Pelajaran Berharga dari Kecelakaan Maut Elf di Tawangmangu: Rem Blong Kembali Jadi Penyebab

18 May 2025 13:04 WIB
kecelakaan-elf-muat-rombongan-warga-bojonegoro-di-tawangmangu-jawa-tengah-1747477364744.jpeg

Kuatbaca.com - Sebuah kecelakaan tragis kembali terjadi di jalur wisata Tawangmangu-Magetan, tepatnya di Desa Gondosuli, Karanganyar. Sebuah mobil minibus jenis Elf yang membawa rombongan wisatawan asal Bojonegoro, Jawa Timur, mengalami rem blong saat menuruni jalan curam. Kecelakaan tunggal ini menyebabkan lima orang meninggal dunia di lokasi kejadian. Jalur yang dikenal memiliki turunan panjang dan tajam itu memang kerap kali menjadi titik rawan kecelakaan, terutama bagi kendaraan besar atau yang membawa banyak penumpang.

1. Saksi Mata Ungkap Detik-Detik Kecelakaan

Riki (23), warga sekitar yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian, menyaksikan langsung bagaimana kendaraan Elf tersebut melaju tidak terkendali. Dari pengamatannya, mobil datang dari arah Sarangan menuju Tawangmangu dengan kecepatan tinggi. Ketika melewati area depan warungnya, kecepatan mobil diperkirakan sudah mencapai 50-60 km/jam. Ia juga mencium aroma kampas rem terbakar yang menandakan sistem pengereman sudah tidak berfungsi dengan baik. Tidak terdengar suara klakson ataupun teriakan dari dalam mobil, seolah penumpang pun sudah pasrah akan situasi yang terjadi.

2. Rem Blong: Masalah Lama yang Terus Berulang

Fenomena rem blong bukan hal baru dalam dunia transportasi di Indonesia, terutama pada jalur-jalur pegunungan atau turunan curam. Banyak pengemudi yang tidak memahami teknik berkendara yang benar di medan seperti ini. Salah satu kesalahan paling umum adalah terlalu mengandalkan rem kaki (foot brake) sebagai satu-satunya sistem pengereman. Padahal, rem kaki sangat rentan terhadap overheat jika digunakan secara terus-menerus di jalan menurun, yang pada akhirnya bisa menyebabkan rem kehilangan daya cengkeram atau yang disebut rem blong.

3. Pentingnya Teknik Mengemudi yang Tepat di Jalan Menurun

Ahli keselamatan berkendara, Jusri Pulubuhu, menjelaskan bahwa banyak pengemudi belum menguasai teknik defensive driving, terutama di jalur-jalur pegunungan. Penggunaan rem kaki secara berlebihan tanpa dukungan dari sistem engine brake atau exhaust brake bisa menyebabkan sistem pengereman tidak mampu menahan beban kendaraan. Dalam kondisi ideal, pengemudi seharusnya menggunakan gigi rendah saat menuruni jalan curam. Ini berfungsi agar perlambatan kendaraan bisa dibantu oleh mesin, bukan semata-mata oleh rem.

4. Dukungan dari Teknologi Kendaraan yang Sering Diabaikan

Ahmad Wildan, Senior Investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), menambahkan bahwa selain engine brake, kendaraan berat seperti Elf atau truk sebaiknya memanfaatkan exhaust brake secara optimal. Sayangnya, masih banyak sopir yang justru mematikan atau memainkan sistem ini secara on-off, padahal seharusnya exhaust brake diaktifkan terus-menerus untuk menjaga kecepatan kendaraan tetap stabil. Penggunaan exhaust brake yang benar memungkinkan mesin menahan laju kendaraan sehingga rem tidak bekerja terlalu keras.

5. Evaluasi dan Edukasi Pengemudi Jadi Kunci Pencegahan

Setelah berkali-kali kecelakaan serupa terjadi, sudah saatnya semua pihak mengambil pelajaran serius dari peristiwa ini. Pemerintah daerah, operator kendaraan pariwisata, hingga penyedia pelatihan mengemudi harus bekerja sama dalam memberikan edukasi dan pelatihan keselamatan berkendara, khususnya di jalur ekstrem. Tidak hanya soal kemampuan teknis mengemudi, pengemudi juga harus dibekali dengan pemahaman teknis dasar mengenai fungsi pengereman, cara kerja rem angin, serta pentingnya pengecekan berkala terhadap sistem rem.

otomotif

Fenomena Terkini






Trending