Hari Tritura: Mengenang Demonstrasi dan Tiga Tuntutan Rakyat

10 January 2024 16:14 WIB
64f163448eee0.jpg

Kuatbaca.com - Setiap tanggal 10 Januari, Indonesia merayakan Hari Tritura, yang merupakan peringatan terhadap peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal tersebut pada tahun 1966. Hari Tritura menandai demonstrasi besar-besaran yang dipimpin oleh mahasiswa dan aktivis, mencerminkan pergolakan politik dan ekonomi yang terjadi pada masa itu. Inilah sejarah dan dampak dari Hari Tritura yang tetap dikenang setiap tahun.

Latar Belakang Peristiwa Tritura

Pada tahun 1960-an, Indonesia menghadapi kondisi politik yang tidak stabil. Sikap anti neo-kolonialisme dan neo-imperialisme mengisolasi Indonesia dari dukungan luar negeri, baik politik maupun ekonomi. Inflasi melonjak, mencapai 600 persen, dan pada tahun 1965, terjadi Gerakan 30 September (G30S) yang menuduh Partai Komunis Indonesia (PKI) terlibat dalam pembunuhan tujuh jenderal TNI.

Demonstrasi dan Tiga Tuntutan Rakyat

Memasuki tahun 1966, mahasiswa dan aktivis, seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KPPI), bersatu dalam Front Pancasila. Mereka melakukan demonstrasi besar-besaran dan menyuarakan tiga tuntutan, yang dikenal sebagai Tritura:

1. Pembubaran PKI: Menuntut pembubaran PKI yang dituduh terlibat dalam G30S.

2. Pembersihan Kabinet Dwikora: Menginginkan pembersihan unsur-unsur yang terlibat dalam G30S PKI dari Kabinet Dwikora.

3. Penurunan Harga: Menyuarakan tuntutan penurunan harga untuk merespons kondisi ekonomi yang sulit.

Tanggapan Pemerintah dan Dampak Tritura

Sayangnya, Presiden Sukarno tidak merespons tiga tuntutan tersebut. Demonstrasi terus berlanjut, dan pada 11 Maret 1966, mendapat dukungan dari tentara. Mahasiswa mengepung Istana Kepresidenan, menuntut pemenuhan Tritura, terutama pembubaran PKI.

Dalam konteks ini, Letnan Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib), meminta Surat Perintah Se-Ma-Rang (Supersemar) dari Presiden Sukarno. Supersemar memberikan wewenang besar kepada Soeharto untuk menangani situasi tersebut.

Dampak dan Konsekuensi

Setelah Supersemar, Soeharto naik ke tampuk kekuasaan dan menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2. Hari Tritura mencerminkan peralihan kekuasaan dan mengingatkan pada pentingnya aspirasi rakyat. Peristiwa ini memberikan landasan bagi perubahan politik dan perekonomian di Indonesia.

Hari Tritura tidak hanya merayakan momen bersejarah, tetapi juga mengingatkan pentingnya partisipasi rakyat dalam menentukan arah negara. Dengan mengenang tiga tuntutan rakyat pada Hari Tritura, Indonesia memperkuat nilai-nilai demokrasi dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan negara.

(*)

pengetahuan

Fenomena Terkini






Trending