Tottenham Hotspur: Raja Kekalahan yang Tetap Lolos ke Liga Champions

Kuatbaca - Musim 2024/2025 Premier League telah resmi berakhir, dan salah satu kisah paling mencolok datang dari klub London Utara, Tottenham Hotspur. Di tengah performa yang bisa dibilang mengecewakan secara statistik, Spurs justru mencatat sejarah unik: menjadi satu-satunya tim yang masuk daftar kekalahan terbanyak di lima liga top Eropa namun tetap mengantongi tiket Liga Champions.
Rekor Kekalahan yang Tak Masuk Akal
Di antara 98 klub dari lima liga besar Eropa—Premier League, La Liga, Serie A, Bundesliga, dan Ligue 1—Tottenham finis dengan jumlah kekalahan yang mencengangkan. Dari total 38 pertandingan, mereka tumbang sebanyak 22 kali. Secara matematis, ini berarti lebih dari separuh musim mereka diwarnai kekalahan. Catatan ini membuat mereka duduk di posisi ke-7 dalam daftar tim dengan kekalahan terbanyak di Eropa musim ini.
Yang lebih mengejutkan lagi, enam tim lain yang mencatat jumlah kekalahan serupa atau lebih tinggi harus menanggung nasib pahit: terdegradasi dari liga mereka masing-masing. Nama-nama seperti Southampton, Leicester, dan Real Valladolid menjadi contoh, mempertegas betapa Tottenham adalah anomali dalam dunia sepakbola Eropa musim ini.
Statistik Kalah Banyak, Tapi Tak Turun Kasta
Dengan jumlah kekalahan sebanyak itu, banyak yang mungkin mengira Tottenham berada di jurang degradasi. Namun kenyataannya, Spurs tetap bertahan di papan tengah klasemen Premier League. Bahkan, mereka berhasil finis di posisi ke-17, tepat di atas garis zona merah. Ini menunjukkan betapa inkonsistensi juga bisa menghasilkan sesuatu—asal dibarengi dengan kemenangan di momen-momen krusial.
Menariknya, ada enam tim lain yang mencatat kekalahan di atas 20 kali dan tetap selamat dari degradasi, seperti Hellas Verona, Wolves, Cagliari, Lecce, dan Le Havre. Namun tidak satu pun dari mereka yang bisa menandingi prestasi Tottenham dari segi pencapaian akhir musim.
Jalan Terjal Menuju Liga Champions
Lantas bagaimana mungkin tim dengan rekor kekalahan seperti itu bisa lolos ke Liga Champions? Jawabannya ada di kompetisi Eropa. Tottenham memang tidak cukup kuat untuk bersaing di empat besar Premier League musim ini. Tapi mereka berhasil menebusnya melalui jalur alternatif: menjuarai Liga Europa.
Kemenangan dramatis di final Liga Europa bukan hanya menjadi hiburan di tengah musim penuh ketegangan, tetapi juga menyelamatkan wajah klub. Gelar tersebut secara otomatis memberikan tiket ke UEFA Champions League musim 2025/2026, terlepas dari posisi mereka di klasemen liga domestik.
Musim ini menjadi cerminan bagaimana sepak bola tidak selalu berjalan sesuai logika statistik. Di atas kertas, Tottenham seharusnya menjadi tim papan bawah yang nyaris tak relevan di level Eropa. Namun mereka membuktikan bahwa kemenangan di saat yang tepat—seperti di fase gugur kompetisi Eropa—bisa mengubah segalanya.
Faktor lain yang turut berperan adalah performa gemilang dalam laga kandang serta efisiensi saat menghadapi tim-tim lemah. Meskipun kerap gagal saat menghadapi tim-tim besar di Premier League, Tottenham tetap mampu mengamankan poin dari tim-tim zona bawah. Ditambah lagi, performa luar biasa di Liga Europa menjadi senjata utama mereka untuk tetap eksis di level tertinggi Eropa.
Meski berhasil menyegel tempat di Liga Champions, tantangan bagi Tottenham belum selesai. Musim mendatang mereka harus membuktikan bahwa keikutsertaan mereka di kompetisi paling elite Eropa bukan sekadar kebetulan. Perlu perbaikan besar di lini pertahanan, konsistensi permainan, dan mungkin yang paling penting—mental bertanding.
Jika tidak ada perombakan signifikan, Spurs berpotensi mengulang pola musim ini, dan bisa jadi keberuntungan seperti ini tak akan datang dua kali. Mereka harus menjadikan musim 2024/2025 sebagai pelajaran penting bahwa keberhasilan di panggung Eropa tidak bisa terus mengandalkan keajaiban.
Kesimpulan: Tottenham Hotspur telah menulis babak unik dalam sejarah sepak bola Eropa—sebuah anomali antara kegagalan domestik dan keberhasilan internasional. Meski statistik kekalahan mereka cukup memalukan, trofi Liga Europa berhasil menutupi segalanya. Sekarang, tinggal bagaimana mereka menata ulang langkah demi menghadapi kompetisi Liga Champions musim depan dengan lebih meyakinkan.