Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi, Bukti Kecerdasan Leluhur Indonesia 51.000 Tahun Lalu

Kuatbaca.com - Penemuan mencengangkan kembali mengangkat nama Indonesia di panggung arkeologi dunia. Sebuah lukisan gua prasejarah berusia 51.200 tahun ditemukan di Leang Karampuang, kawasan kapur Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Penemuan ini menegaskan bahwa Indonesia menyimpan seni gua tertua di dunia, bahkan mengungguli karya seni zaman Es dari Eropa yang selama ini dianggap paling awal.
Penemuan ini merupakan hasil kolaborasi ilmiah antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Griffith University, dan Southern Cross University, yang menjadi lompatan besar dalam kajian sejarah seni dan kemampuan naratif manusia purba.
1. Lukisan Naratif Paling Awal: Interaksi Manusia dan Babi Hutan
Lukisan yang ditemukan menggambarkan tiga sosok mirip manusia berinteraksi dengan seekor babi hutan. Sosok-sosok ini tidak digambarkan secara terpisah, tetapi dalam satu rangkaian narasi, menandakan kemampuan manusia purba Indonesia dalam bercerita melalui media visual ribuan tahun sebelum munculnya sistem tulisan.
Menurut Adhi Agus Oktaviana, arkeolog BRIN yang memimpin studi ini, lukisan tersebut adalah bentuk komunikasi awal manusia, sebuah narasi visual yang menjadi jejak tertua kemampuan bercerita manusia. “Karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu, maka seni menjadi jejak yang tertinggal,” ujarnya.
2. Teknologi Mutakhir: Laser Ablation U-Series untuk Tanggal Akurat
Tim menggunakan metode Laser Ablation Uranium-Series (LA-U-series) untuk menentukan usia lukisan tersebut. Teknologi ini mampu menganalisis lapisan tipis kalsium karbonat yang menutupi lukisan, memberikan pertanggalan sangat presisi hingga mendekati waktu pembuatan gambar.
Profesor Maxime Aubert dan Profesor Renaud Joannes-Boyau dari Griffith University dan Southern Cross University berperan penting dalam pengembangan metode ini. Mereka menyatakan bahwa teknologi ini akan merevolusi penanggalan seni cadas karena mampu membedakan bagian lukisan yang terkena proses alam dari yang asli.
3. Menyaingi Temuan Seni Eropa: Sulawesi Jadi Titik Pusat Peradaban Seni Awal
Selama ini, dunia akademik menganggap seni figuratif awal hanya berkembang di Eropa, seperti gua Chauvet di Prancis atau El Castillo di Spanyol. Namun, temuan dari Sulawesi membalikkan narasi tersebut. Lukisan ini tidak hanya lebih tua dari karya Eropa, tetapi juga menunjukkan elemen naratif yang kompleks, yang baru muncul jauh kemudian di benua Barat.
Profesor Adam Brumm, arkeolog dari Griffith University, menegaskan bahwa lukisan gua ini adalah “salah satu bukti terawal tentang pentingnya bercerita dalam budaya manusia”. Artinya, tradisi bertutur visual sudah berkembang lebih dahulu di Asia Tenggara.
4. Dukungan Internasional dan Potensi Pelestarian
Penemuan ini menjadi bukti keberhasilan riset kolaboratif internasional yang dilakukan secara konsisten dan jangka panjang. Berbagai pihak turut berperan, mulai dari BRIN, universitas dalam dan luar negeri, Balai Pelestarian Kebudayaan, hingga pemerintah daerah.
Herry Jogaswara, Kepala Organisasi Riset Arkeologi BRIN, menyebut penemuan ini sebagai “kontribusi besar Indonesia terhadap pengetahuan global.” Selain nilai ilmiah, kawasan Maros-Pangkep kini diakui sebagai warisan arkeologi dunia yang harus dilestarikan, baik untuk penelitian, edukasi, maupun pariwisata budaya.
5. Arah Baru Riset Arkeologi: Sulawesi Jadi Fokus Dunia
Bersama situs Leang Bulu’ Sipong 4, yang juga menunjukkan adegan berburu oleh manusia setengah hewan (therianthropes), kawasan Maros-Pangkep semakin mendapat perhatian dunia. Sofwan Noerwidi, Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, mengatakan bahwa “kombinasi teknik dan teknologi baru telah membuka cakrawala interpretasi arkeologi prasejarah menjadi lebih tajam.”
Profesor Akin Duli dari Universitas Hasanuddin pun mengapresiasi temuan ini dan berharap menjadi rujukan global, serta mendorong peningkatan kajian dan pelestarian situs-situs arkeologi di Sulawesi.
Indonesia, Titik Awal Warisan Naratif Manusia
Penemuan lukisan gua tertua di dunia di Sulawesi adalah kebanggaan nasional dan kontribusi besar bagi sejarah umat manusia. Tidak hanya menegaskan posisi Indonesia dalam jalur evolusi seni dan budaya, temuan ini juga membuktikan bahwa peradaban manusia awal di Nusantara memiliki kedalaman intelektual dan budaya yang luar biasa.
Dengan pelestarian yang tepat dan dukungan dari seluruh pihak, kawasan arkeologi Maros-Pangkep bisa menjadi ikon warisan dunia yang mengangkat nama Indonesia ke kancah global.