Mengenal Sesar Citarik, Patahan Aktif Pemicu Gempa Bogor Disertai Dentuman Keras

1. Gempa Bogor 10 April 2025: Dipicu Sesar Aktif di Jawa Barat
Kuatbaca.com - Gempa bumi dengan magnitudo 4,1 yang mengguncang wilayah Kota Bogor, Jawa Barat, pada Kamis malam (10/4/2025), ternyata dipicu oleh aktivitas dari salah satu sesar aktif di Pulau Jawa, yaitu Sesar Citarik. Gempa yang terjadi sekitar pukul 22.16 WIB ini tidak hanya dirasakan getarannya, tetapi juga disertai dengan suara dentuman keras yang sempat mengejutkan warga.
Berdasarkan analisis dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut merupakan jenis gempa tektonik dangkal dengan mekanisme geser mengiri (strike-slip fault). Episenter gempa diketahui berada tepat di jalur patahan Sesar Citarik.
2. Bukti Seismik: Getaran Kuat dan Suara Dentuman
Data yang dihimpun dari stasiun seismik DBJI (Darmaga) dan CBJI (Citeko) menunjukkan adanya gelombang S (Shear) dengan frekuensi tinggi yang kuat. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa gempa berasal dari aktivitas tektonik, bukan akibat aktivitas vulkanik.
Warga di sekitar Kota dan Kabupaten Bogor, hingga wilayah Kota Depok merasakan getaran dengan intensitas antara skala III hingga IV MMI. Beberapa bangunan dilaporkan mengalami kerusakan ringan akibat guncangan.
Yang menarik perhatian masyarakat adalah suara dentuman keras yang terdengar bersamaan dengan gempa. Menurut BMKG, fenomena suara ledakan atau gemuruh saat gempa sangat umum terjadi jika hiposenternya berada sangat dangkal, seperti halnya gempa kali ini.
3. Apa Itu Sesar Citarik?
Sesar Citarik merupakan patahan geser (strike-slip fault) yang membentang di wilayah barat Pulau Jawa, melintasi kawasan Pelabuhan Ratu, Bogor, hingga ke Bekasi. Patahan ini dikenal sebagai sesar aktif dan memiliki potensi menimbulkan gempa bumi yang cukup signifikan, terutama jika aktivitasnya terjadi di dekat permukiman padat penduduk.
Berdasarkan kajian geologi, Sesar Citarik telah aktif sejak periode Miosen Tengah sekitar 15 juta tahun lalu. Awalnya sesar ini tergolong sebagai sesar transtensional, yaitu ketika dua lempeng kerak bumi bergerak menjauh satu sama lain. Namun dalam perkembangan geologinya, sejak sekitar 5 juta tahun lalu (periode Plio-Pleistosen), Sesar Citarik berubah menjadi sesar geser mengiri atau left-lateral strike-slip.
4. Karakteristik dan Segmen Patahan Citarik
Sesar Citarik memiliki panjang sekitar 250 kilometer dan terbagi menjadi tiga segmen besar: segmen selatan, segmen tengah, dan segmen utara. Setiap segmen memiliki karakteristik geologi dan potensi gempa yang berbeda-beda.
Meskipun tidak termasuk sesar yang sangat aktif secara seismik, namun riwayat gempa yang ditimbulkan oleh patahan ini cukup mencatatkan peristiwa besar. Tercatat, gempa yang terjadi pada Maret 2020 dan Desember 2023 juga dikaitkan dengan aktivitas Sesar Citarik. Bahkan, beberapa peneliti meyakini bahwa gempa berkekuatan M 7,0 yang terjadi pada tahun 1833 juga berasal dari sesar ini.
5. Ancaman Seismik di Kawasan Padat Penduduk
Yang membuat keberadaan Sesar Citarik semakin perlu diwaspadai adalah karena jalurnya berada dekat dengan kawasan padat penduduk seperti Bogor, Bekasi, bahkan Jakarta. Kombinasi antara sesar aktif dan kondisi tanah yang cenderung lunak di beberapa bagian utara Jawa Barat dapat memperkuat guncangan gempa yang terjadi.
Hal ini menjadi peringatan penting bagi otoritas kebencanaan, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa bumi. Mitigasi risiko, edukasi gempa, serta penguatan bangunan di daerah rawan menjadi langkah penting yang harus terus ditingkatkan.
6. Agroforestri dan Keamanan Geologis
Seiring dengan upaya konservasi dan penataan ruang, pemerintah juga dapat mempertimbangkan penerapan agroforestri dan pengelolaan kawasan hijau di wilayah sekitar jalur sesar untuk menambah lapisan mitigasi risiko bencana. Selain menjaga lingkungan, upaya ini juga dapat menambah ketahanan masyarakat dari sisi ekonomi.
7. Waspada dan Siaga, Bukan Panik
Sesar Citarik bukanlah fenomena baru, namun aktivitas terbarunya menjadi pengingat bahwa Indonesia berada di zona rawan gempa. Penting bagi masyarakat untuk mengenali tanda-tanda alam, mengikuti informasi resmi dari BMKG, serta membekali diri dengan edukasi kesiapsiagaan bencana.
Dengan pemahaman yang baik terhadap karakteristik sesar aktif seperti Citarik, masyarakat dapat lebih siap menghadapi gempa bumi secara rasional, tanpa kepanikan berlebihan.