Real Madrid Dihimpit Sejarah: Misi Mustahil Comeback dari Ketertinggalan Tiga Gol

Kuatbaca - Real Madrid, raksasa Eropa yang identik dengan keajaiban di Liga Champions, tengah menghadapi tantangan besar. Kekalahan 0-3 dari Arsenal di leg pertama perempat final membuat jalan menuju semifinal terasa nyaris mustahil, meski bukan sepenuhnya tak mungkin. Pertanyaannya kini: masih adakah sihir Santiago Bernabéu yang bisa membalikkan keadaan?
Langkah Berat Menanti di Bernabéu
Kamis (17/4/2025) dini hari WIB akan menjadi malam penuh tensi tinggi bagi para pendukung Real Madrid. Tim asuhan Carlo Ancelotti harus mencetak setidaknya tiga gol untuk menyamakan agregat, dan empat gol jika ingin lolos langsung ke semifinal. Melawan Arsenal yang tengah on-fire dan bermain sangat disiplin di leg pertama, tugas ini jelas tidak mudah.
Dalam sejarahnya, Madrid memang dikenal sebagai spesialis comeback, atau dalam istilah khas Spanyol: remontada. Tapi yang kali ini mereka butuhkan bukan sekadar membalikkan defisit tipis—ini adalah misi yang menuntut ledakan performa, nyali besar, dan taktik jitu. Dan yang lebih membuat penasaran, kapan terakhir kali mereka membalikkan keadaan dari ketertinggalan tiga gol?
Untuk menemukan momen comeback dari defisit tiga gol, kita harus mundur hampir setengah abad. Pada musim 1975/1976, saat kompetisi ini masih bernama Piala Champions, Madrid sempat dibuat tak berdaya oleh Derby County dengan kekalahan 1-4 di leg pertama. Namun, saat kembali ke Bernabéu, Los Blancos menggila dan menang 5-1. Kala itu, legenda seperti Santillana dan Roberto Martinez menghidupkan malam yang menjadi bagian dari folklore sepak bola Spanyol.
Comeback lain terjadi di kompetisi yang kini dikenal sebagai Liga Europa. Pada tahun 1986, Real Madrid dihajar 1-5 oleh Borussia Moenchengladbach di leg pertama. Tapi di leg kedua, keajaiban kembali menyelimuti Bernabéu—mereka menang 4-0 dan lolos berkat aturan gol tandang. Nama-nama seperti Jorge Valdano dan Emilio Butragueño bersinar terang saat itu.
Namun satu hal yang mencolok: kedua kisah heroik tersebut terjadi lebih dari 35 tahun lalu. Artinya, belum ada cerita serupa di era modern Liga Champions.
Pelajaran dari Masa Lalu: Gol Cepat Jadi Kunci
Jika sejarah bisa memberi petunjuk, maka satu elemen penting dari dua comeback besar Madrid adalah gol cepat. Saat melawan Derby County, Madrid membuka skor pada menit ketiga. Ketika menghadapi Gladbach, mereka mencetak dua gol dalam 20 menit pertama. Gol cepat tak hanya memotong semangat lawan, tapi juga memompa semangat sendiri dan membakar atmosfer stadion.
Dan memang, Bernabéu bukan sekadar stadion—ia adalah panggung magis yang bisa membuat lawan gugup dan pemain Madrid tampil melebihi kapasitasnya. Namun sihir itu hanya bisa bekerja jika para pemain di lapangan menunjukkan intensitas dan agresivitas sejak menit pertama.
Dengan banyaknya pemain muda dalam skuad, Real Madrid kini bukan tim yang sepenuhnya bertumpu pada pengalaman. Namun mereka tetap punya pilar-pilar berkelas dunia—Vinícius Jr., Bellingham, dan tentu saja Kylian Mbappé yang siap menjadi aktor utama dalam duel ini. Di bawah arahan Ancelotti, Madrid punya keunggulan taktis dan mentalitas untuk bertarung hingga akhir.
Di sisi lain, Arsenal bukan tim yang mudah digoyahkan. Organisasi permainan mereka solid, dan performa Declan Rice sebagai jangkar lini tengah membuat segalanya jadi makin rumit bagi Madrid. Tapi Liga Champions adalah turnamen yang seringkali lebih ditentukan oleh emosi, bukan sekadar statistik.
Harapan Terakhir Bernama Magis Bernabéu
Pertandingan dini hari nanti tak hanya tentang skor atau agregat. Ini adalah ujian terhadap mitos Bernabéu, terhadap reputasi Madrid sebagai raja comeback, dan terhadap kemampuan mereka membuktikan bahwa sejarah bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk diulang.
Bila ada tim yang bisa melakukannya, maka itu adalah Real Madrid. Tapi waktu semakin sempit, dan sihir Bernabéu harus benar-benar bekerja jika mimpi ke semifinal ingin tetap hidup. Apakah malam nanti akan menjadi lembaran baru dalam kisah remontada legendaris mereka? Dunia sepak bola menunggu jawabannya.