Spalletti Umumkan Pengunduran Diri di Tengah Tekanan Besar

Kuatbaca - Pelatih timnas Italia, Luciano Spalletti, membuat kejutan besar ketika memilih meninggalkan konferensi pers secara tiba-tiba menjelang laga kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Moldova. Keputusan ini diambil setelah pengumuman resmi bahwa dirinya akan mengakhiri masa jabatannya sebagai pelatih Gli Azzurri. Meski dihadapkan pada sejumlah pertanyaan yang cukup sensitif, Spalletti memilih untuk tidak menanggapi semuanya dan memilih pergi saat situasi mulai memanas.
Akhir Kisah Spalletti dengan Timnas Italia
Spalletti yang berusia 66 tahun itu telah menerima kabar dari Federasi Sepakbola Italia (FIGC) bahwa kontraknya tidak akan diperpanjang, bahkan dirinya akan dipecat. Namun, pria yang sebelumnya sukses membawa Napoli meraih scudetto pada 2023 ini berjanji akan tetap memimpin skuad Italia sampai pertandingan terakhir melawan Moldova di Mapei Stadium. Pertandingan tersebut akan digelar pada Selasa dini hari, 10 Juni 2025, pukul 01.45 WIB.
Tekanan dan Rumor yang Membebani Spalletti
Selama konferensi pers, Spalletti berusaha menjawab berbagai pertanyaan dari wartawan, mulai dari yang biasa hingga yang bernada kritis dan menyudutkan. Salah satu topik yang paling sering muncul adalah mengenai hubungan internalnya dengan para pemain dan klub-klub Serie A. Ia menegaskan bahwa selama ini hubungannya dengan para pemain dan manajemen klub tetap baik, dan ia berusaha menjaga komunikasi yang sehat.
Namun, suasana menjadi tegang saat wartawan menyinggung rumor adanya ketegangan dan perpecahan dalam skuad. Hal ini ditanggapi Spalletti dengan sikap tenang, meski terlihat tidak nyaman. Ketika pertanyaan beralih ke apakah ia merasa dikhianati oleh pihak tertentu dan bagaimana kondisi sebenarnya skuad Italia yang ditinggalkannya, Spalletti justru memilih untuk diam dan kemudian meninggalkan ruangan konferensi secara mendadak.
Kepergian yang Mengundang Banyak Pertanyaan
Aksi Spalletti yang meninggalkan jumpa pers menjadi bahan perbincangan banyak pihak. Sikap tersebut dinilai sebagai gambaran dari tekanan luar biasa yang ia rasakan selama memimpin tim nasional. Ketidakjelasan mengenai situasi internal serta rumor ketidakcocokan membuat momen ini semakin rumit dan penuh teka-teki.
Keputusan pemecatan Spalletti sebenarnya tidak lepas dari hasil buruk yang menimpa timnas Italia belakangan ini. Dalam laga Kualifikasi Piala Dunia pekan sebelumnya, Italia secara mengejutkan kalah telak 0-3 dari Norwegia di Oslo. Gli Azzurri tampak pincang, kebobolan tiga gol hanya dalam 45 menit pertama dan hanya mencatat satu tembakan tepat sasaran sepanjang pertandingan.
Kekalahan ini memicu kekhawatiran besar di kalangan penggemar dan pengamat sepakbola, mengingat Italia gagal lolos ke Piala Dunia pada 2018 dan 2022. Kini, Italia berada dalam posisi genting dan wajib memenangkan tujuh laga sisa demi menghindari kegagalan tiga kali berturut-turut.
Dengan berakhirnya era Spalletti, Italia dihadapkan pada tugas berat mencari pengganti yang mampu membawa kembali kejayaan timnas. Terlepas dari kritik dan tekanan, Spalletti tetap dikenang sebagai sosok yang berani menghadapi tantangan besar. Kini, perhatian tertuju pada bagaimana Federasi Sepakbola Italia akan merumuskan strategi baru untuk menghadapi kualifikasi yang tersisa dan memulihkan kepercayaan para pemain serta pendukung.
Kisah perjalanan Spalletti bersama timnas Italia mengingatkan kita bahwa dunia sepakbola penuh dengan dinamika dan tekanan, di mana kesuksesan dan kegagalan bisa datang silih berganti dalam waktu singkat. Kini, Gli Azzurri harus bangkit dan membuktikan bahwa mereka masih layak menjadi salah satu kekuatan besar di pentas dunia.