Sepak Bola China di Titik Terendah: Presiden CFA Akui Kemerosotan Serius

14 June 2025 17:26 WIB
indonesia-tumbangkan-china-jaga-asa-ke-piala-dunia-1749144870598.jpeg

Kuatbaca.com - Kegagalan Timnas China melaju ke Piala Dunia 2026 menjadi tamparan keras bagi dunia sepak bola Negeri Tirai Bambu. Presiden Asosiasi Sepak Bola China (CFA), Song Kai, secara terbuka mengakui bahwa sistem sepak bola di negaranya tengah berada dalam titik nadir dan butuh perubahan radikal.

1. Gagal ke Piala Dunia 2026, China Terpuruk di Kualifikasi Asia

Dalam babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Timnas China hanya mampu finis di posisi kelima Grup C. Dari 10 pertandingan yang mereka jalani, hanya sembilan poin yang berhasil dikumpulkan—hasil yang jauh dari harapan masyarakat dan pengamat sepak bola nasional.

Kondisi ini memperpanjang penantian China untuk kembali tampil di panggung terbesar sepak bola dunia. Terakhir kali mereka lolos ke Piala Dunia adalah pada tahun 2002. Setelah itu, prestasi mereka justru mengalami kemunduran drastis.

Song Kai menyampaikan bahwa kegagalan ini tidak hanya mencerminkan performa buruk timnas, tetapi juga mencerminkan betapa sistem dan filosofi sepak bola di China masih tertinggal dibanding negara Asia lainnya seperti Jepang dan Australia.

“Saat ini kami bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Australia dan Jepang. Sepak bola kita telah kehilangan arah dan tidak beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Song dalam pernyataannya kepada media lokal.

2. Kegagalan Bukan Hanya di Timnas, Klub Lokal Juga Terpuruk

Song Kai tidak hanya menyoroti penampilan Timnas China. Ia juga menyinggung kemerosotan kualitas kompetisi di tingkat klub. Menurutnya, banyak klub China gagal membangun sistem pembinaan yang solid, apalagi fokus pada pengembangan pemain muda.

Sebagai perbandingan, ia mengangkat Jepang sebagai contoh sukses. Dalam dua dekade terakhir, Jepang konsisten membangun sepak bola melalui investasi pada akademi dan pelatihan pelatih, menghasilkan pemain-pemain kelas dunia yang kini merumput di Eropa.

Di sisi lain, sepak bola China terkesan instan. Klub-klub lebih memilih mengimpor pemain bintang dengan harga mahal tanpa memperhatikan pengembangan jangka panjang. Hal ini menjadi bumerang ketika terjadi krisis keuangan dan skandal yang melanda kompetisi lokal.

“Selama 20 tahun terakhir, Jepang membangun sistemnya. Sedangkan kami? Tidak pernah belajar, tidak pernah berubah,” ujar Song dengan nada kecewa.

3. Bayang-Bayang Skandal Korupsi yang Masih Membekas

Sepak bola China belum benar-benar pulih dari skandal korupsi besar yang melanda federasi dan klub-klub dalam beberapa tahun terakhir. Mantan Presiden CFA, Chen Xuyuan, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kasus suap yang mengguncang dunia sepak bola nasional.

Tidak hanya itu, mantan pelatih timnas, Li Tie, juga divonis 20 tahun penjara atas keterlibatannya dalam praktik serupa. Hasil investigasi lebih lanjut bahkan menjatuhkan sanksi larangan seumur hidup kepada 38 pemain dan lima pejabat klub karena terlibat manipulasi pertandingan.

CFA di bawah kepemimpinan Song Kai kini tengah berusaha memulihkan reputasi dan integritas sepak bola nasional. Namun, prosesnya dipastikan tidak mudah. Trust publik harus dibangun kembali dari nol dan budaya baru yang lebih transparan harus ditanamkan.

4. Dari Peringkat 51 FIFA ke 94: Alarm Bahaya untuk Sepak Bola China

Pada tahun 2002, China sempat duduk di peringkat 51 FIFA, sebuah capaian yang membanggakan kala itu. Namun kini, mereka terpuruk ke posisi 94, tertinggal jauh dari rival-rival Asia seperti Jepang (peringkat 17) dan Korea Selatan (peringkat 23).

Penurunan ini bukan sekadar angka, tetapi juga mencerminkan realita pahit: sepak bola China tertinggal dalam hal kompetisi, pembinaan, dan filosofi permainan. Tanpa perubahan signifikan, mustahil bagi China untuk berbicara banyak di level Asia, apalagi dunia.

Song Kai berharap ke depan CFA bisa lebih serius mengembangkan talenta muda, memperbaiki struktur kompetisi, dan meningkatkan kualitas pelatih lokal. “Jika tidak segera dibenahi, sepak bola China hanya akan menjadi nostalgia dan impian yang terus tertunda,” pungkasnya.

olahraga

Fenomena Terkini






Trending