Pemerintah China Minta Produsen Otomotif Hentikan Perang Harga, Industri Terancam 'Jebol'

10 June 2025 09:58 WIB
ilustrasi-mobil-china-1749431795327_169.jpeg

1. Perang Harga Mobil China Dianggap Mulai Merusak Industri

Kuatbaca.com - Fenomena penurunan harga mobil di pasar otomotif China kini mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. Persaingan harga antarprodusen dinilai sudah kelewat batas dan berpotensi merugikan industri secara menyeluruh. Beberapa pabrikan bahkan mulai menjual kendaraan dengan harga yang sangat rendah, jauh di bawah standar pasar. Hal ini memicu kekhawatiran akan terjadinya ‘race to the bottom’ atau persaingan destruktif yang justru melemahkan daya saing jangka panjang.

Pemerintah China pun bertindak cepat dengan memanggil sejumlah petinggi produsen mobil ke Beijing. Mereka diminta untuk menghentikan aksi jual murah yang dinilai tak berkelanjutan. Selain itu, para pelaku industri juga diminta melakukan pengaturan mandiri (self-regulation) sebelum situasi semakin tidak terkendali.

2. Pemerintah dan Regulator Bersatu Minta Tata Ulang Kompetisi

Tidak hanya dari kalangan eksekutif, regulator pasar dan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) juga menyerukan penghentian perang harga. Mereka menekankan pentingnya membangun ekosistem industri yang sehat, dengan menata ulang apa yang mereka sebut sebagai kompetisi "involusioner"—istilah yang menggambarkan persaingan yang justru merugikan pelaku pasar sendiri.

Dalam laporan kerja tahunan, Perdana Menteri Li Qiang juga menggunakan istilah ini sebagai peringatan atas bahaya persaingan yang tidak terarah. MIIT mengindikasikan akan memperketat regulasi agar setiap produsen menaati prinsip persaingan sehat. Namun, sejumlah pengamat menyangsikan efektivitas langkah ini, terutama karena perang harga sudah menjadi strategi dominan dalam dua tahun terakhir.

3. Penurunan Harga Mobil: Strategi Penjualan atau Bom Waktu?

Statistik memperlihatkan bahwa harga mobil, khususnya mobil listrik dan hybrid, mengalami penurunan rata-rata 19% dalam dua tahun terakhir. Kini, harga ritel mobil baru di China berada di kisaran 165 ribu yuan atau sekitar Rp 370 jutaan. Di satu sisi, ini memperluas akses masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan. Di sisi lain, muncul pertanyaan serius: apakah harga serendah ini bisa bertahan tanpa membuat industri jebol?

Bagi produsen kecil atau baru, strategi banting harga mungkin mampu meningkatkan volume penjualan jangka pendek. Namun, margin keuntungan yang semakin tipis bisa berdampak pada keberlangsungan operasional dan investasi pengembangan teknologi. Ketergantungan pada harga murah juga bisa menciptakan jebakan struktural yang sulit dipulihkan dalam jangka panjang.

4. Pelaku Industri: Persaingan Akan Semakin Brutal ke Depan

CEO Xpeng, He Xiaopeng, menyatakan keraguannya terhadap keberhasilan penghentian perang harga. Menurutnya, kompetisi yang lebih ketat sudah tak terhindarkan seiring bertambahnya jumlah produsen dan produk baru yang masuk ke pasar. Dalam pandangannya, kondisi saat ini baru tahap awal dari persaingan yang akan semakin brutal dalam lima tahun ke depan.

Xiaopeng menyebut bahwa konsumen memang diuntungkan dari harga murah, tetapi dalam jangka panjang industri justru bisa dirugikan. Tanpa mekanisme penyeimbang, produsen akan berlomba-lomba menekan harga tanpa memperhatikan kualitas, inovasi, dan keberlanjutan bisnis.

5. Dampak Global: Ekspansi Mobil Murah China Picu Ketegangan Perdagangan

Perang harga di dalam negeri tak hanya berdampak pada pasar domestik, tapi juga mulai memicu kekhawatiran di pasar global. Ekspansi mobil murah asal China ke Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Latin mulai dianggap sebagai ancaman oleh produsen otomotif tradisional. Bahkan, beberapa negara mempertimbangkan langkah proteksionis untuk melindungi industri lokal dari gempuran mobil China yang harganya dinilai ‘tidak wajar’.

Dalam konteks ini, tekanan terhadap produsen China untuk menahan harga bukan sekadar urusan internal. Ini juga menjadi bagian dari diplomasi dagang dan strategi industri jangka panjang. Jika China gagal menata kembali struktur harga mobilnya, ketegangan dagang internasional bisa meningkat.

Keseimbangan antara Daya Saing dan Keberlanjutan Dibutuhkan

Langkah pemerintah China memanggil produsen mobil dan memperingatkan dampak perang harga mencerminkan keprihatinan serius terhadap masa depan industri otomotif. Meski persaingan menjadi motor inovasi dan efisiensi, strategi banting harga yang tak terkendali justru bisa membawa konsekuensi negatif bagi semua pihak—produsen, konsumen, dan ekosistem industri secara keseluruhan.

Jika regulasi dan kesadaran kolektif dari pelaku industri tidak segera dibangun, bukan tidak mungkin ekosistem otomotif China yang kini dominan secara global justru mengalami krisis dari dalam. Keseimbangan antara harga, kualitas, dan keberlanjutan harus segera menjadi prioritas.

otomotif

Fenomena Terkini






Trending