Kuatbaca.com - Penemuan arkeologis mengejutkan datang dari Iran, di mana tim peneliti menemukan tengkorak berbentuk kerucut milik seorang wanita muda yang meninggal lebih dari 6.000 tahun lalu. Tengkorak tersebut ditemukan di Chega Sofla, sebuah situs pemakaman kuno yang berusia ribuan tahun dan terletak di Iran barat, di wilayah yang menghadap ke ujung utara Teluk Persia.
Tengkorak yang tidak biasa ini membuka babak baru dalam studi tentang praktik budaya prasejarah dan kekerasan dalam masyarakat awal Zaman Tembaga.
1. Tengkorak Modifikasi dan Kematian Misterius
Tengkorak wanita muda yang dijuluki BG1.12 ini menarik perhatian karena bentuknya yang panjang dan menyerupai kerucut. Menurut arkeolog Mahdi Alirezazadeh dari Universitas Tarbiat Modares, wanita ini semasa kecil mengalami praktik perban tengkorak, yakni metode pembentukan kepala secara sengaja yang dilakukan dengan membalut kain di sekitar tengkorak selama masa pertumbuhan.
Namun, yang lebih mengejutkan, pemindaian CT Scan menunjukkan adanya fraktur segitiga besar di sisi kiri tengkorak yang menjadi penyebab kematiannya. Fraktur ini diyakini disebabkan oleh benda bermata lebar yang menghantam kepala dengan kekuatan besar, meski belum dapat dipastikan apakah itu adalah akibat kekerasan disengaja atau kecelakaan fatal.
2. Tengkorak Modifikasi: Tradisi Budaya atau Simbol Status?
Penemuan ini memberi petunjuk penting tentang praktik budaya yang kompleks pada masyarakat kuno di Chega Sofla sekitar 4700–3700 SM. Perban tengkorak bukan hal asing di berbagai budaya dunia, sering kali dilakukan untuk menunjukkan status sosial, kepercayaan spiritual, atau identitas kelompok.
Menariknya, di pemakaman Chega Sofla, para arkeolog menemukan bahwa orang-orang dengan tengkorak yang dimodifikasi dan yang tidak dimodifikasi dikuburkan berdampingan, menunjukkan bahwa praktik ini bukan bentuk diskriminasi, tetapi lebih kepada preferensi budaya atau keluarga.
3. Tengkorak Rapuh dan Rentan Terhadap Trauma
Melalui analisis CT Scan, para peneliti mencatat bahwa struktur tengkorak wanita muda tersebut lebih tipis dari normal, terutama pada bagian diploe, yakni lapisan tulang spons yang berfungsi sebagai peredam benturan. Hal ini membuat tengkorak hasil modifikasi lebih rentan terhadap pukulan traumatis.
Dalam makalah yang dipublikasikan di International Journal of Osteoarchaeology pada Mei 2025, para peneliti menyebut bahwa benda tumpul dengan tepi lebar menghantam kepala BG1.12 dari arah depan ke sisi kiri, menyebabkan patah tulang yang fatal.
4. Belum Ada Jawaban Pasti: Dibunuh atau Kecelakaan?
Meskipun ada bukti kuat mengenai trauma yang menyebabkan kematian, para arkeolog belum dapat memastikan apakah wanita ini dibunuh secara sengaja atau meninggal karena kecelakaan. Tidak adanya sisa kerangka utuh juga membatasi kemungkinan untuk memahami lebih lanjut konteks kematiannya.
Yang pasti, para peneliti mencatat bahwa tengkorak lain yang ditemukan di situs tersebut juga menunjukkan tanda-tanda fraktur, meski tidak dimodifikasi. Ini menandakan bahwa kekerasan mungkin bukan hanya terbatas pada mereka yang menjalani praktik perban tengkorak.
Penemuan yang Membuka Tabir Budaya Kuno
Penemuan tengkorak kerucut milik BG1.12 dari Chega Sofla bukan hanya menambah wawasan tentang praktik budaya kuno, tetapi juga memunculkan pertanyaan tentang kekerasan dan kehidupan sosial di masa lampau. Apakah wanita muda ini korban ritual, kecelakaan, atau konflik?
Hingga bukti lebih lanjut ditemukan, kisah tragis dari 6.200 tahun lalu ini tetap menjadi misteri dalam sejarah manusia, sekaligus pengingat bahwa praktik budaya dan kehidupan sosial masa lalu sering kali menyimpan cerita yang jauh lebih kompleks dari apa yang tampak di permukaan.