Ramai soal Rebo Wekasan Jatuh pada Tanggal Berapa? Ini Jadwalnya

Kuatbaca.com-Rebo Wekasan adalah salah satu tradisi yang dirayakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Islam atau Hijriah. Tradisi Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo.
Saat itu, banyak ulama yang beranggapan bahwa pada bulan Safar, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Sehingga sebagai bentuk antisipasi agar terhindar dari musibah, para ulama melakukan tirakatan dengan memperbanyak doa dan ibadah.
Hingga saat ini, tradisi Rebo Wekasan masih dilestasikan di sejumlah wilayah oleh umat Islam. Selain dikenal dengan Rebo Wekasan, tradisi ini juga disebut dengan nama Rabu Pungkasan.
Lantas, Rebo Wekasan jatuh pada tanggal berapa?
1. Jadwal Rebo Wekasan 2023
Pemerhati budaya sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tundjung W Sutirto mengatakan bahwa Rebo Wekasan diperingati pada tanggal 27 Safar.
"Kalau melihat penanggalan Hijriah maka jatuh pada 27 Safar 1445 Hijriah atau bertepatan dengan 23 September 2023," ujarnya, Selasa (12/9/2023).
Akan tetapi, Tundjung melanjutkan bahwa ritual Rebo Wekasan bisa dilakukan pada Selasa 12 September 2023 selepas shalat Maghrib atau sholat Isya.
"Dalam konsep kebudayaan Jawa numerologi (petangan/ perhitungan) bahwa waktu selepas Ashar itu sudah dihitung untuk waktu hari besoknya," kata Tundjung.
Namun, ada pula masyarakat yang menyelenggarakan tradisi Rebo Wekasan pada Rabu mulai dari pagi sampai siang hari.
2. Sejarah Rebo Wekasan
Dilansir dari laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, sejarah Rebo Wekasan terbagi menjadi beberapa versi, berikut di antaranya.
Sejarah Rebo Wekasan versi pertama
Versi pertama, sejarah Rebo Wekasan berawal pada 1784. Saat itu, hidup seorang kyai yang bernama Mbah Faqih Usman atau lebih dikenal dengan nama Kyai Wonokromo Pertama atau Kyai Welit.
Diceritakan bahwa Kyai Wonokromo Pertama memiliki kelebihan ilmu yang sangat baik di bidang agama maupun bidang ketabiban dan penyembuhan penyakit.
Masyarakat Wonokromo percaya bahwa Mbah Kyai mampu mengobati penyakit dan metode dengan cara disuwuk, yaitu dibacakan ayat-ayat Al-Quran pada segelas air lalu diminumkan kepada pasiennya sehingga pasien tersebut dapat sembuh.
Kabar itu terdengar sampai ke Sri Sultan Hamengku Buwono I (HB I) yang mengutus 4 orang prajuritnya untuk membuktikan hal tersebut.
Sepeninggal Kyai Wonokromo Pertama, masyarakat meyakini bahwa mandi di pertempuran Kali Opak dan Kali Gajahwong dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mendatangkan berkah ketenteraman.
Oleh karena itu, setiap hari Rebo Wekasan masyarakat berbondong-bondong untuk mencari berkah.
Sejarah Rebo Wekasan versi kedua
Versi lainnya menunjukkan bahwa sejarah Rebo Wekasan tidak terlepas dari upacara yang dilakukan Kraton Mataram dengan Sultan Agung yang berkraton di Pleret sejak tahun 1600.
Pada masa pemerintahan Mataram terjangkit wabah penyakit atau pagebluk.
Kemudian diadakan ritual untuk menolak bala wabah penyakit ini dan Rebo Pungkasan ini diadakan sebagai wujud doa.
Sejarah Rebo Wekasan versi ketiga
Dilansir dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta, versi ketiga sejarah Rebo Wekasan berkaitan dengan Kyai Muhammad Faqih dari Desa Wonokromo yang dikenal Kyai Welit.
Di bulan Safar yang dianggap sebagai bulan malapetaka atau bahaya, masyarakat mendatangi Kyai Welit supaya membuatkan tolak bala yang berbentuk wifik atau rajah yang bertuliskan Arab.
Rajah ini dimasukkan ke dalam bak yang sudah diisi air lalu dipakai untuk mandi. Tujuannya adalah supaya yang menggunakannya berada dalam keselamatan.
3. Tradisi Rebo Wekasan
Perayaan Rebo Wekasan dilakukan masyarakat yang tinggal di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Aceh, Banten, Gresik, dan Banyuwangi.
Rebo Wekasan di Aceh diisi dengan pembacaan shalawat, dzikir, dan doa.Sementara di Jawa, tradisi Rebo Wekasan dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai dengan cara yang berbeda.
Di Banten dan Tasikmalaya, Jawa Barat misalnya, masyarakat memperingati Rebo Wekasan dengan melaksanakan shalat khusus bersama di pagi hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Sementara di Banyuwangi, tradisi Rebo Wekasan dirayakan dengan tradisi petik laut. Selain itu, masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur juga ada yang memperingatinya dengan cara makan nasi yang dibuat khusus di tepi jalan.(*)