Kuatbaca.com - Federasi Otomotif Internasional (FIA) telah mengumumkan jadwal sementara (provisional calendar) untuk musim balap Formula E 2025/2026. Dari total 18 seri yang dijadwalkan, tidak terlihat nama Jakarta sebagai tuan rumah, sebuah perubahan mencolok setelah sebelumnya ibu kota Indonesia rutin menjadi bagian dari seri balap kendaraan listrik bergengsi tersebut.
Formula E akan dimulai di São Paulo, Brasil, pada 6 Desember 2025 dan akan berlangsung hingga Agustus 2026. Beberapa kota bahkan mendapatkan jatah double header — dua balapan dalam satu akhir pekan — seperti Jeddah, Berlin, Monaco, Shanghai, Tokyo, dan London. Namun, absennya Jakarta dalam daftar ini mengundang perhatian, terutama bagi para penggemar motorsport Tanah Air.
1. Kontrak Jakarta Selama Tiga Tahun, Bagaimana Lanjutan ke Depan?
Jika merujuk pada perjanjian awal, penyelenggaraan Formula E di Jakarta hanya dikontrak selama tiga musim, yakni dari tahun 2022 hingga 2024. Namun karena adanya kontestasi politik di tahun 2024, gelaran terakhir dari kontrak tersebut diundur ke tahun 2025. Artinya, balapan tahun ini sebenarnya adalah pelaksanaan dari kontrak terakhir.
Sampai saat ini, belum ada informasi resmi dari pihak pemerintah daerah DKI Jakarta atau panitia lokal terkait apakah kontrak ini akan diperpanjang. Meskipun demikian, pihak FIA masih menyisakan dua slot kosong dalam kalender 2025/2026 — masing-masing pada seri ke-11 dan ke-12 yang dijadwalkan pada 20 Mei dan 20 Juni. Slot kosong ini memunculkan spekulasi bahwa Jakarta mungkin masih memiliki peluang untuk kembali masuk ke dalam kalender resmi jika negosiasi berjalan lancar.
2. Hanya Tiga Negara Asia Tuan Rumah Formula E 2025/2026
Dalam daftar yang sudah dirilis, hanya tiga negara di Asia yang dipastikan menjadi tuan rumah Formula E musim depan, yaitu Arab Saudi (Jeddah), China (Shanghai), dan Jepang (Tokyo). Ketiganya bahkan mendapat slot double header, menandakan bahwa Asia tetap menjadi kawasan penting dalam strategi ekspansi Formula E, meskipun Jakarta saat ini belum tercantum.
Absennya Jakarta tentunya menjadi perhatian karena selama ini ibu kota Indonesia merupakan satu-satunya kota di Asia Tenggara yang berhasil menjadi tuan rumah ajang balap mobil listrik global ini. Kehilangan posisi ini bisa berdampak pada pencapaian Jakarta dalam diplomasi olahraga dan promosi pariwisata global.
3. Faktor Biaya dan Politik Bisa Jadi Pertimbangan Utama
Salah satu tantangan utama dalam mempertahankan Jakarta sebagai lokasi penyelenggaraan Formula E adalah soal biaya. Dalam sebuah wawancara, Gubernur DKI Jakarta sempat menyatakan bahwa jika kontrak diperpanjang, pihak penyelenggara harus bersedia menyesuaikan harga agar tidak memberatkan anggaran pemerintah daerah. "Kalau mau diperpanjang, ya harga harus lebih murah dong," ujarnya secara terbuka, menyinggung aspek efisiensi dan akuntabilitas publik.
Selain itu, dinamika politik lokal juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Pergantian kepemimpinan atau kebijakan prioritas baru bisa mengubah arah dukungan terhadap event internasional seperti Formula E, yang meski prestisius, tetap harus dipertimbangkan dari sisi manfaat dan biaya.
4. Nasib Formula E Jakarta Ditentukan Dalam Waktu Dekat
Dengan dua slot kosong yang masih belum diumumkan secara resmi oleh FIA, harapan agar Jakarta tetap masuk dalam kalender Formula E belum sepenuhnya pupus. Keputusan final kemungkinan besar akan tergantung pada hasil negosiasi antara pihak penyelenggara, FIA, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Bagi para penggemar balap Formula E di Indonesia, ini menjadi momen krusial. Dukungan publik, kesiapan infrastruktur, serta kebijakan pemerintah daerah akan menentukan apakah Jakarta bisa kembali menjadi tuan rumah event balap mobil listrik berkelas dunia.