Reproduksi Tanaman Tanpa Biji: Fenomena Parthenocarpy dalam Dunia Botani

20 September 2023 15:26 WIB·17
63b42d7924cf3.jpg

KuatBaca.com - Kita mungkin sering melihat tanaman yang menghasilkan buah tanpa biji, tapi pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana hal itu bisa terjadi?

Tanaman yang tak memiliki biji namun bisa berkembang biak memang mengundang rasa penasaran. Tanaman ini, yang dikenal dengan angiosperma, menawarkan wawasan menarik tentang mekanisme reproduksi alam semesta.

Tanaman berbunga, umumnya memanfaatkan proses pembuahan yang melibatkan biji untuk bereproduksi. Namun, bagaimana jika tanaman tersebut tak memiliki biji? Bagaimana proses reproduksi berlangsung?

1. Proses Parthenocarpy

Fenomena yang dikenal dengan "parthenocarpy". Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Noll pada tahun 1902, merujuk pada buah yang terbentuk tanpa proses penyerbukan atau stimulasi lainnya. Sebagai contoh, buah seperti semangka tanpa biji dan pisang yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari metode reproduksi ini.

Pada dasarnya, buah adalah hasil dari pematangan ovarium bunga. Di dalam ovarium tanaman berbunga, terdapat ovula yang berfungsi sebagai tempat bagi sel telur. Proses pembuahan pada tumbuhan biasanya melibatkan dua sel sperma. Sel sperma pertama akan memasuki sel telur untuk membentuk zigot, sementara yang kedua memasuki sel pusat untuk membentuk endosperma. Endosperma ini nantinya berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi embrio yang berkembang.

2. Hormon Tanaman

Bukan hanya mekanisme genetik saja yang berperan dalam fenomena ini. Hormon tanaman juga memiliki peran kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Misalnya, pada tanaman nanas yang merupakan organisme diploid, hormon asam giberelat dapat memicu proses pembentukan buah tanpa perlu adanya pembuahan.

Namun, apa yang mendorong evolusi tanaman untuk mengembangkan metode reproduksi seperti ini? Beberapa ilmuwan percaya bahwa kemampuan ini mungkin telah memberikan keuntungan evolusi tertentu bagi tanaman. Parthenocarpy bisa menghasilkan biji yang lebih besar, yang tentunya memiliki potensi lebih besar untuk bertahan hidup dalam perjalanan melalui sistem pencernaan hewan. Selain itu, tanaman mungkin juga lebih mudah untuk dihibridisasi, memberi mereka peluang lebih besar untuk adaptasi dan evolusi. (*)

pengetahuan

Fenomena Terkini






Trending