan," ujarnya dengan tegas.

Penjelasan Mengenai Produk yang Diboikot

Selama aksi, sejumlah aktivis membawa spanduk yang berisi seruan untuk melakukan boikot terhadap produk-produk yang terindikasi terafiliasi dengan Israel. Muhammad Rafli, seorang aktivis dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menjelaskan bahwa daftar produk yang disebutkan dalam seruan boikot bukanlah hasil dari pemikiran sembarangan, seperti yang dituduhkan beberapa pihak. Menurutnya, setiap produk yang terdaftar telah melalui proses literasi yang mendalam, sehingga sangat keliru jika ada yang menganggap bahwa informasi tersebut tidak akurat.

Aksi "Global Strike for Palestine" mendapat banyak dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk seorang warga bernama Yusnita. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap penderitaan yang dialami rakyat Palestina, terutama di Gaza. Yusnita menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Israel dengan dukungan dari Amerika Serikat adalah tindakan yang sangat keji dan tidak dapat diterima oleh kemanusiaan. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat Indonesia untuk mengambil tindakan kecil namun berarti, yaitu dengan memboikot produk-produk yang mendanai kekejaman tersebut.

"Ini adalah langkah kecil yang bisa kita ambil untuk memberikan dukungan nyata bagi Palestina. Setiap produk yang kita konsumsi bisa menjadi bagian dari pendanaan yang mengarah pada pembelian persenjataan yang digunakan untuk menyerang rakyat Palestina," tambahnya.

Seruan untuk boikot produk-produk Israel ini bukanlah hal yang baru, tetapi kini semakin mendapatkan perhatian lebih. Aktivis-aktivis ini menegaskan bahwa dengan memboikot produk-produk yang berhubungan dengan Israel, masyarakat Indonesia dapat memberikan dampak langsung pada ekonomi negara penjajah tersebut. Hal ini, meskipun terdengar sederhana, dapat menjadi salah satu cara untuk memberikan tekanan pada Israel agar menghentikan tindakannya terhadap Palestina.

Gerakan boikot ini mendapat dukungan luas dari berbagai organisasi dan individu yang merasa prihatin terhadap keadaan di Palestina. Mereka berharap bahwa dengan semakin banyak orang yang sadar dan mengambil tindakan, tekanan terhadap Israel akan semakin besar, dan dengan demikian, bisa mempercepat berakhirnya konflik yang sudah berlangsung lama ini.

Aksi "Global Strike for Palestine" di Jakarta adalah bukti bahwa solidaritas terhadap Palestina tidak mengenal batas. Melalui protes ini, para aktivis dan masyarakat Indonesia ingin menunjukkan bahwa mereka tidak tinggal diam terhadap tragedi kemanusiaan yang tengah berlangsung di Gaza. Seruan untuk boikot produk Israel bukan hanya sekadar tindakan simbolis, tetapi juga bentuk konkret dari dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina.

Dalam dunia yang semakin terhubung ini, aksi seperti ini memberikan pelajaran bahwa kekuatan konsumen bisa menjadi alat yang efektif untuk melawan ketidakadilan. Oleh karena itu, meskipun boikot mungkin terlihat kecil, namun jika dilakukan secara masif, dampaknya bisa sangat besar dalam memberikan tekanan pada negara-negara yang mendukung Israel.

sosial budaya

Fenomena Terkini






Trending