Masa Sulit Manchester United: Ruben Amorim Galau Meski Ada Peluang Liga Champions

13 May 2025 10:18 WIB

Kuatbaca.com - Musim 2024/2025 menjadi salah satu periode paling kelam bagi Manchester United. Klub berjuluk Setan Merah ini dipastikan finis di luar 10 besar klasemen Premier League, sebuah pencapaian yang sangat kontras dengan sejarah kejayaan mereka di masa lalu. Hingga pekan ke-36, MU hanya mampu menempati posisi ke-16. Meskipun masih ada dua laga tersisa, perolehan poin mereka hanya memungkinkan untuk naik ke peringkat ke-13, dan itu pun jika mampu menyapu bersih sisa pertandingan.

Kondisi ini mengulang mimpi buruk yang terakhir kali terjadi pada musim 1989/1990, di mana saat itu MU juga finis di posisi ke-13. Jika performa buruk berlanjut hingga akhir musim, bukan tidak mungkin posisi finis musim ini akan menjadi yang terendah sejak 1973/1974, musim ketika mereka terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Inggris.

1. Kesempatan Terakhir: Juara Liga Europa

Di tengah keterpurukan di liga domestik, Manchester United masih memiliki satu peluang untuk menyelamatkan musim mereka: menjadi juara Liga Europa. MU akan bertemu Tottenham Hotspur di final yang akan digelar pada 22 Mei 2025. Pertandingan ini menjadi satu-satunya harapan untuk meraih trofi dan sekaligus tiket ke Liga Champions musim depan.

Kemenangan di ajang tersebut tidak hanya membawa prestise, tetapi juga membuka peluang pemasukan finansial yang sangat besar. Mengingat kondisi keuangan MU yang sedang dalam tekanan, tampil di Liga Champions bisa menjadi penyelamat dari sisi pemasukan sponsor, hak siar, dan bonus partisipasi UEFA.


2. Dilema Ruben Amorim: Liga Champions Jadi Beban?

Meski tampaknya menjadi solusi, nyatanya keikutsertaan di Liga Champions justru membuat sang manajer, Ruben Amorim, merasa galau. Dalam pernyataan terbarunya, Amorim menegaskan bahwa bermain di dua kompetisi berat sekaligus — Premier League dan Liga Champions — bisa menjadi bumerang jika skuad tidak dipersiapkan dengan matang.

Ia menyebut bahwa masalah Manchester United saat ini jauh lebih dalam dari sekadar hasil pertandingan. “Final itu sejauh ini adalah masalah terkecil di klub kami. Kami perlu mengubah sesuatu dan itu jauh lebih dalam daripada urusan final ini,” ujar Amorim. Pelatih asal Portugal itu menyoroti kurangnya kedalaman dan kualitas skuad untuk bisa bersaing di dua level tertinggi secara bersamaan.

3. Butuh Perombakan Besar dan Waktu yang Tidak Murah

Amorim juga menekankan bahwa Manchester United butuh perombakan besar-besaran. Banyak pemain yang dinilai belum memiliki level kompetitif yang cukup untuk bermain di Eropa, apalagi di ajang sekelas Liga Champions. Namun, perubahan seperti itu tidak bisa dilakukan secara instan. “Bermain di Premier League dan Liga Champions buat kami itu seperti bulan jauhnya. Kami perlu mengetahui itu,” tambah Amorim.

Masalahnya, waktu adalah kemewahan yang sulit dimiliki pelatih di klub sebesar Manchester United. Tekanan dari media, ekspektasi suporter, dan tuntutan manajemen menjadikan setiap musim sebagai ujian berat. Jika performa tak segera membaik, maka posisi manajer pun selalu berada dalam ancaman.


4. Realita Pahit Sebuah Klub Besar

Meski tim masih berpeluang meraih trofi di Eropa, Manchester United kini tengah berada dalam krisis identitas. Mereka bukan hanya kehilangan konsistensi permainan, tetapi juga aura sebagai klub besar. Beberapa hasil mengecewakan di kandang sendiri menunjukkan bahwa bahkan Old Trafford tak lagi menjadi tempat angker bagi lawan.

Ke depan, Ruben Amorim dan tim pelatih harus benar-benar bekerja ekstra keras untuk membangun kembali fondasi tim. Apapun hasil final Liga Europa nanti, musim panas 2025 akan menjadi titik balik bagi MU — apakah akan bangkit sebagai klub besar yang disegani kembali, atau terus terpuruk dalam bayang-bayang masa lalu.

olahraga

Fenomena Terkini






Trending