Roman Abramovich dan Titik Akhir dalam Kisah Sepakbolanya

11 June 2025 12:38 WIB
roman-abramovich-1749533536684_169.jpeg

Kuatbaca - Roman Abramovich, nama yang tak bisa dilepaskan dari transformasi besar Chelsea FC di era modern, kini benar-benar menutup lembaran hidupnya di dunia sepakbola. Setelah hampir dua dekade menjadi sosok penting dalam kancah sepakbola Eropa, taipan asal Rusia itu memastikan bahwa dirinya tidak akan kembali terlibat dalam kegiatan profesional sepakbola. Tidak sebagai pemilik, tidak juga sebagai pengurus.

Langkah mundur ini bukan sekadar jeda. Bagi Abramovich, ini adalah akhir yang nyata. Sejak meninggalkan Chelsea pada tahun 2022, belum ada tanda-tanda keinginan untuk kembali membangun klub atau terlibat dalam industri olahraga yang pernah dia dominasi dengan kekuatan finansialnya.

Perpisahan yang Dipaksakan

Kepergian Abramovich dari Chelsea bukanlah keputusan yang lahir dari keinginan pribadi. Keadaan geopolitik yang memburuk—terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina—memaksa Inggris dan negara-negara Barat lain untuk mengambil langkah tegas terhadap oligarki Rusia, termasuk membekukan aset mereka. Chelsea, salah satu aset terbesarnya di Inggris, tak luput dari kebijakan tersebut.

Pada Mei 2022, Chelsea resmi berpindah tangan ke Todd Boehly, pengusaha asal Amerika Serikat, dalam kesepakatan senilai 2,5 miliar poundsterling. Bagi banyak orang, ini hanya urusan bisnis. Tapi bagi Abramovich, ini adalah kehilangan emosional. Klub yang dibesarkannya dari klub papan tengah menjadi raksasa Eropa, kini tak lagi berada dalam kendalinya.

Kesedihan Tanpa Salam Perpisahan

Tiga tahun setelah penjualan itu, Abramovich akhirnya buka suara dalam sebuah wawancara langka yang dilakukan dalam rangka peluncuran buku Sanctioned: The Inside Story of the Sale of Chelsea FC. Ia mengungkapkan penyesalan terbesar dalam proses kepergiannya—tidak bisa mengucapkan perpisahan secara langsung kepada klub dan para penggemar.

Ia merasa kepergiannya terlalu tergesa-gesa, terpaksa, dan meninggalkan banyak hal yang belum selesai. Sebagai pemilik yang begitu dekat dengan klub dan membangun koneksi emosional kuat dengan para penggemar, ketidakhadiran momen perpisahan itu menjadi luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Warisan yang Tak Terhapuskan

Meski kini tak lagi menjadi bagian dari Chelsea, warisan Abramovich tetap hidup. Sejak mengambil alih klub dari Ken Bates pada 2003, ia mengubah Chelsea menjadi salah satu kekuatan dominan di Eropa. Di bawah kepemimpinannya, Chelsea memenangkan 19 trofi bergengsi, termasuk lima gelar Premier League dan dua trofi Liga Champions.

Dengan dana yang nyaris tak terbatas, Abramovich membangun tim yang solid dan menarik pemain bintang dunia ke Stamford Bridge. Ia menjadikan Chelsea bukan hanya klub besar di Inggris, tapi juga kekuatan global yang disegani.

Namun lebih dari sekadar uang, yang membedakan Abramovich adalah keterlibatannya. Ia hadir di pertandingan, ia terlibat dalam keputusan penting, dan ia peduli terhadap klub layaknya seorang ayah kepada anaknya.

Kini, Abramovich memilih untuk mundur sepenuhnya dari dunia sepakbola profesional. Ia tidak tertarik untuk membeli klub lain atau menjabat di level manajemen. Fokus barunya lebih kepada kegiatan sosial dan pengembangan pemain muda, terutama dari kalangan yang kurang mampu. Ia ingin menciptakan dampak melalui jalur berbeda, memberi kesempatan bagi mereka yang tidak memiliki akses ke dunia sepakbola profesional.

Keputusan ini menandai perubahan arah hidup yang cukup drastis bagi seseorang yang pernah duduk di kursi paling berpengaruh dalam sepakbola Eropa. Mungkin, bagi Abramovich, sudah waktunya menjalani hidup yang lebih tenang—jauh dari hingar-bingar stadion, tekanan hasil pertandingan, dan dunia bisnis yang tak kenal kompromi.

Kisah Roman Abramovich di sepakbola memang sudah usai, namun kenangannya akan tetap abadi—di papan skor, di lemari trofi, dan di hati para pendukung Chelsea yang tahu persis bahwa tanpa dirinya, klub itu mungkin tidak akan pernah mencapai kejayaan yang mereka nikmati saat ini.

Satu hal yang pasti: Roman Abramovich telah menulis sejarahnya sendiri. Dan ketika halaman terakhir itu ditutup, dunia sepakbola hanya bisa mengucapkan satu kata—terima kasih.

olahraga

Fenomena Terkini






Trending