Nasi Goreng dan Isyarat Politik: Megawati–Prabowo Makin Dekat?

8 June 2025 10:00 WIB
af6ec01f-4afe-4d10-b9d5-f1e914bfb6f5_169.jpeg

Kuatbaca.com - Di tengah dinamika politik nasional yang terus bergerak pasca Pemilu 2024, perhatian publik kembali tertuju pada hubungan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri. Momen kebersamaan keduanya dalam peringatan Hari Lahir Pancasila memunculkan spekulasi lanjutan, khususnya terkait kemungkinan pertemuan privat berikutnya—dengan nasi goreng legendaris buatan Megawati sebagai simbol yang tak terpisahkan.

Bukan sekali dua kali, Megawati dikabarkan memasakkan nasi goreng untuk tokoh-tokoh politik yang dekat dengannya. Termasuk Prabowo, yang dikenal memiliki selera kuat terhadap sajian buatan Presiden ke-5 RI itu. Kini, publik bertanya-tanya, apakah Prabowo akan kembali bertandang untuk menyantap sajian khas tersebut, yang sering dianggap sebagai sinyal kedekatan politik tingkat tinggi?

1. Ganjar Singgung 'Nasi Goreng Politik': Simbol Persahabatan atau Strategi?

Ganjar Pranowo, tokoh PDI Perjuangan yang sebelumnya menjadi kandidat presiden, ikut meramaikan wacana tersebut. Dalam komentarnya, Ganjar dengan jenaka menyinggung soal "nasi goreng yang belum dimakan," mengisyaratkan bahwa belum adanya pertemuan resmi lanjutan antara Megawati dan Prabowo mungkin hanya soal waktu dan kesiapan masing-masing tokoh.

Ganjar juga menambahkan bahwa momentum menjadi kunci, mengingat kesibukan keduanya yang cukup padat. Namun, pernyataan tersebut membuka kemungkinan bahwa proses komunikasi di antara kedua kubu masih terus berjalan di balik layar—sebuah indikasi bahwa dinamika politik antara PDIP dan pemerintah Prabowo sedang dijajaki secara hati-hati.

2. Sinyal Politik dari Gerindra: Dasco Bertemu Megawati

Menariknya, beberapa hari sebelum Ganjar melontarkan pernyataannya, Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, telah lebih dahulu bertemu dengan Megawati di kediaman pribadinya. Dalam pertemuan itu, Dasco mengaku mendapat sejumlah nasihat dan pandangan dari Megawati, meski isi pembicaraan tidak dibuka secara rinci kepada publik.

Pertemuan ini ditafsirkan sebagai langkah awal dari dialog yang lebih luas antara dua kekuatan politik besar di tanah air. Gerindra sebagai partai pengusung utama Prabowo, dan PDIP sebagai kekuatan ideologis yang berpengaruh, tampaknya tengah menjajaki kemungkinan kerja sama lebih dalam dalam pemerintahan mendatang.

3. Gibran dan Megawati: Potensi Generasi Baru dalam Lingkaran Senior

Tak hanya Prabowo yang didekati, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga baru-baru ini bertatap muka dengan Megawati dalam suasana formal peringatan Hari Pancasila. Sekjen Partai Golkar, Ahmad Sarmuji, menyambut positif pertemuan itu. Ia menyebut bahwa kedekatan fisik—meskipun belum terlalu intens—dapat membuka ruang belajar antara generasi muda dan senior di pemerintahan.

Sarmuji menyebut, pertemuan semacam itu dapat mempererat komunikasi lintas generasi. Ia bahkan membayangkan skenario ideal di mana tokoh-tokoh besar seperti Megawati, Jokowi, SBY, dan Prabowo duduk semeja menyantap nasi goreng bersama—bukan sekadar perjamuan makan, melainkan simbol harmoni dan persatuan elite bangsa.

4. Nasi Goreng Sebagai Simbol Persatuan dan Komunikasi Politik

Nasi goreng buatan Megawati kini telah menjelma menjadi lebih dari sekadar kuliner khas. Ia menjadi simbol komunikasi politik yang bersahabat, lembut, namun penuh makna. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan simbolisme budaya, pertemuan informal di balik dapur rumah bisa jadi lebih menentukan arah politik dibanding pidato di podium resmi.

Dengan semakin dekatnya masa pelantikan kabinet dan pemerintahan Prabowo-Gibran yang akan memulai tugas penuh, sinyal-sinyal pertemuan antar tokoh ini menjadi semakin penting. Apakah akan ada pembagian peran yang lebih terbuka untuk PDIP dalam pemerintahan? Apakah Megawati akan kembali memasak sebagai bentuk penerimaan? Semua pertanyaan itu masih menunggu jawaban dari waktu dan momentum yang tepat.

Fenomena Terkini






Trending