Terinspirasi London, Gubernur Pramono Anung Buka Taman 24 Jam di Jakarta

Kuatbaca - Gagasan besar kadang muncul dari pengalaman kecil yang penuh makna. Inilah yang dialami Gubernur Jakarta, Pramono Anung, saat melakukan kunjungan kerja ke London beberapa waktu lalu. Di sela-sela kesibukan, ia menyempatkan diri berjalan-jalan menikmati suasana kota. Namun bukan gedung-gedung megah atau museum bersejarah yang mencuri perhatiannya—melainkan taman kota yang tetap ramai dan terbuka, bahkan saat malam tiba.

Pemandangan itulah yang membekas kuat di benaknya. Pramono menyaksikan bagaimana taman di London menjadi ruang hidup bagi warganya, tak peduli waktu. Tak hanya tempat rekreasi, taman-taman itu menjelma menjadi pusat interaksi sosial, tempat menenangkan diri, hingga ajang pertunjukan seni malam hari. Dari situlah muncul ide: mengapa Jakarta tidak bisa melakukan hal yang sama?

Menjawab Kekhawatiran dengan Solusi, Bukan Pelarangan

Wacana membuka taman selama 24 jam di Jakarta bukan tanpa tantangan. Salah satu kekhawatiran yang paling sering dilontarkan adalah potensi penyalahgunaan ruang terbuka tersebut—dari menjadi tempat mabuk-mabukan, hingga praktik asusila. Namun Pramono memilih untuk tidak mundur.

Baginya, tantangan semacam ini bukan alasan untuk menutup peluang bagi warga Jakarta menikmati ruang publik lebih lama. Ia menegaskan bahwa masalah tersebut harus dijawab melalui sistem pengawasan, pencahayaan yang baik, serta keterlibatan masyarakat dalam menjaga ketertiban taman. Jika warga kota besar dunia bisa menikmati taman sepanjang waktu tanpa kehilangan rasa aman, maka Jakarta pun bisa.

Antusiasme Publik Melebihi Ekspektasi

Sejak Lapangan Banteng resmi dibuka 24 jam, sambutan masyarakat ternyata sangat positif. Dalam waktu singkat, taman ikonik di Jakarta Pusat itu dipenuhi warga dari berbagai kalangan. Ada yang datang bersama keluarga untuk piknik malam, anak muda yang menggelar pertunjukan musik akustik, hingga lansia yang sekadar ingin berjalan santai menikmati angin malam.

Pramono sendiri mengaku terharu melihat antusiasme warga. Taman bukan lagi hanya milik pagi dan siang, tapi juga menjadi bagian dari kehidupan malam Jakarta yang lebih sehat, positif, dan terbuka.

Lima Taman Jadi Pelopor Ruang Terbuka 24 Jam

Sebagai langkah awal, Pemprov DKI telah meresmikan lima taman kota yang kini beroperasi selama 24 jam. Di Jakarta Pusat ada Taman Menteng dan Lapangan Banteng. Sementara di Jakarta Selatan, warga kini bisa menikmati Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu tanpa batas waktu.

Kelimanya dipilih karena berada di lokasi strategis, memiliki infrastruktur pencahayaan dan keamanan yang cukup, serta mudah diawasi. Jika proyek ini berjalan sukses, Pemprov DKI tak menutup kemungkinan akan menambah jumlah taman 24 jam di wilayah lain seperti Jakarta Timur, Jakarta Barat, bahkan Kepulauan Seribu.

Langkah ini bukan hanya soal jam operasional taman, melainkan bagian dari transformasi Jakarta menuju kota yang lebih inklusif dan manusiawi. Ruang publik selama ini sering kali dipandang sempit—baik secara fisik maupun waktu. Kehadiran taman 24 jam memberi ruang lebih luas bagi kreativitas, hiburan, serta ruang aman untuk beristirahat atau berekspresi.

Tidak semua orang bekerja atau beraktivitas di jam konvensional. Bagi mereka yang hidup dalam ritme malam, keberadaan taman yang terbuka dan aman adalah oase di tengah hiruk pikuk kota.

Kebijakan ini kini menjadi sorotan di berbagai kota besar lain di Indonesia. Banyak kepala daerah yang mulai melirik konsep serupa sebagai solusi memperkaya ruang publik tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Taman-taman 24 jam bisa menjadi titik temu antara kebijakan pembangunan dan kebutuhan warga yang sesungguhnya.

Gubernur Pramono tidak hanya memberi fasilitas, tapi juga mengubah cara berpikir. Ia ingin agar kota ini tidak hanya besar secara fisik, tetapi juga ramah secara sosial. Sebuah kota yang tak pernah tidur, tapi tetap damai dan nyaman untuk semua.