Ketegangan Dagang AS-China, Apakah Berdampak ke Mobil China di Indonesia?

Kuatbaca - Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas dalam beberapa waktu terakhir. Situasi ini pun menjadi perhatian banyak pihak, termasuk para pelaku industri otomotif. Sebagai dua raksasa ekonomi dunia, ketegangan antara Washington dan Beijing tentunya tidak hanya berdampak di level bilateral, tapi juga menjalar ke negara-negara lain yang menjadi pasar kedua negara tersebut—termasuk Indonesia.
Di tengah dinamika tersebut, muncul pertanyaan: apakah ketegangan dagang ini mulai terasa imbasnya terhadap penjualan dan distribusi mobil-mobil merek China di pasar otomotif Indonesia?
Mobil China di Indonesia Masih Melaju Stabil
Sejumlah merek otomotif asal Tiongkok, seperti Chery dan BYD, saat ini tengah gencar memperkuat posisinya di pasar Indonesia. Dengan model-model baru yang agresif dari sisi harga, fitur, dan teknologi, mobil-mobil China mulai mencuri perhatian konsumen dalam negeri. Namun, di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian, terutama akibat perang dagang, kekhawatiran soal pasokan dan keberlangsungan distribusi menjadi topik yang ramai diperbincangkan.
Meski begitu, hingga pertengahan April 2025, tak ada tanda-tanda gangguan berarti dalam operasional para pabrikan asal Negeri Tirai Bambu tersebut. Proses distribusi unit kendaraan, pemasaran, hingga pelayanan purna jual masih berlangsung normal di Indonesia.
Chery Optimistis, Belum Ada Dampak Signifikan
PT Chery Sales Indonesia (CSI), salah satu pemain utama mobil China di Tanah Air, mengaku sejauh ini belum melihat adanya efek domino dari ketegangan antara dua negara besar itu. Menurut mereka, perang tarif yang sedang berlangsung masih dalam tahap negosiasi dan belum secara langsung memengaruhi rantai distribusi atau harga komponen yang digunakan untuk pasar Indonesia.
Apalagi, sebagian besar komponen yang digunakan Chery untuk kendaraan yang dijual di Indonesia berasal dari China sendiri. Artinya, ketergantungan terhadap pasokan dari Amerika Serikat sangat minim, bahkan hampir tidak ada. Hal inilah yang membuat Chery merasa cukup aman dari dampak konflik dagang tersebut, setidaknya dalam waktu dekat.
Minimnya Ketergantungan terhadap Komponen AS Jadi Kunci
Salah satu alasan utama mengapa mobil-mobil buatan China tidak terlalu terdampak oleh perang dagang ini adalah karena mereka memiliki rantai pasok yang relatif tertutup dan independen. Produsen seperti Chery telah lama mengembangkan ekosistem komponen dalam negeri yang kuat. Dari mesin hingga sistem elektronik, hampir semuanya dibuat di dalam negeri atau didatangkan dari sesama negara Asia.
Hal ini membuat mereka tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan tarif impor dari dan ke Amerika Serikat. Kondisi ini tentu berbeda dengan pabrikan global lainnya yang memiliki rantai pasok lintas benua dan sangat tergantung pada kondisi geopolitik.
Meski saat ini belum ada gejolak yang signifikan, bukan berarti para pemain otomotif bisa bersantai. Perang dagang, sebagaimana dinamika hubungan internasional lainnya, bisa berubah arah sewaktu-waktu. Jika eskalasi konflik meningkat dan memengaruhi sentimen global atau nilai tukar mata uang, dampaknya bisa menjalar hingga ke harga jual dan biaya operasional di Indonesia.
Namun untuk saat ini, konsumen Indonesia yang tengah melirik mobil-mobil China tak perlu cemas. Produksi tetap berjalan, pengiriman unit tetap lancar, dan layanan purna jual pun tetap aktif. Bagi Chery dan merek-merek China lainnya, tantangan justru bukan dari perang dagang, melainkan dari persaingan pasar lokal yang semakin kompetitif, terutama di segmen kendaraan listrik dan SUV kompak.
Dalam lanskap global yang penuh gejolak ini, kemampuan sebuah merek untuk tetap tangguh sangat tergantung pada efisiensi rantai pasok dan kecerdasan strategi distribusi mereka. Mobil-mobil asal China, dengan pondasi produksi yang kuat di dalam negeri dan independensi dari komponen Amerika, sejauh ini berhasil menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan di tengah arus deras konflik dagang internasional.
Untuk para konsumen di Indonesia, kabar ini menjadi angin segar. Mereka bisa tetap melirik mobil China sebagai pilihan rasional dan terjangkau tanpa perlu khawatir akan dampak langsung dari perang dagang antara dua negara adidaya.