Permintaan Khusus Prabowo ke CATL: Baterai Tak Hanya untuk Mobil, Tapi Juga Energi Surya

Kuatbaca - Dalam upaya mendorong transformasi energi nasional, Presiden terpilih Prabowo Subianto memberi perhatian khusus terhadap pengembangan ekosistem baterai di Indonesia. Salah satu langkah strategisnya adalah memberikan arahan langsung kepada perusahaan-perusahaan asing yang terlibat dalam proyek ini agar turut mendorong produksi baterai untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga surya.
Lebih dari Sekadar Kendaraan Listrik
Selama ini, proyek baterai di Indonesia identik dengan pengembangan kendaraan listrik. Namun, Prabowo melihat peluang yang lebih luas. Baterai tak hanya dibutuhkan untuk mobil listrik, tetapi juga menjadi tulang punggung dalam penyimpanan energi dari sumber-sumber terbarukan, seperti panel surya. Maka, dalam arahannya, Prabowo meminta agar proyek yang melibatkan konsorsium perusahaan asal China seperti CATL, Brunp, dan Lygend (CBL), tak berhenti di sektor otomotif saja.
Keinginan tersebut disampaikan melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang juga berperan aktif dalam memfasilitasi kerja sama antara CBL, Antam, dan Indonesia Battery Corporation (IBC). Permintaan ini pun langsung dibicarakan dengan pihak konsorsium dalam pertemuan intensif hingga larut malam. Hasilnya, ketiganya menyatakan kesediaan untuk mengembangkan teknologi baterai penyimpanan energi surya sebagai bagian dari proyek yang mereka jalankan di tanah air.
Pabrik Raksasa dengan Daya Listrik Luar Biasa
Dalam proyek yang telah dimulai ini, konsorsium Indonesia dan China menargetkan kapasitas produksi baterai hingga mencapai 15 gigawatt hour (GWh). Untuk memberikan gambaran, kapasitas sebesar itu diperkirakan mampu menyuplai listrik bagi 250 hingga 300 ribu unit mobil listrik. Tapi dengan dorongan baru dari pemerintah, produksi ini akan meluas untuk mencakup penyimpanan energi dari panel surya—sebuah langkah penting untuk mendukung target netral karbon Indonesia di masa depan.
Dengan adanya perluasan fungsi produksi, pabrik baterai ini akan memiliki dampak yang jauh lebih signifikan. Tidak hanya mendukung kendaraan berbasis listrik, tetapi juga memperkuat infrastruktur energi terbarukan nasional, khususnya di wilayah-wilayah yang belum tersentuh jaringan listrik nasional secara penuh.
Keadilan Ekonomi untuk Daerah
Di luar aspek teknis dan energi, perhatian pemerintah juga tertuju pada dimensi sosial ekonomi. Bahlil, sebagai perpanjangan tangan Presiden, menyampaikan bahwa proyek-proyek besar seperti ini tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir kalangan, apalagi yang berasal dari pusat kekuasaan ekonomi seperti Jakarta.
Pemerintah meminta secara tegas agar konsorsium asing menggandeng lebih banyak pengusaha lokal di daerah-daerah tempat proyek dijalankan. Keterlibatan pelaku usaha lokal, menurut pemerintah, harus mencakup hal-hal penting namun sering terlupakan, seperti jasa konstruksi, katering, pengadaan BBM, hingga logistik sehari-hari.
Tujuan akhirnya jelas: menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkeadilan. Proyek yang berada di daerah seharusnya memberi manfaat langsung bagi masyarakat setempat, bukan sekadar menjadi ladang keuntungan bagi investor besar dari luar wilayah.
Dengan memberi ruang kepada pengusaha daerah, pemerintah berharap lahirnya semangat baru: anak-anak muda lokal yang mampu berdiri di atas kaki sendiri dan menjadi tuan rumah di tanah kelahirannya. Transformasi industri harus berjalan beriringan dengan transformasi sosial. Tak hanya membangun pabrik-pabrik raksasa, tapi juga membangun masa depan ekonomi yang merata dan berkelanjutan.
Permintaan Prabowo kepada CATL dan mitra konsorsiumnya bukan hanya sebuah instruksi teknis, melainkan bagian dari visi besar menuju kedaulatan energi dan kemandirian ekonomi nasional. Proyek baterai ini bisa menjadi batu loncatan penting, tak hanya bagi perkembangan teknologi, tetapi juga bagi pemerataan kesejahteraan.