Manchester City dan Musim Sulit: Cedera Bertubi dan Pep Guardiola yang Merasa Tak Lagi Istimewa

1. Musim Terburuk Manchester City dalam Era Guardiola?
Kuatbaca.com - Musim 2024/2025 tampaknya akan dikenang sebagai salah satu musim paling menantang dalam perjalanan Pep Guardiola bersama Manchester City. Setelah mendominasi Premier League selama beberapa tahun terakhir termasuk meraih empat gelar liga berturut-turut dan Treble Winner di 2023 kini City harus menerima kenyataan pahit: mereka terlempar dari persaingan gelar juara.
City bukan hanya gagal bersaing di papan atas, tetapi juga tengah berjuang keras untuk sekadar finis di empat besar, demi mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan. Bahkan, satu-satunya harapan trofi yang tersisa hanyalah di ajang Piala FA.
2. Cedera, Masalah Utama yang Buat Guardiola Frustrasi
Manajer City, Pep Guardiola, secara blak-blakan mengakui bahwa badai cedera menjadi akar dari keterpurukan timnya musim ini. Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari BBC, Guardiola menekankan bahwa cedera pemain kunci telah membuatnya kehilangan keseimbangan tim.
“Masalah utama kami jelas, badai cedera,” ungkapnya.
Guardiola menyebut beberapa nama penting seperti Rodri, Phil Foden, hingga Oscar Bobb yang sempat absen di berbagai pertandingan. Bahkan dalam beberapa laga, Guardiola mengaku hanya bisa memainkan empat pemain belakang murni, sesuatu yang sangat menyulitkannya dalam mengatur strategi.
3. Tak Ada Manajer yang Kebal dari Cedera
Menariknya, Guardiola menyebut bahwa tidak ada manajer yang ‘istimewa’ dalam menghadapi kondisi tim yang pincang karena cedera. Ia bahkan menyebut Liverpool, yang sempat terlempar ke posisi ketujuh pada musim 2020/2021, sebagai contoh nyata bagaimana badai cedera bisa menggoyahkan tim terbaik sekalipun.
“Semua manajer bergantung pada kualitas pemainnya. Saya bukan pengecualian,” tegas Guardiola.
Pernyataan ini seolah menjadi refleksi bahwa dominasi dan taktik brilian tidak akan banyak berarti jika tim tidak dalam kondisi fisik terbaik.
4. Jadwal Gila, Penyebab Utama Krisis Fisik?
Guardiola juga mengkritik keras jadwal pertandingan yang terlalu padat. Ia menyebut pemain seperti Rodri bahkan bisa bermain hingga 75 laga dalam semusim, belum termasuk turnamen internasional.
“Ketika kami selesai (musim lalu), saya sedang berlibur, tapi Rodri masih di lapangan, membela Spanyol di Piala Eropa,” ucapnya.
Guardiola membandingkan jadwal sepak bola Eropa dengan NBA yang memiliki masa libur cukup panjang. Ia menganggap bahwa para pemain tidak diberi ruang cukup untuk memulihkan kondisi fisik secara optimal.
“Di NBA, pemain bisa libur 3-4 bulan. Kalau di sepak bola seperti itu, saya setuju saja mereka bermain sampai 80 pertandingan setahun,” katanya sinis.
5. Masa Depan Manchester City dan Guardiola
Kondisi saat ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah era dominasi Manchester City mulai meredup? Guardiola sendiri belum memberikan sinyal pasti mengenai masa depannya, tetapi tekanan jelas mulai terasa.
City masih punya kualitas luar biasa, tetapi musim ini menjadi pengingat bahwa konsistensi dalam sepak bola tidak hanya soal strategi, tapi juga soal manajemen fisik, kedalaman skuad, dan keberuntungan dalam menghindari cedera.
Tak Ada Tim yang Tak Tersentuh
Musim 2024/2025 menjadi bukti nyata bahwa bahkan tim terbaik pun bisa goyah saat dihantam badai cedera. Pep Guardiola, yang selama ini dianggap sebagai pelatih paling jenius di dunia sepak bola, juga mengakui bahwa ia tidak kebal terhadap realitas sulit di lapangan.
Kini, perhatian tertuju pada bagaimana Guardiola dan City akan bangkit di musim depan, serta apakah mereka akan melakukan perombakan besar pada skuad demi menghindari krisis yang sama terulang.