BYD Ungkap Perang Harga Mobil Listrik di China Sudah Sangat Ekstrem

Kuatbaca.com-Persaingan pasar mobil listrik di China kini sudah memasuki fase yang sangat ketat, bahkan menurut para pelaku industri, kondisi ini sudah tidak sehat lagi. Dalam sebuah acara yang diadakan Bloomberg News di London, Wakil Presiden Eksekutif BYD, Stella Li, menyatakan secara terbuka bahwa perang harga yang terjadi di sektor kendaraan listrik (EV) tidak dapat diteruskan.
1. Situasi Persaingan Harga Mobil Listrik di China yang Makin Ketat
Stella Li menegaskan bahwa persaingan harga mobil listrik di China sudah sangat berat dan ekstrem. Menurutnya, kondisi ini bukan hanya tidak menguntungkan bagi para produsen, tapi juga membahayakan kelangsungan bisnis secara keseluruhan.
Ia memprediksi dalam waktu dekat akan terjadi konsolidasi di antara pemain-pemain besar di industri otomotif China. Kondisi ini merupakan upaya untuk mengakhiri persaingan harga yang merugikan dan menciptakan iklim usaha yang lebih sehat.
Sebagai gambaran, BYD pada tanggal 23 Mei 2025 memangkas harga 22 model kendaraan listrik dan hybrid yang mereka produksi. Contohnya, model termurah BYD, Seagull, kini dijual dengan harga hanya 55.800 yuan atau sekitar Rp 130 juta, angka yang terbilang sangat murah untuk kendaraan listrik baru.
2. Dominasi BYD dan Tantangan bagi Kompetitor
Meski menghadapi tekanan harga, ekspansi global BYD justru menunjukkan tren positif yang kuat. Pada Mei 2025, BYD berhasil menjual lebih banyak mobil di Eropa dibandingkan Tesla, dengan peningkatan penjualan mencapai 169 persen dibanding April 2024. Sebaliknya, Tesla mengalami penurunan penjualan hingga 49 persen dalam periode yang sama.
BYD juga mempersiapkan peluncuran beberapa model baru, termasuk dua mobil plug-in hybrid yang direncanakan debut di pasar Eropa pada tahun 2025. Ini menunjukkan bahwa BYD berambisi untuk memperkuat posisinya di segmen kendaraan ramah lingkungan secara global.
Namun, persaingan di China tetap ketat. Pemerintah dan regulator mulai turun tangan untuk mengatur persaingan ini agar tidak berujung pada kompetisi yang merusak.
3. Regulasi Pemerintah dan Kekhawatiran Industri
Pemerintah China melalui Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) berencana memperketat regulasi agar kompetisi di pasar mobil listrik tidak menjadi destruktif. Regulasi ini diharapkan bisa mendorong persaingan yang lebih sehat dan terarah.
Namun, beberapa pihak masih skeptis bahwa regulasi tersebut akan benar-benar mampu menghentikan perang harga yang semakin sengit. CEO Xpeng, He Xiaopeng, misalnya, menyatakan bahwa dalam lima tahun ke depan persaingan justru akan makin intens dan lebih banyak pemain baru yang masuk pasar.
Istilah "kompetisi involusioner" pun digunakan untuk menggambarkan dinamika pasar yang makin merugikan para pelaku bisnis akibat perang harga yang tak terkendali.
4. Dampak Perang Harga dan Prospek Pasar Mobil Listrik China
Penurunan harga yang drastis memang membantu meningkatkan adopsi kendaraan listrik oleh konsumen, namun di sisi lain, hal ini menekan margin keuntungan produsen dan dapat mengancam keberlangsungan bisnis jangka panjang.
Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) juga mengingatkan bahwa perang harga yang tidak sehat bisa memperburuk kondisi industri otomotif domestik dan berpotensi melemahkan posisi produsen nasional.
Meski begitu, perang harga masih diprediksi akan terus berlangsung sebagai "hidangan pembuka" dari persaingan yang akan semakin sengit di masa mendatang. Untuk tetap bertahan, para produsen harus berinovasi dan mencari strategi bisnis yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, pasar mobil listrik di China tengah menghadapi tantangan besar antara kebutuhan untuk menarik konsumen dengan harga kompetitif dan menjaga kesehatan industri agar tidak rusak akibat perang harga yang berlebihan. Peran pemerintah dan adaptasi para pelaku industri akan menjadi kunci dalam menentukan masa depan pasar EV di Negeri Tirai Bambu.