Roman Abramovich: Bab Terakhir Sang Raja Stamford Bridge

11 June 2025 10:34 WIB
roman-abramovich-1749533536684_169.jpeg

Kuatbaca - Roman Abramovich, nama yang selama dua dekade begitu lekat dengan transformasi besar Chelsea FC, kini benar-benar menutup lembaran hidupnya di dunia sepakbola profesional. Setelah menjual klub asal London itu pada 2022, miliarder asal Rusia tersebut memastikan dirinya tidak akan kembali terlibat dalam kepemilikan atau jabatan formal di dunia sepakbola.

Keputusannya ini menjadi akhir dari era yang mengubah wajah Chelsea dan juga mengubah standar kepemilikan klub-klub elite Eropa. Abramovich, yang pernah menjadi ikon kekuatan finansial dalam olahraga, kini memilih jalan sepi, menjauh dari sorotan lapangan hijau yang dulu begitu ia dominasi.

Jejak Panjang di Chelsea: Era Keemasan yang Tak Terlupakan

Abramovich mulai mencetak sejarah ketika mengambil alih Chelsea dari Ken Bates pada tahun 2003. Saat itu, Chelsea bukanlah raksasa seperti sekarang. Dalam waktu singkat, berkat investasi masif dari kantong pribadi Abramovich, klub menjelma menjadi kekuatan utama di Inggris dan Eropa. Ia tidak segan mengeluarkan dana besar untuk mendatangkan pemain bintang dan pelatih kelas dunia, sebuah pendekatan yang kelak diadopsi banyak klub besar lain.

Selama hampir dua dekade di bawah kepemilikannya, Chelsea meraih total 19 trofi bergengsi, termasuk lima gelar Premier League, dua Liga Champions, dan dua gelar Liga Europa. Kesuksesan ini menjadikan Chelsea sebagai salah satu klub paling disegani, sekaligus menegaskan pengaruh besar Abramovich dalam dinamika sepakbola modern.

Perpisahan yang Tak Direncanakan

Sayangnya, kisah cinta antara Abramovich dan Chelsea harus berakhir bukan karena alasan sepakbola, melainkan karena gejolak politik internasional. Invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2022 membawa dampak luas terhadap tokoh-tokoh asal Rusia yang memiliki aset di luar negeri. Abramovich, yang memiliki hubungan dengan elite Rusia, menjadi salah satu target sanksi pemerintah Inggris.

Sebagai imbasnya, aset-aset miliknya di Inggris, termasuk Chelsea, dibekukan. Dengan tekanan internasional yang meningkat dan demi menyelamatkan kelangsungan klub, Abramovich akhirnya melepas Chelsea ke konsorsium yang dipimpin Todd Boehly dengan nilai fantastis £2,5 miliar.

Namun kepergian itu terjadi begitu cepat, tanpa perpisahan resmi atau ucapan terima kasih langsung dari sang pemilik kepada para penggemar dan staf klub. Hal inilah yang disesalkan Abramovich dalam refleksinya baru-baru ini.

Lembaran Baru: Dari Kekuasaan ke Filantropi Sepakbola

Dalam wawancara yang dilakukan dalam rangka peluncuran buku Sanctioned: The Inside Story of the Sale of Chelsea FC, Abramovich mengisyaratkan bahwa meskipun dirinya tidak tertarik lagi menjalankan klub, ia masih ingin memberikan kontribusi bagi sepakbola — namun dari sisi yang berbeda. Ia membuka peluang untuk mendukung pengembangan akademi atau program pembinaan pemain muda, khususnya bagi mereka yang berasal dari latar belakang kurang mampu.

Ini merupakan pergeseran paradigma yang cukup kontras dari sosok yang dulu dikenal karena pengaruh besar dan uang tak terbatasnya. Kini, ia ingin memainkan peran yang lebih tenang dan bermakna, tanpa kekuasaan dan sorotan.

Kepergian Abramovich dari dunia sepakbola mungkin menandai akhir sebuah era, namun warisan yang ia tinggalkan tidak akan mudah dilupakan. Cara ia mengelola Chelsea membuka jalan bagi model klub dengan dukungan finansial kuat, yang berani bermimpi besar dan merekrut siapa pun untuk menang.

Lebih dari sekadar trofi, Abramovich membentuk identitas baru bagi Chelsea — dari klub papan atas yang penuh sejarah, menjadi klub global dengan ambisi tak terbatas. Meskipun langkahnya kini menjauh, jejaknya tetap tertanam kuat di Stamford Bridge dan di hati jutaan fans The Blues di seluruh dunia.

Roman Abramovich telah menutup bukunya dalam sepakbola. Tapi kisah yang ia tulis tetap akan dikenang, bukan hanya oleh Chelsea, tetapi oleh seluruh dunia sepakbola.

olahraga

Fenomena Terkini






Trending