Kuatbaca - Manchester United tengah menjalani bursa transfer musim panas yang jauh dari kata ideal. Meski ekspektasi begitu tinggi di bawah arahan pelatih baru Ruben Amorim, kenyataannya tim belum menunjukkan geliat yang menggembirakan. Pelatih asal Portugal itu dikabarkan mulai kehilangan kesabaran karena minimnya aktivitas klub dalam merekrut pemain-pemain kunci.
Amorim datang dengan visi dan harapan besar untuk membangkitkan kembali kejayaan Manchester United. Namun, harapan itu mulai diuji dengan lambatnya pergerakan manajemen klub di bursa transfer. Hingga pertengahan Juni, hanya satu nama yang resmi bergabung ke Old Trafford.
MU akhirnya resmi mendapatkan servis Matheus Cunha dari Wolverhampton Wanderers. Striker asal Brasil itu ditebus dengan harga yang cukup tinggi, yakni sekitar 62,5 juta poundsterling. Kehadirannya tentu menambah kedalaman lini depan, namun belum cukup menjawab kebutuhan besar tim secara keseluruhan.
Cunha memang memiliki kemampuan teknik dan kecepatan yang mengesankan, tapi sebagai satu-satunya rekrutan sejauh ini, ia tidak bisa menjadi solusi tunggal. Apalagi mengingat lini depan MU musim lalu hanya mampu mencetak 44 gol dari 38 pertandingan Liga Premier – catatan yang sangat jauh dari standar tim yang ingin bersaing di papan atas.
Beberapa nama telah dikaitkan dengan Manchester United, namun sejauh ini semua masih berada di level spekulasi. Bryan Mbeumo dari Brentford disebut-sebut sebagai incaran untuk memperkuat sayap serang. Di sisi lain, MU juga dikabarkan ingin mendatangkan Emiliano Martinez sebagai pesaing atau bahkan pengganti untuk Andre Onana di posisi penjaga gawang.
Di lini depan, dua striker tangguh masuk dalam radar: Viktor Gyökeres dari Sporting Lisbon, dan Victor Osimhen dari Napoli. Kedua pemain tersebut dikenal sebagai mesin gol yang tajam di liga masing-masing. Namun, belum ada langkah konkret yang dilakukan MU untuk mendekati mereka secara resmi.
Ketidaksiapan ini makin memperparah situasi karena jadwal pramusim semakin dekat. Manchester United dijadwalkan akan memulai tur pramusim mereka pada 19 Juli mendatang, dengan Leeds United sebagai lawan perdana di Swedia. Amorim berharap skuad utama sudah terbentuk sebelum tur dimulai, agar proses adaptasi dan pematangan taktik berjalan efektif. Namun, dengan lambannya bursa transfer, target tersebut tampaknya sulit tercapai.
Faktor lain yang mungkin mempersulit MU dalam memburu pemain incaran adalah absennya mereka dari kompetisi Liga Champions musim depan. Hal ini diyakini menjadi pertimbangan besar bagi banyak pemain top, yang ingin tampil di panggung tertinggi Eropa. Reputasi klub saja tak lagi cukup, ketika banyak pesaing kini menawarkan paket lebih lengkap: kompetisi elit, gaji tinggi, dan kestabilan proyek jangka panjang.
Selain mendatangkan pemain baru, United juga harus melepas sejumlah pemain untuk menyeimbangkan neraca keuangan dan memenuhi regulasi Financial Fair Play. Nama-nama besar seperti Marcus Rashford, Jadon Sancho, Antony, bahkan Alejandro Garnacho disebut-sebut berada di ambang pintu keluar. Ini tentu menjadi keputusan berat, mengingat mereka pernah digadang-gadang sebagai masa depan klub.
Situasi ini membuat awal masa kerja Amorim di Old Trafford tidak semudah yang dibayangkan. Ekspektasi besar dari para suporter bertemu dengan kenyataan yang rumit di bursa transfer. Tanpa dukungan penuh dari manajemen dalam mendatangkan pemain-pemain kunci, proyek kebangkitan Manchester United bisa tergelincir sejak dini.
Amorim kini menghadapi tantangan besar: bagaimana membangun tim kompetitif dengan sumber daya yang terbatas, sambil menjaga kepercayaan para pemain dan fans yang haus akan trofi. Jika MU ingin kembali berjaya, mereka harus bergerak cepat—sebelum frustrasi sang pelatih berubah menjadi krisis yang lebih besar.