Kuatbaca.com - Kursi panas pelatih Manchester United, Ruben Amorim, kembali jadi sorotan usai kekalahan menyakitkan di final Liga Europa. Namun, kabarnya manajemen Setan Merah masih menaruh kepercayaan pada pelatih asal Portugal tersebut. Lantas, bagaimana sebenarnya performa Amorim selama menukangi MU?
Ruben Amorim resmi menjabat sebagai pelatih Manchester United sejak 11 November 2024, menggantikan Erik ten Hag. Harapan besar disematkan padanya, terutama untuk membawa angin segar ke Old Trafford setelah serangkaian musim tanpa trofi yang memuaskan. Sayangnya, catatan statistik Amorim justru menunjukkan performa yang belum sesuai ekspektasi.
Kekalahan 0-1 dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa 2024/2025 menjadi titik nadir yang menyakitkan. Kekalahan tersebut bukan hanya membuat MU gagal meraih trofi, tapi juga menjadi kekalahan ketiga beruntun yang dialami tim di semua ajang. Dua kekalahan sebelumnya diderita di Premier League, memperpanjang tren negatif klub jelang akhir musim.
Meski begitu, kabar dari internal klub menyebutkan bahwa pihak manajemen tidak akan memecat Amorim dalam waktu dekat. Keputusan ini dinilai sebagai bentuk kepercayaan jangka panjang yang diberikan kepada Amorim untuk membangun fondasi tim yang lebih kuat ke depannya.
Statistik Ruben Amorim: Antara Harapan dan Realita
Berdasarkan data dari situs statistik sepak bola terkemuka seperti Transfermarkt dan FotMob, Ruben Amorim telah memimpin Manchester United dalam 41 pertandingan di semua kompetisi sejak debutnya bersama klub. Dari total laga tersebut, Amorim hanya berhasil meraih 16 kemenangan, dengan 8 hasil imbang, dan 17 kekalahan.
Catatan ini jelas memperlihatkan bahwa jumlah kekalahan Amorim justru lebih banyak dibandingkan jumlah kemenangan yang berhasil ia raih. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan penggemar dan pengamat sepak bola: apakah ia sosok yang tepat untuk memimpin proyek jangka panjang MU?
Performa buruk MU di bawah Amorim paling terasa di ajang Premier League. Dalam 26 pertandingan liga, MU hanya mencatatkan 6 kemenangan, 6 hasil seri, dan 14 kekalahan. Rata-rata poin yang diperoleh Amorim di liga hanyalah 0,92 poin per pertandingan—angka yang jelas sangat rendah untuk standar klub sekelas Manchester United.
Namun, tidak semua catatan buruk. Di ajang Liga Europa, performa MU relatif impresif bersama Amorim. Dari 11 pertandingan, MU meraih 8 kemenangan, 2 hasil imbang, dan hanya 1 kekalahan—itulah kekalahan di final melawan Tottenham.
Perjalanan di Kompetisi Domestik: Masih Jauh dari Harapan
Tak hanya di liga, performa MU di kompetisi domestik lainnya pun kurang memuaskan. Di ajang EFL Cup (Carabao Cup) musim ini, Manchester United tersingkir di perempatfinal, lagi-lagi oleh Tottenham Hotspur. Laga itu berakhir dengan kekalahan, menambah daftar hasil negatif Amorim saat menghadapi klub-klub besar Inggris.
Sementara itu, di FA Cup, Amorim sempat mencatat dua kemenangan yang cukup meyakinkan. Sayangnya, perjalanan MU terhenti di babak kelima setelah ditekuk Fulham. Kekalahan ini mempertegas bahwa MU di bawah Amorim masih belum stabil dalam menghadapi tekanan di fase gugur kompetisi.
Dengan hasil-hasil tersebut, musim 2024/2025 pun ditutup dengan nirgelar untuk Manchester United, menambah panjang daftar musim tanpa trofi sejak terakhir kali mereka meraih gelar Liga Europa pada tahun 2017.
Masa Depan Amorim: Bertahan atau Segera Diganti?
Meskipun performanya belum meyakinkan, Amorim dikabarkan tetap mendapat dukungan dari manajemen klub. Keputusan untuk tidak memecatnya disebut sebagai upaya untuk memberi waktu membangun ulang skuad dengan filosofi permainan yang ia usung, meski tekanan dari publik terus meningkat.
Di sisi lain, suara-suara kritis dari fans semakin lantang terdengar. Beberapa suporter bahkan menganggap bahwa MU seharusnya mengambil langkah tegas untuk mencari pelatih baru yang lebih berpengalaman dan terbukti mampu mengelola tim besar.
Namun, Ruben Amorim sendiri sudah menyatakan bahwa jika ia dipecat, ia tidak akan menuntut pesangon—sebuah pernyataan yang menunjukkan bahwa ia bersedia mengambil tanggung jawab penuh atas performa tim. Kini bola ada di tangan manajemen MU: tetap memberikan waktu, atau mulai mempertimbangkan opsi baru.