KuatBaca.com - Keberadaan Ganjar Pranowo, bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, dalam tayangan azan sebuah stasiun televisi swasta mendapat sorotan publik. Meskipun demikian, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan pandangan bahwa tayangan tersebut tidak melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Tulus Santoso, Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran KPI Pusat, mengonfirmasi hal tersebut.
1. Ganjar Belum Mendaftar ke KPU
Tulus menegaskan bahwa Ganjar Pranowo saat ini belum mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau ditetapkan sebagai peserta Pemilihan Presiden 2024. Oleh karena itu, kehadiran Ganjar di tayangan azan tersebut tidak memuat unsur kampanye atau ajakan untuk memilih.
Namun, sejalan dengan pandangan KPI, Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI, Rahmat Bagja, mengemukakan kesulitan dalam menjerat Ganjar atas dugaan pelanggaran terkait tayangan azan tersebut. Hal ini disebabkan belum adanya pendaftaran resmi bakal calon presiden oleh KPU.
Meski demikian, tayangan tersebut menimbulkan debat tentang etika berpolitik. Sejumlah elit politik dianggap kurang cermat dalam membangun citra politik. Neni Nur Hayati, Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, berpendapat bahwa para politikus seharusnya tidak melakukan pencitraan yang terkesan dibuat-buat. Neni menyoroti pemilik media yang juga terlibat politik untuk tidak memanfaatkan keberadaan media hanya demi kepentingan politik tertentu.
2. Ketidakjelasan Peraturan KPU
Dalam konteks aturan, Neni membeberkan bahwa ada ketidakjelasan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tahun 2023 tentang Kampanye Pemilihan Umum. Dia berpendapat aturan tersebut membuat batasan antara sosialisasi dan kampanye menjadi kabur, sehingga memberi ruang bagi bakal capres dan cawapres untuk bergerak tanpa batasan.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto, berpendapat bahwa penampilan Ganjar dalam tayangan azan bukanlah bentuk dari politik identitas. Hasto menilai bahwa Ganjar Pranowo adalah sosok yang tulus beragama, dan penampilannya dalam tayangan tersebut adalah wujud nyata dari religiusitasnya. Hasto menambahkan bahwa politik identitas adalah politik yang tidak memajukan kehidupan berbangsa dan berkekurangan dalam prestasi.
Dari kontroversi ini, dapat dilihat betapa pentingnya setiap figur publik untuk selalu mempertimbangkan setiap langkah dalam membangun citra, terutama menjelang momen penting seperti pemilihan presiden. Memastikan keputusan yang diambil selaras dengan etika dan aturan yang berlaku adalah kunci utama dalam dunia politik.(*)