Kuatbaca.com-Pasar mobil listrik di Indonesia mengalami sedikit penurunan pada Mei 2025. Berdasarkan data distribusi dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) mencapai 6.334 unit, turun dari bulan April yang mencatatkan 7.690 unit. Meskipun terjadi penurunan, jumlah tersebut masih mencerminkan tingginya minat masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Dominasi merek-merek asal Tiongkok masih terlihat jelas. BYD, Denza, Chery, dan Wuling terus menjadi pemain utama yang mendominasi pasar mobil listrik tanah air. Mereka berhasil menarik perhatian konsumen dengan harga yang kompetitif, teknologi canggih, serta desain yang sesuai dengan selera masyarakat urban.
Penurunan ini juga beriringan dengan penurunan total penjualan kendaraan bermotor nasional, yang turun sekitar 15,1% secara
tahunan (year-on-year). Artinya, bukan hanya mobil listrik yang terdampak, tetapi seluruh industri otomotif turut mengalami perlambatan.
Faktor eksternal seperti fluktuasi ekonomi, kebijakan insentif yang berubah, serta harga bahan baku dan suku bunga kredit, turut menjadi penyebab penurunan penjualan kendaraan di Indonesia, termasuk BEV.
Menempati posisi pertama sebagai mobil listrik terlaris di Indonesia untuk bulan Mei 2025 adalah BYD Sealion 7, dengan angka distribusi mencapai 1.232 unit. Meskipun mengalami penurunan dari bulan sebelumnya (1.792 unit), model ini tetap menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia yang mencari SUV listrik dengan fitur lengkap dan jarak tempuh panjang.
Di posisi kedua, BYD M6, sebuah MPV listrik dengan kapasitas tujuh penumpang, membukukan distribusi sebanyak 1.184 unit. Penurunan dari 1.257 unit di bulan sebelumnya tidak menggoyahkan posisinya sebagai mobil keluarga ramah lingkungan yang diminati banyak kalangan.
Denza D9, yang juga merupakan bagian dari keluarga BYD, berada di peringkat ketiga dengan distribusi 630 unit. Mobil ini sebelumnya juga menempati peringkat atas dalam kategori MPV mewah listrik dan terus menunjukkan performa stabil di pasar nasional.
Selanjutnya, Chery J6 (iCar3) mencatatkan penjualan sebanyak 580 unit, menjadikannya salah satu pesaing kuat dari lini mobil listrik kompak yang ditujukan untuk pasar urban.
Wuling yang telah lebih dahulu bermain di pasar kendaraan listrik Indonesia tetap mempertahankan posisinya di jajaran teratas. Model Wuling Air EV mencatatkan 419 unit terdistribusi di bulan Mei. Cloud EV pun mencatat angka yang sama, yaitu 419 unit, menunjukkan permintaan yang cukup stabil.
Model lainnya dari Wuling, yaitu BinguoEV, mencatat distribusi sebesar 210 unit, mempertegas strategi Wuling yang menyasar berbagai segmen mobil listrik dari city car hingga hatchback modern.
Merek asal Korea Selatan, Hyundai, tak mau ketinggalan. Hyundai Ioniq 5 berhasil masuk dalam daftar 10 besar dengan angka
distribusi 226 unit. Ini merupakan pencapaian penting, mengingat Ioniq 5 sudah dirakit secara lokal di Indonesia dan masuk dalam
program kendaraan elektrifikasi nasional.
Sayangnya, varian termurah dari Hyundai, yaitu Kona Electric, belum menunjukkan performa optimal, hanya mencatat 51 unit terdistribusi di bulan yang sama.
Dengan semakin beragamnya pilihan mobil listrik di pasar, konsumen Indonesia kini memiliki lebih banyak opsi sesuai kebutuhan dan gaya hidup. Merek seperti Geely EX5 juga mulai muncul sebagai alternatif baru dengan 377 unit terjual pada Mei, membuktikan bahwa pemain baru pun memiliki peluang sukses jika menawarkan produk yang kompetitif.
Meski secara total terjadi penurunan, namun ini bisa dianggap sebagai fase penyesuaian pasar. Sebab sejak awal 2025, penjualan mobil listrik terbilang agresif dengan pertumbuhan pesat dari bulan ke bulan. Hingga Mei 2025, total mobil yang terjual di semua segmen mencapai 316.981 unit, turun 5,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (335.405 unit).
Namun, penurunan tersebut bukan pertanda buruk. Justru menjadi momen evaluasi untuk produsen dan pemerintah dalam memperkuat infrastruktur, ketersediaan stasiun pengisian listrik umum (SPKLU), serta menjaga stabilitas insentif agar pertumbuhan pasar kendaraan listrik tetap berkelanjutan.
Dengan proyeksi kebijakan jangka panjang yang semakin mendukung energi bersih, mobil listrik diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan dalam jangka menengah hingga panjang di Indonesia.