Bapak EV Asia: Indonesia Berpotensi Jadi Raja Mobil Listrik Setir Kanan

1. Indonesia Mulai Dilirik Sebagai Pemain Utama Mobil Listrik Dunia
Kuatbaca.com - Indonesia kini semakin diperhitungkan dalam percaturan industri kendaraan listrik global. Bahkan, Profesor Chen Qing Quan, sosok yang dijuluki Bapak Mobil Listrik Asia, menilai Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi mobil listrik berkemudi setir kanan yang mendominasi pasar dunia.
Pernyataan tersebut diungkapkan Chen saat berbicara di hadapan ratusan jurnalis otomotif internasional dalam acara Xpeng Global Experience Day yang digelar di Hong Kong, Selasa (15/4/2025).
“Indonesia sebelumnya dikenal sebagai negara produsen mobil berbahan bakar bensin, tapi sekarang mulai bertransformasi. Mereka tak hanya ingin menjadi pasar, tapi juga produsen kendaraan listrik, termasuk untuk kebutuhan ekspor,” ujar Profesor Chen.
2. Belajar dari China, Indonesia Siap Bangun Ekosistem EV
Chen menyarankan Indonesia agar belajar dari pengalaman China, negara yang berhasil memimpin pasar kendaraan listrik global dalam satu dekade terakhir. Menurutnya, transformasi industri di Indonesia harus didorong dengan inovasi, dukungan kebijakan, dan kemitraan strategis antar negara.
“Indonesia perlu menciptakan pasar domestik yang kuat sekaligus membuka peluang ekspor. Untuk kendaraan listrik setir kanan, Indonesia bisa menjadi pemimpin pasar global,” lanjutnya.
China sendiri saat ini fokus pada produksi kendaraan listrik setir kiri, sehingga ada kekosongan pasar untuk varian setir kanan, yang merupakan kebutuhan utama di banyak negara Asia Tenggara, Australia, Inggris, dan beberapa wilayah Afrika.
3. Kesempatan Besar untuk Kendaraan Setir Kanan
Menurut Profesor Chen, masa depan kendaraan listrik setir kanan sangat cerah. Ia menilai, Indonesia bisa mengisi kekosongan pasar ini dengan cepat, terutama jika mampu membangun ekosistem industri kendaraan listrik secara holistik, dari sisi produksi, suku cadang, hingga infrastruktur pengisian daya.
Dengan penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan cadangan nikel terbesar di dunia salah satu bahan baku penting baterai EV Indonesia dinilai berada dalam posisi strategis untuk menjadi raja baru di sektor mobil listrik setir kanan.
4. Rencana Kerja Sama Indonesia–China
Sebagai bagian dari penguatan kolaborasi regional, Profesor Chen menyampaikan bahwa dirinya akan berkunjung ke Indonesia pada awal Mei mendatang. Ia akan hadir dalam ajang Pameran Kendaraan Listrik yang digelar oleh Periklindo (Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia) di Jakarta.
“Kami akan membawa beberapa pabrikan mobil listrik dan energi baru dari China ke Indonesia. Tujuannya untuk melihat potensi kerja sama langsung dan memperkuat sinergi teknologi,” jelasnya.
Kunjungan ini juga akan menjadi momen penting untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan China, yang disebut Chen sebagai momentum luar biasa untuk mempererat persahabatan sekaligus mendorong kolaborasi teknologi ramah lingkungan.
5. Indonesia Jadi Sorotan dalam Forum EV Global
Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum dan pameran internasional kendaraan listrik mulai menunjukkan hasil. Dukungan dari tokoh-tokoh dunia seperti Profesor Chen mempertegas bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang benar, untuk mengembangkan industri otomotif masa depan berbasis energi bersih.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga telah memberikan berbagai insentif fiskal dan non-fiskal bagi produsen EV, serta mempercepat pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di berbagai wilayah.
Indonesia Siap Jadi Pemimpin Baru Mobil Listrik Asia
Dukungan dari tokoh seperti Profesor Chen Qing Quan menunjukkan bahwa mata dunia kini tertuju pada Indonesia sebagai calon kekuatan baru dalam pasar mobil listrik setir kanan. Dengan sinergi antara pemerintah, industri, dan mitra internasional seperti China, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi raja mobil listrik di kawasan Asia hingga pasar global.
Masa depan industri otomotif dunia akan didominasi oleh kendaraan ramah lingkungan dan Indonesia berpotensi menjadi garda terdepan dalam revolusi tersebut.